Ini Tradisi Masyarakat Bungo sebelum Buka Puasa yang Sarat Makna
Senin, 10 Maret 2025 | 23:33 WIB
Bungo, NU Online Banten
Masyarakat Kabupaten Bungo, Jambi, khususnya di Karak Apung, Batin III Ulu, punya tradisi nganto pamakon saat Ramadhan. Nganto pamakon adalah tradisi mengantarkan makanan, bubur, makanan ringan hingga minuman untuk berbuka puasa ke rumah tetangga, keluarga dan warga desa lainnya. Tradisi tersebut sudah berjalan sejak lama dan terus diwariskan hingga saat ini.
Menurut Siti Hajar, warga setempat, hampir setiap sore sebelum buka puasa ada orang yang mengantarkan menu buka puasa ke rumahnya. Yang mengantarkan pun bergantian antara satu warga dengan warga lainnya.
"Habis Shalat Ashar dan sebelum Magrib selalu ada yang mengantarkan kolak (bubur) ke rumah. Kadang kolak pisang, lain waktu ada juga kacang hijau, kurma, dan jajan kering," jelasnya, Ahad (9/3/2025).
Ia menambahkan, umumnya yang mengantarkan menu buka puasa memakai rantang, mangkok atau wadah khusus. Setiap yang mengantarkan menu buka puasa ke rumahnya, maka akan ia isi dengan menu buka yang ia buat sendiri. "Nanti yang ke sini, mangkoknya kita isi dengan jajan yang ada di rumah. Pertukaran menu buka puasa," katanya, dilansir NU Online.
Siti Hajar menyebutkan, setiap hari ada sekitar dua sampai tiga orang yang mengantarkan menu buka puasa ke rumahnya. Terkadang ada juga yang mengantarkan sambal dan lauk pauk. Sesuai keinginan dari pemberi makanan. "Pernah juga tidak ada sama sekali nganto pamakon dalam sehari. Seringnya ada saja yang ke rumah. Hari ini ada pisang, lemper, goreng pisang, dan bubur cincau," bebernya.
Kholidi, kepala Kampung Karak, menjelaskan, tradisi nganto pamakon memiliki makna yang mendalam tentang sikap peduli, tenggang rasa, persaudaraan, dan mengajarkan sedekah kepada generasi muda.
Umumnya yang mengantarkan menu buka puasa ke rumah tetangga adalah anak kecil yang berusia 7 sampai 15 tahun. Bila jarak yang cukup jauh, umumnya orang tua mengantarkan anaknya sampai depan rumah, tapi yang memberikan menu buka puasa adalah anaknya.
"Anak saya sering tak minta mengantarkan menu buka puasa ke rumah neneknya, bibi, dan warga lainnya. Biar mereka terbiasa sedekah sejak kecil," ujarnya. Dikatakannya, tradisi nganto pamakon secara tak langsung telah berpartisipasi dalam merajut kerukunan antar warga Karak dan merekatkan kekeluargaan.
Tradisi tersebut juga membuat warga saling berkunjung dan ngobrol sederhana. Setiap habis Shalat Ashar dan menjelang Magrib warga Karak Apung tanpa dikomandoi langsung keluar rumah membawa rantang yang berisi menu buka puasa.
"Tradisi ini sudah ikut merekatkan kekeluargaan warga. Tidak ada paksaan, bagi yang mau saja. Karena kesadaran masyarakat untuk kekeluargaan tinggi," pungkasnya. (Syarif Abdurrahman)
Editor: Muhammad Izzul Mutho Masyhadi
Terpopuler
1
Perang Iran-Israel, PBNU Desak Genjatan Senjata Segera
2
AKN NU Membangun Kader dengan Jiwa Petarung
3
Jadi Kader IPNU-IPPNU Butuh Semangat dan Istiqamah
4
Sopian Terpilih sebagai Ketua PAC Ansor Banjarsari, Baehaqi Jadi Nakhoda Malingping
5
AKN NU sebagai Ikhtiar Lahirkan Pemimpin NU Masa Depan
6
Kader Fatayat Diharap Konsisten Semangat
Terkini
Lihat Semua