Nasional

PBNU Ajak Dunia Internasional Gerakkan Humanitarian Islam

Rabu, 11 September 2024 | 13:50 WIB

PBNU Ajak Dunia Internasional Gerakkan Humanitarian Islam

PBNU Ajak Dunia Internasional Gerakkan Humanitarian Islam

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggerakkan humanitarian Islam di tengah perkembangan politik global yang demikian dinamis. ’’PBNU mengajak semua kalangan internasional untuk bergabung bersama dalam mewujudkan perdamaian dan kehidupan global yang harmonis,’’ ujar Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf pada Seminar Nasional Humanitarian Islam di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (11/9/2024).


Perlu diketahui, seminar nasional di UNS ini merupakan rangkaian Konferensi Internasional tentang Humanitarian Islam yang digagas PBNU bekerja sama dengan Universitas Indonesia. Konferensi ini akan digelar pada 4-6 November 2024 di Jakarta.

 


Gus Yahya—sapaan akrab KH Yahya Cholil Staquf—melanjutkan, digerakkan Islam untuk kemanusiaan global ini memanggil semua orang yang berkehendak baik dari setiap agama dan kebangsaan untuk bergabung dalam gerakan global.’’Yang memperjuungkan terwujudnya satu tatanan internasional yang sungguh-sungguh adil dan harmonis yang dibangun di atas prinsip penghormatan terhadap kesetaraan hak dan martabat bagi setiap manusia," jelasnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima NUOB.

 


Dijelaskan, term humanitarian Islam ini sebetulnya diplintir sedikit dari aslinya. Sebab, asal-usul term tersebut dari bahasa Arab, Al-Islam lil insaniyah, Islam untuk kemanusiaan. "Berarti Islam yang mengabdi, melayani seluruh umat manusia, bukan hanya umat Islam saja. Bahasa Indonesianya Islam untuk kemanusiaan," ujarnya.




Namun, frasa bahasa Inggris yang dipilih bukan Islam for humanity. Sebab, menurut akademisi, istilah tersebut ada kesan di kepalanya orang Inggris, seluruh umat manusia disuruh masuk Islam semua. "Khawatir ini akan diterima dengan salah paham. Maka diplintir sedikit menjadi humanitarian Islam," ujar pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.


Term tersebut merupakan semacam rangkuman dari satu strategi jangka panjang yang sudah dijalankan selama bertahun-tahun sejak 2012-2013. Sampai sekarang, strategi humanitarian Islam itu masih terus digulirkan.

 


"Ini merupakan gabungan diinisiasi oleh sejumlah teman dari kalangan aktivis NU dan pesantren bersama-sama dengan beberapa tokoh dari jaringan internasional. Baik dari Timur Tengah, Mesir, Amerika Serikat, maupun Eropa," ujarnya.



Strategi jangka panjang ini, menurutnya, meliputi perkembangan rumusan pemikiran mengenai apa yang ada di dalam realitas hari ini. ’’Bagaimana latar belakangnya hingga tantangan masa depan yang akan dihadapi. Ini dirumuskan dalam berbagai dokumen yang sudah disepakati dalam forum-forum internasional yang digelar NU,’’ imbuhnya,

 

Pada kesempatan itu, Gus Yahya juga mengatakan, PBNU juga mendorong dunia internasional untuk dapat menaati tatanan dunia internasional yang sudah disepakati dalam dokumen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Muktamar Internasional Fiqih Peradaban juga menyepakati bahwa perjanjian politik internasional yang terdokumentasi dalam Piagam PBB itu sah sebagai landasan dalam mewujudkan perdamaian dunia. “Keadaan belum sesuai isi (Piagam PBB), mari kita perjuangkan supaya jadi sesuai sehingga tidak ada prejudice satu sama lain,” lanjutnya.

 

Sedangkan Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof Hartono mengatakan, bahwa humanitarian Islam bisa menjadi solusi konkret bagi perkembangan dunia modern. “Seminar ini kesempatan bagi kita mendalami jauh bagaimana Islam solusi konkret bagi perkembangan modern, relevan dengan zaman,” katanya.



Ditambahkan, tantangan global yang dihadapi sekarang semakin kompleks. Konflik Rusia-Ukrana belum selesai, muncul genosida Israel terhadap Palestina. Ini menimbulkan ketidakpastian, mengancam dan menghantui dunia sekarang. Belum lagi problem keadilan sosial yang juga masih mengemuka.’’Konsep humanitarian Islam ini menekankan nilai Islam berakar pada kasih sayang. Hal ini adalah refleksi peran agama, solidaritas, dan kerja sama antarmanusia terhadap perbedaan agama, suku, maupun budaya,’’ ungkapnya.

 

Sementara Direktur Jenderal Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Abdul Haris menyampaikan bahwa gejolak politik internasional dewasa ini mengantarkan pada krisis kemanusiaan ketegangan politik, hingga genosida Israel membabi buta.

 


Haris menyebut bahwa umat Islam punya tanggung jawab moral dan intelektual dalam mewujudkan harmonisme kehidupan masyarakat dunia. Sebab, Islam menjunjung tinggi kemanusiaan, perdamaian, dan keadilan. "Kita perlu mengembalikan Islam pada esensi kemanusiaan. Agama menujunjung tinggi kemanusiaan," ujarnya.

 


Sebagaimana disebut dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujurat ayat 13, lanjutnya, Islam memberikan perlindungan tanpa memandang latar belakang agama, ras, dan etnis. "Islam dan kemanusiaan adalah sebuah cerminan prinsip maqashid syariah. Dengan prinsip tersebut, pendekatan seimbang spiritual ukhrawi dan kesejahteraan dunia," terangnya.



Seminar nasional ini terdiri atas dua sesi. Sesi pertama menghadirkan tiga narasumber. Rektor UIN Sunan Kalijaga Jogja Prof Noorhaidi Hasan; Prof Dody Ariawan, dosen Fakultas Teknik UNS; dan budayawan dan Kepala Makara Art Centre UI dan Ketua Forum Kebangsaan UI Ngatawi al-Zastrouw. Sesi ini dipandu Guru Besar Universitas Indonesia Prof Ahmad Syafiq.



Sedangkan sesi kedua, ada tiga narasumber. Dosen UNS dan Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah Ibrahim Fatwa Wijaya; Wasekjen PBNU yang juga dosen FISIP UGM dam M Najib Azca; dan Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama (Unusia) Jakarta Ahmad Suaedy. Sesi ini dipandu Dewanti Cahyaningsih, kandidat doktor Universitas Limoges Prancis. (*)