Penampilan Puisi Semarakkan Harlah NU ke-99 di Kota Tangerang
Kota Tangerang, NU Online Banten
Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa Kecamatan Karawaci turut serta memeriahkan hari lahir ke-99 NU dalam kalender hijriyah. Salah satunya penampilan puisi yang diampu oleh Sumangku Getar pimpinan padepokan silat Pendopo Seribu Bulan.
Penampilan tersebut digelar di lapangan Pondok Pesantrean Asshiddiqiyah 2 Batuceper, Senin (21/02/2022) malam.
Sumangku mengungkapkan, puisi yang dibawanya adalah ungkapan bentuk keprihatinan hari ini. Dirinya mengamati fenomena hari ini ada banyak konflik sesama anak bangsa.
“Saya menangkap ada perbedaan pandang yang tidak bisa diterima oleh sesama kita. Kita belum siap dalam perbedaan, sementara ini saya dalam koridor kacamata budaya. Ini eranya saatnya kita bersama dalam berkesadaran.” Terangnya kepada NU Online Banten
Puisi yang diampunya berjudul 'Menjaga Indonesia dengan Sembilan Bintang'. Ungkapan sebuah puisi yang berisikan tentang membangun kesadaran. Dan cara pandang anak bangsa dalam menjaga Indonesia.
Berikut bait-bait puisi yang dibacakan oleh Sumangku
Bismillah, Bismillah, Bismillahirahmanirahim
Saatnya Kita Membuka Dan Melepas Topeng
Di Ujung Zaman Yang Terkuak Karena Kepak Sayap Garuda Yang Merobek Langit,
Menurunkan Butiran-Butiran Mutiara
Mutiara Itu Menjadi Buih, Bergemricik,
Jatuh Menghantam Bumi
Kemudian, Kemudian, Kemudian
Bumi Melahirkan, Membangunkan Sebuah Anak
Bernama Indonesia Raya
Buih Itulah Yang Jatuh Dari Percikan Air Surga
Melahirkan Indahnya Tanah Jawa
Buih Itu Menjadi Hati
Berdiri, Berdiri, Bernama Nahdlatul Ulama
Melalui, Melalui Relung Hati Kelembutan
Jemari Seorang Kiai, Hasyim Asy'ari
Yang Telah Meluluh Lantahkan Kedzaliman Dengan Doa
Yang Membangunkan Peradaban Dengan Budaya
Yang Menangkap, Sebuah Moral Untuk Generasi Bangsa
Tapi Tiba-Tiba Jagat Semesta Ini
Entah Apa Ini Yang Terjadi
Semua Menunduk, Menunduk, Ketakutan Dan Bingung
Ada Apa Ini? Pandemi
Wabah Yang Hentakkan Sehingga Kita Diam Tak Bergerak
Kemudian Wabah Ini Tak Cukup Hanya Pada Kita
Kini Itu Membabi Buta, Melulu Lantahkan
Menyerang, Mengahantam-hantam Kita
Puluhan,Puluhan,Puluhan Ribuan,
Jutaan Santri Ditanah Ini
Puluhan-Puluhan Ribuan Kiai Di Negeri Ini
Kita Bukan Tidak Bergerak
Jemari Hasyim Asy'ari Harus Tetap Berdiri
Para Guru Harus Tetap Menjadi Yang Ditiru
Jangan Beradu
Negeri Ini Terbangun Dari Tasbih Dan Kebudayaan
Menorehkan Islam Menjadi Mahabbah
Nahdlatul Ulama Adalah Potret Dan Kepak Sayap Indonesia Raya
Jangan Membiarkan Kita Terdesak
Berdirilah Para Anak Negeriku,
Para Santri Tanah Airku
Bahwa Hasyim Asy'ari, Disini Disini Kita Berdiri
Jangan Kau Biarkan Terhinakan
Ayat-Ayat Yang Dikumandangkan Diruang Hati Kita
Doa Para Leluhur Kita
Yang Menorehkan Dari Tanah Papua Hingga Darussalam
Bukan Tanpa Darah Dan Doa
Bukan Tanpa Jemari Para Ulama
Hei Kau Kini, Diamlah
Untuk Tidak Menantang Dan Memancing Singa-Singa Guru
Di Nahdlatul Ulama, Bumi Indonesia Raya Tercinta
Pewarta: Naila Maye Haq