Nasional

Ketum PBNU: Islam Nusantara Hadir sebagai Jawaban atas Konflik Global

Senin, 23 September 2024 | 00:29 WIB

Ketum PBNU: Islam Nusantara Hadir sebagai Jawaban atas Konflik Global

Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf di Jakarta, Ahad (22/9/2024). (Foto: tangkapan layar Youtube TVNU)

Jakarta, NU Online Banten

Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, konflik global yang sering mengatasnamakan Islam harus diatasi. Islam Nusantara hadir sebagai jawaban atas konflik global. Hal itu disampaikan dalam Halaqoh Humanitarian Islam, Islam untuk Kemanusiaan di Jakarta, Ahad (22/9/2024).


“Adanya gejolak konflik internasional yang menyangkut dan mengatasnamakan Islam ini, maka kita perlu strategi alternatif berupa kampanye al-Islam al-insaniyah, dalam bahasa Arab al-Islam al-insaniyah yaitu Islam yang memberi jawaban tentang masalah-masalah manusia masa kini,” ujar Gus Yahya—sapaan KH Yahya Cholil Staquf.



Dijelaskan, kampanye al-Islam al-insaniyah atau yang diberi nama Islam Nusantara ini dimulai karena suara Islam yang bukan dari Timur Tengah tidak terlalu didengar, bahkan nyaris tidak dapat perhatian. Seringkali gagasan strategis yang muncul dari Timur Tengah menjadi harapan sebagai jalan keluar atas permasalahan global.



“Di panggung global, suara Islam itu didominasi oleh Timur Tengah dan kita (Indonesia) tidak terlalu didengar bahkan nyaris tidak dapat perhatian. Oleh sebab itu, kita mulai kampanyekan Islam Nusantara ini untuk mengklaim bahwa ada Islam di luar Timur Tengah yang sama-sama otentiknya, sama-sama sahnya, dan sama-sama berhak didengar sebagai suara Islam,” tegasnya, dilansir NU Online.


Gus Yahya menambahkan bahwa kampanye Islam Nusantara dikerjakan secara komprehensif dan multilevel. Mulai pengembangan di tingkat lokal sampai tingkat global. “Alhamdulillah, kampanye ini diterima oleh global dan kalangan Timur Tengah,” ungkapnya.

 


Gagasan dan strategi Islam Nusantara diselesaikan pada 2017 dan langsung dipaparkan dalam Konferensi Humanitarian Islam. Melalui konferensi ini wacana yang cukup sensitif karena memasukkan tandingan Islam moderat dengan al-Islam al-insaniyah.


“Semangat dari al-Islam al-insaniyah ini menentang Islam moderat karena kalau dilihat dari semua kontruksi politik, Islam moderat ini tidak adil terhadap islam,” ujarnya.

 

Oleh karena itu, dia menekankan para pengurus NU untuk melakukan sosialisasi secara luas kampanye Islam Nusantara kepada jam’iyyah NU. “Walau wacana gagasan tersebut belum final, tetapi sudah bisa dijadikan andalan untuk menjawab masalah, tetapi asumsi-asumsi dasarnya layak dikembangkan sebagai gagasan-gagasan yang lebih kuat untuk menjawab masalah-masalah internasional,” pungkasnya. (Rikhul Jannah)