Nasional

Ketum PBNU Ajak Umat Beragama Bersama-sama Jaga Keberlanjutan Bumi

Kamis, 12 Desember 2024 | 16:57 WIB

Ketum PBNU Ajak Umat Beragama Bersama-sama Jaga Keberlanjutan Bumi

Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat memberikan pidato kunci pada Zayed Award Seminar di UNU Yogyakarta, Sleman, Daerah Istimewa Jogjakarta, Kamis (12/12/2024). (Foto: Dok-Ist/TVNU/Miftah)

Jakarta, NU Online Banten

Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, NU berpegang teguh pada ukhuwah islamiyah dengan lingkungan. Dia juga mengajak umat beragama bersama-sama menjaga keberlanjutan bumi. Sebab, dengan mengaitkan hubungan umat beragama dengan lingkungan, maka bisa menjaga keberlanjutan bumi. “Kita perlu menjaga keberlanjutan bumi ini untuk kita,” ajak Gus Yahya—sapaan KH Yahya Cholil Staquf-- saat pidato kunci pada Zayed Award Seminar di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Sleman, Daerah Istimewa Jogjakarta, Kamis (12/12/2024).



Dia juga menyampaikan, dengan perspektif spiritual ekologi dapat memikirkan hubungan antara manusia dengan lingkungannya.’’Bukan hanya kaitan antara keduanya, tetapi juga hubungan antara manusia dan alam di bawah naungan Allah swt sebagai Tuhan," imbuhnya.


Gus Yahya menjelaskan, konsep spiritual ekologi itu manusia harus selalu mempertimbangkan aturan Tuhan terhadap cara-cara merawat kelestarian alam. Aturan Tuhan yang dimaksud tercantum dalam kitab suci atau literatur keagamaan lainnya sebagai prinsip mengambil manfaat dari alam dan mempertanggungjawabkannya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD



Allah, lanjutnya, telah menciptakan alam sebelum manusia dan menjadikan manusia sebagai pemegang tanggung jawab keberlangsungan alam. "Ini berarti kita sebagai manusia yang harus bertanggung jawab langsung terhadap lingkungan sebagai perwakilan Tuhan di muka bumi," tegasnya, dilansir NU Online.


Oleh karena itu, Gus Yahya berharap, acara ini dapat menjadi langkah awal bentuk tanggung jawab kepada Tuhan atas bumi sebagai bagian kecil dari besarnya alam yang telah diciptakan. "Kita harus bergerak untuk merespons dari permasalahan ekologis yang kini kita hadapi bersama sebagai sesama umat manusia yang hidup di muka bumi ini," katanya.


Dia juga mengharapkan gagasan penting dari para narasumber dan dapat menjadi prinsip yang disepakati bersama terhadap peran manusia sebagai umat dalam merawat alam dan menyelesaikan permasalahan lingkungan saat ini. 



"NU menunggu simpulan dari berbagai gagasan penting yang akan didiskusikan dalam konferensi ini dan apa kebijakan yang perlu kita rekomendasikan utamanya kepada pemerintah, umat beragama, dan berbagai organisasi masyarakat seperti NU," tambahnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Sedangkan Rektor UNU Yogyakarta Widya Prahita Pudjibudojo mengutarakan, kegiatan ini bisa mendorong terealisasinya pemahaman kolektif yang menghasilkan prinsip bersama dalam menanggulangi kerusakan lingkungan. "Kita bisa menginisiasi kebijakan bersama secara kolektif melalui berbagai tradisi dari kepercayaan yang dianut untuk mengalokasikan praktik-praktik yang sustainable dengan komitmen terhadap kesadaran dan inspirasi perubahan yang transformatif melalui komunitas kita," ujar Widya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD



Sementara Perintis Eco Spirit Center Berkah Bumi Blembem Jogjakarta Suster Maria Nur Trisna mengatakan, bumi ini diciptakan untuk dijaga ekologinya. “Bumi saat ini sedang sakit, kita perlu menjaga ekologi bumi ini,” ujarnya.


Maria mengaku telah mengajak anak-anak sejak kecil untuk melestarikan lingkungan melalui konservasi air. Ia kerap mengajak anak-anak muda ke Sungai Tepus di Kaliurang untuk menemukan tingkat pencemaran air melalui biotanya. “Kami setiap Jumat mengajak anak-anak untuk tidak membawa sampah ke sekolah, bahkan anak-anak membawa tumbler dan tempat makan, di kantin pun anak-anak menaruh makan di wadah yang mereka bawa,” lanjutnya.



Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla mengatakan, perlu ada gerakan yang menangani permasalahan lingkungan hidup pada tingkat al-bi’ah al-shughra (habitat kecil). “Inilah tingkat relatif muttafaq ‘alaih atau yang disetujui semua pihak. Saya berpendapat bahwa pada tingkat al-bi’ah al-shughra, kita harus lebih berhati-hati dan bijaksana,” ucapnya.


Dosen Hukum Lingkungan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) I Gusti Made Wardana mengatakan, nilai-nilai agama menjadi fondasi terciptanya kebijakan hukum untuk melindungi lingkungan dan permasalahan iklim yang sedang dihadapi.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND



“Permasalahan lingkungan ini juga berkaitan dengan struktural kebijakan negara, bahwa pemerintah juga harus ikut andil memperhatikan permasalahan lingkungan, seperti permasalahan sampah yang kita hadapi ini,” jelasnya.


Konferensi ini merupakan diskusi antaragama dengan mengusung tema Keen on Going Green: Fostering the Ties between Faith and Ecological Resilience (Semangat merawat lingkungan: Membina Ikatan Iman dan Ketahanan Ekologis). Seminar yang merupakan kerja sama PBNU, UNU Yogyakarta, dan Zayed Award for Human Fraternity ini bertujuan untuk membahas potensi besar dalam mempertemukan pemahaman agama dalam tindakan pelestarian lingkungan untuk keberlanjutan masa depan. (Afrilia Tristara, Rikhul Jannah)

ADVERTISEMENT BY ANYMIND