Jatim

Berikut Dua Hal Penting dalam Pengembangan PTNU

Kamis, 9 Januari 2025 | 23:00 WIB

Berikut Dua Hal Penting dalam Pengembangan PTNU

Seminar nasional di Unusida secara hybrid, Rabu (8/1/2025). (Foto: NOJ/Maschan)

Sidoarjo, NU Online Banten

Seminar Nasional Pra-Kongres Pendidikan Nahdlatul Ulama (NU) digelar di Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida), Jawa Timur, Rabu (8/1/2025).  Acara ini digelar sebelum agenda Kongres Pendidikan NU di Jakarta. Kongres Pendidikan NU ini merupakan rangkaian agenda Peringatan Hari Lahir (Harlah) Ke-102 NU.


Seminar di Unusida dipusatkan di Ballroom PCNU Sidoarjo. Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid. Diikuti 954 peserta secara online dan offline diikuti sebanyak 85 peserta dari Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) se-Jawa Timur dengan mengusung tema Mencari Format Pendidikan Tinggi NU yang Ideal.

 


Sekretaris Lembaga Perguruan Tinggi (LPT) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) M. Faishal Aminuddin menyampaikan, dua hal penting dalam pengembangan PTNU.



Pertama, terkait dengan pengelolaan pendidikan tinggi di NU. Meskipun NU memiliki banyak sumber daya manusia (SDM), masih ada tantangan serius, terutama dalam hal kualifikasi dosen.



’’Sebanyak 79,8 persan dosen di perguruan tinggi NU hanya memiliki gelar S2, padahal untuk menjadi kiai (guru besar) di perguruan tinggi idealnya memiliki gelar S3. Hal ini penting karena S3 berfokus pada riset yang dapat menghasilkan ilmu pengetahuan baru, bukan sekadar mengajarkan materi lama," jelasnya, dilansir NU Online Jatim.

 

 

Kedua, pentingnya infrastruktur pendidikan, mengingat mahasiswa kini seringkali menilai sebuah kampus berdasarkan fasilitas fisik seperti gedung. Namun, ia juga menekankan bahwa opsi pendidikan online bisa menjadi alternatif untuk mengurangi biaya perawatan gedung yang besar.

 

 

"Selain itu, pengelolaan pendidikan tinggi NU masih terpisah-pisah dan kurang terkoordinasi. Sistem yang ada terlalu bergantung pada figur individu, sehingga ada kebutuhan mendesak untuk membangun sistem pengelolaan yang lebih kuat dan berkelanjutan, yang dapat berjalan dengan baik meskipun ada pergantian pengelola," ujarnya.

 

 

Faishal juga menyinggung pentingnya merumuskan format pendidikan tinggi NU yang ideal, dengan mempertimbangkan model seperti boarding school yang menggabungkan pendidikan akademik dan pondok pesantren. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang benar-benar mencerminkan produk pendidikan NU, mirip dengan sistem pendidikan di universitas-universitas tradisional di luar negeri.

 

 

“Hasil diskusi dalam seminar nasional ini dapat menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat bagi kemajuan pendidikan tinggi NU, yang juga akan dibahas dalam kongres yang akan datang, yang mencakup seluruh jenjang pendidikan dari prasekolah hingga perguruan tinggi di bawah Nahdlatul Ulama,” ungkapnya.


Pada kesempatan itu, tampil sebagai narasumber di antaranaya Dosen Institut Teknologi Surabaya (ITS) dan Tim Ahli Kurikulum Syamsul Arifin. Kemudian Rektor Universitas Terbuka (UT) Ojat Darojat. Serta Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya Masdar Hilmy. (Maschan Yusuf)