Banten Raya

Rentan Jadi Target, Ketua FKPT Banten: Cilegon dalam Ketegori Intoleran

Kamis, 31 Oktober 2024 | 11:01 WIB

Rentan Jadi Target, Ketua FKPT Banten: Cilegon dalam Ketegori Intoleran

Kenduri di Kota Cilegon, Banten, Rabu (30/10/2024). (Foto: Dok FKPT Banten)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Banten KH Amasy Tajudin mengatakan, ciri kelompok radikalisme dan terorisme adalah mereka yang ingin mengganti ideologi negara Pancasila dengan ideologi lain. "Semua pihak agar terus waspada karena kelompok ini sudah masuk ke berbagai profesi. Bahkan Apartur Sipil Negara,’’ ujarnya dalam Kenali dan Peduli Lingkungan Sendiri (Kenduri) untuk Wujudkan Desa Siaga dengan Resiliensi di Kota Cilegon, Banten, Rabu (30/10/2024). Kegiatan itu merupakan pelibatan masyarakat dalam pencegahan radikalisme dan terorisme .



Amas menambahkan, Kota Cilegon termasuk dalam ketegori intoleran dikarenakan tidak menerima pembangunan rumah ibadah. Kesalahan pada prosedur ini merugikan banyak pihak, utamanya masyarakat Cilegon. ’’Atas hal tersebut, Cilegon rentan menjadi target sasaran selain karena terdapat objek vital negara yang perlu menjadi kewaspadaan semua pihak dari aparat pemerintahan dan warga masyarakat,’’ terangnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima NUOB.


Hadir dalam kesempatan tersebut perwakilan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Perwakilan Pemkot Cilegon, Polres Cilegon, dan unsur TNI serta tokoh masyarkat. ’’Tujuan kegiatan adalah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang peran BNPT dan FKPT dalam menjaga keamanan negara dan memberikan pengetahuan kepada warga desa tentang karakteristik terorisme yang berada di masayarakat,’’ imbuh Kabid Media Hukum dan Humas FKPT Banten Sehabudin.

 


Sedangkan Camat Citangkil Ikhlas dalam sambutannya mengajak masyarakat mengenali diri dan lingkungannya serta meningkatan kolaborasi agar Citangkil dan Cilegon terhindar dari radikalisme.


Sementara dalam sesi dialog menghadirkan narasumber dari BNPT Nilam Ayuningtyas. Nilam menegaskan bahwa ancaman radikalime terorisme di Indonesia sangat nyata dengan banyaknya aksi dan penangkapan teroris.’’Dampak dari aksi teroris kepada korban itu berupa fisik dan psikis. Sedangkan motifnya juga sangat banyak. Antara lain ideologi agama,’’ ungkapnya.


Selain Nilam, ada Arie Novianto dari Binda Banten. Dia mengatakan, Pancasila adalah ideologi bangsa yang final, tidak bisa diganti oleh ideologi yang lainnya. Sebab, Pancasila dapat mempersatukan bangsa yang terdari berbagai macam etnis, ras, agama, dan antargolongan.’’Saya juga mengimbau agar masyarakat tidak terpapar paham radikal teroris. Hendaknya selektif dalam pergaulan, tidak salah memilih guru ngaji dan bijak bermedia sosial,’’ terangnya. (*)