Konferensi Humanitarian Islam, Diikuti Profesor, Akademisi, dan Kiai
Senin, 4 November 2024 | 21:26 WIB

Konferensi pers PBNU memaparkan tentang kegiatan Konferensi Humanitarian Islam yang akan digelar 5-6 November 2024 di Jakarta. (Foto: Dok LTN PBNU)
Jakarta, NU Online Banten
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bekerja sama dengan Universitas Indonesia (UI) dan Centre for Shared Civilizational Values (CSCV) bakal menyelenggarakan International Conference on Humanitarian Islam atau Muktamar al-Dawli al-Islam Lil Insaniyah di Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, Selasa (5/11/2024). Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan membuka kegiatan tersebut. Adapun kegiatan konferensinya sendiri akan dilaksanakan di Hotel Grand Hyatt Jakarta pada 5-6 November 2024.
Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla mengatakan, gerakan Humanitarian Islam atau Islām lil Insāniyah sendiri telah dicetuskan sejak 10 tahun yang lalu oleh elemen-elemen Nahdlatul Ulama dalam konteks perkembangan pemikiran dan gerakan NU. Gerakan ini, kata Gus Ulil—sapaan akrab Kiai Ulil--, hendak menawarkan solusi berbasis pada karakter Islam Nusantara atau Islam Indonesia yang damai dan ramah bagi dunia. Saat ini semakin kompleks dari fenomena pergeseran geopolitik hingga maraknya populisme yang berbasis pada agama dan rasisme, meningkatnya ancaman kekerasan dan perang, serta kesenjangan dan kemiskinan global.
"Humanitarian Islam merupakan kelanjutan dan penguatan terhadap konsep khittah NU 1926, Pribumisasi Islam, Islam Rahmatan lil ‘Alamin, dan Islam Nusantara serta Fiqih Peradaban yang sejalan dengan konsep dasar Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika," jelasnya dalam konferensi pers di Kantor PBNU Jakarta, Jumat (1/11/2024).
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Senada, Ketua PBNU H Ahmad Suaedy menjelaskan, konsep Humanitarian Islam telah diperdebatkan oleh sejumlah intelektual dan akademisi global dengan terbitnya buku Humanitarian Islam: Reflecting on an Islamic Concept yang diedit oleh Rüdiger Lohlker & Katharina Ivanyi dan diterbitkan oleh Brill pada 2023.
Humanitarian Islam yang diusung oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, kata Ahmad Suaedy, merupakan implementasi dalam skala global dari ajaran Ahlusunnah wal Jamaah an-Nahdliyah atau Aswaja an-Nahdliyah tentang tawasuth (tengah-tengah), tasamuh (toleransi), tawazun (berimbang), dan i‘tidal (adil). "Dengan berbasis dan terinspirasi oleh ajarah Islam Aswaja an-Nahdliyah dari para pendiri (muassis) NU, Gus Yahya berinisiatif membangun gerakan global Humanitarian Islam. Ajaran-ajaran tersebut dianggap sejalan dengan ideologi dan filosofi bangsa Indonesia, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika guna memberikan kontribusi bagi dunia yang damai dan adil," ujar Suaedy, dilansir NU Online.
Ketua Panitia Pelaksana Konferensi Humanitarian Islam Ahmad Ginanjar Sya'ban menerangkan, konferensi Humanitarian Islam akan dihadiri sejumlah kiai, cendekiawan, dan akademisi internasional dari Amerika Serikat, Eropa, Kanada, Australia, Afrika dan Asia Tenggara serta Indonesia. "Konferensi ini akan diikuti oleh sekitar 20 profesor dan akademisi luar negeri serta kiai dan 20 peninjau dari akademisi dalam negeri," jelas Ginanjar.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Beberapa di antaranya adalah Profesor Robert W. Hefner dari Boston University Amerika Serikat (AS); Profesor Greg Barton dari Deakin University Australia; KH Afifuddin Muhajir dari Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur; KH Abdul Ghofur Maimoen dari Pesantren Al Anwar Rembang, Jawa Tengah; Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf; Profesor Rüdiger Lohlker dari Universitas Vienna Austria; Profesor James B. Hoesterey dari Emory University AS, dan Profesor Amanta tho Seeth dari Humboldt University of Berlin Jerman
Juga Profesor Nelly van Doorn-Harder dari Wake Forest University AS; Profesor Ismail Fajrie Alatas dari New York University; Profesor Timothy Shah dari CSCV; Prof Al-Makin dari UIN Sunan Kalijaga; serta Profesor Ahmad Syafiq dari Universitas Indonesia, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
"Acara Konferensi ini dilanjutkan dengan sejumlah rangkaian excursion ke beberapa situs-situs bersejarah di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah dan Jogjakarta pada 7-10 November 2024," kata Ginanjar.
Peserta konferensi internasional, lanjutnya, juga akan melakukan kunjungan ke KH Ahmad Mustofa Bisri di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang, Masjid Menara Kudus dan Klenteng Sam Poo Kong sebelum melanjutkan rangkaian perjalanan ke Jogjakarta.
"Kunjungan para peserta internasional ke Candi Prambanan dan Candi Borobudur pada 9 November 2024 akan menjadi rangkaian penutup dalam Konferensi Internasional Humanitarian Islam yang diselenggarakan oleh PBNU, CSCV,dan UI," pungksa Ginanjar. (*)
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
ADVERTISEMENT BY ANYMIND