Prinsip Dasar Ini Jadi Landasan Merespons Krisis yang Dihadapi Dunia
Senin, 14 Oktober 2024 | 22:44 WIB
Medan, NU Online Banten
Humanitarian Islam adalah konsep yang menekankan aspek kemanusiaan dalam ajaran Islam. "Prinsip-prinsip dasar seperti keadilan ('adl), kesejahteraan (al rafahiyyah), kebaikan (mashlahah), dan kasih sayang (rahmah) menjadi landasan dalam merespons berbagai krisis yang dihadapi dunia," ujar Ketua Makara Art Center Universitas Indonesia (UI) Zastrouw Al-Ngatawi dalam Seminar Pendahuluan Konferensi Internasional dan Tantangan Global di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Senin (14/10/2024).
Zastrouw menambahkan, humanitarian Islam merupakan pendekatan yang menawarkan solusi berbasis pada nilai-nilai universal yang diajarkan oleh Islam. Yaitu nilai-nilai yang menekankan pada kemanusiaan, kesetaraan, keadilan, dan perdamaian. Akar humanitarian telah ada dalam tradisi budaya Nusantara. Mulai dari tradisi agama-agama lokal, agama Islam, Kristen, hingga Hindu dan Buddha.
Zastrow lantas memberi contoh konsep humanitarian dalam kepercayaan Sunda yang tercermin dalam ajaran silih asih, silih asah, dan silih asuh yang intinya saling mengasihi kepada sesama (kudu nulung ka nu butuh nalang ka nu suson), saling menjaga, melindungi mengarahkan dan membimbing kepada kebaikan, sehingga terhindar dari hina, dan nista.
Dalam Islam, kata Zastrouw, konsep humanitaran juga tercermin dalam konsep jihad. Bagi Islam, jihad terbesar adalah menahan hawa nafsu. Bahkan memberi makan orang yang kelaparan dan menyediakan obat untuk orang sakit juga masuk dalam kategori jihad. "Dalam kitab Fathul Muin dan l'anatuth Thalibin, jihad adalah mencegah timbulnya keadaan darurat dengan mememenuhi kebutuhan hidup masyarakat, baik untuk kaum Muslim maupun non-Muslim, melalui penyediaan makanan saat dibutuhkan, sandang yang cukup untuk menutup aurat bagi setiap warga negara, tempat tinggal yang layak, obat-obatan dan biaya perawatan yang terjangkau oleh masyarakat," terang pria asal Pati, Jawa Tengah, tersebut.
Zastrouw mengatakan, konsep Humanitarian Islam yang digagas Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf adalah rekonstruksi dari gagasan pemikiran tentang Islam yang diinisiasi oleh para muassis dan para pemimpin NU sebelumnya yang berbasis pada pemikiran Ahlussunnah wal Jama’ah. "Jadi humanitarian Islam adalah reaktualisasi dari gagasan-gagasan besar Ahlussunnah wal Jama’ah, yang sudah dirumuskan oleh Mbah Hasyim Asy'ari, kemudian dikontekstualisasikan oleh Gus Dur, lalu Gus Yahya merekonstruksinya jadi humanitarian Islam," ujarnya, dilansir NU Online.
Humanitarian Islam adalah fondasi Islam, namun Islam yang dirumuskan. Ia lantas menganalogikannya sebagai sebatang tebu. "Tebu kalau kita olah dan kita asah akan bermanfaat. Kalau diinisiasi, diijtihadi akan jadi gula, pupuk, etanol dan sebagainya. Islam juga begitu, diijtihadi jadi humanitarian Islam, Pancasila dan lain-lain. Humanitarian gulanya, Islam sebagai tebunya. Untuk memanfaatkan tebu, tentunya memerlukan pemprosesan terlebih dahulu sehingga manfaat yang dirasakan akan lebih maksimal," tambahnya.
Seperti diketahui, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melangsungkan Seminar Pendahuluan Humanitarian Islam dan Tantangan Global di Universitas Sumatera Utara (USU), Medan Senin (14/10/2024). Ketua Panitia Pelaksana Konferensi Humanitarian Islam Ahmad Ginanjar Sya'ban menyampaikan, seminar ini merupakan bagian dari rangkaian Konferensi Humanitarian Islam yang puncaknya akan dibuka di Universitas Indonesia (UI), Depok, pada 5 November 2024. (Husnul Khotimah)
Editor: Izzul Mutho
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Asyura
2
Menyemai Kader IPNU-IPPNU Curug melalui Makesta III
3
Ketum PBNU: Butuh Konsolidasi Gerakan untuk Mencapai Kemaslahatan
4
Dari PD-PKPNU Angkatan II PCNU Lebak, Sebarkan NU, Jangan Malu
5
Pengunjuk Rasa soal ODOL Sempat Ditangkap, Ini Kata Ketua PBNU
6
Demo soal ODOL, Minta Payung Hukum bagi Sopir
Terkini
Lihat Semua