• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 28 April 2024

Khutbah

Khutbah Idul Fitri 1444 H: Lebaran Momentum Kembali ke Fitrah

Khutbah Idul Fitri 1444 H: Lebaran Momentum Kembali ke Fitrah
Idulfitri. (Foto: NU Online)
Idulfitri. (Foto: NU Online)

Khutbah I



اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قال الله تعالى كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ


Ma’asyiral Muslimin jamaah Shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah 
Alhamdulillah, puji syukur tak henti-hentinya kita panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan nikmat yang besar kepada kita semua pada hari ini, yaitu meraih kemenangan di hari yang fitri dalam keadaan Islam dan beriman kepada Allah. Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad beserta para sahabat dan pengikutnya. 


Selanjutnya, melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah untuk terus istiqamah dalam menjalankan ibadah dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah serta menjauhi semua larangan-larangan-Nya. Sebab, tidak ada bekal yang paling baik untuk kita bawa menuju akhirat selain ketakwaan.


Ma’asyiral Muslimin jamaah Shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah
Saat ini, sudah tiba saatnya bagi kita untuk merayakan kemenangan atas ibadah yang telah kita lakukan selama satu bulan penuh, yaitu dengan merayakan Shalat Hari Raya Idul Fitri. Momentum pertama dalam merayakan hari yang mulia ini adalah dengan cara memperbanyak menyucikan Allah dengan bacaan-bacaan takbir, mengagungkan nama-Nya, dan mengagungkan Dzat-Nya, sebagai bentuk syukur karena telah memberikan kita pertolongan agar bisa menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan sempurna. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Surat Al Baqarah Ayat 185, Allah berfirman:


 وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ 


Artinya: “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” 


Sambutan kemenangan ini dilakukan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kita kepada Allah setelah melewati masa-masa ujian yang sangat berat yaitu berjihad melawan diri sendiri atau hawa nafsu selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan. Nabi menyampaikan kepada para sahabat jika berjihad melawan diri sendiri merupakan perhelatan perang yang lebih berat ketimbang Perang Badar melawan orang kafir. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits:


رَجَعْتُمْ مِنَ اْلجِهَادِ اْلأَصْغَرِ إِلَى الجِهَادِ الأَكْبَرِ فَقِيْلَ وَمَا جِهَادُ الأَكْبَر يَا رَسُوْلَ الله؟ فَقَالَ جِهَادُ النَّفْسِ


Ma’asyiral Muslimin jamaah Shalat Idul Fitri rahimakumullah
Selama satu bulan penuh orang Mukmin diorientasi dalam rangka memperoleh pendidikan dan pelatihan secara langsung dari Allah dengan berbagai macam bentuk ibadah baik yang wajib seperti shalat lima waktu, ibadah puasa, dan membayar zakat. Konsentrasi ibadah pada bulan Ramadhan tidak hanya pada ibadah yang mahdhah atau wajib saja, tetapi juga ibadah ghairu mahdhah atau sunah lainnya. Imam Nawawi Al Bantani berkomentar dalam kitab Maraqi Ubudiyah tentang kedudukan ibadah sunnah di bulan Ramadhan:


لَا يَنْبَغِى أَنْ تَقْتَصِرَ على صَوْمِ شَهْرِ رَمَضَانَ فَتُتْرَكُ التِّجَارَةُ بِالنَّوَافِلِ وَكَسَبَ الدَّرَجَاتِ العَالِيَةَ فِي الفِرَادِسِ


’’Tidaklah pantas orang Mukmin meremehkan puasa bulan suci Ramadhan, maka pekerjaan duniawi ditinggalkan dengan berbagai macam ibadah sunnah dan raihlah derajat yang mulai berupa surga Firdaus.’’


Imam Nawawi memahamkan kepada kita bahwa momentum bulan suci Ramadhan bukan hanya kesempatan yang baik untuk menjalankan ibadah yang wajib saja, tetapi juga ibadah yang sunnah. Banyak orang yang tidak menyadari tentang keutamaan ibadah sunnah di dalam bulan suci Ramadhan. Akibatnya ibadah sunnah tersebut dilakukan hanya sebagai ibadah formalitas atau dilaksanakan sebagai bentuk euforia atau meramaikan saja di permulaan bulan suci Ramadhan tiba. Banyak shaf masjid atau mushala begitu sesak dan penuh di awal pelaksanaan ibadah Tarawih namun beberapa hari kemudian kondisinya kembali lapang dan lega. Padahal pada bulan suci Ramadhan Allah menaikkan status semua ibadah. Ibadah wajib dinaikkan statusnya menjadi ibadah yang tidak terhingga nilainya. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:


كُلُّ عَمَلِ اِبْنِ آدَمَ لَه إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ


Hadits ini mengisyaratkan jika ibadah puasa Ramadhan yang wajib tersebut status balasannya langsung diambil alih oleh Allah. Jika demikian, mafhum muwafaqah hadits qudsi ini dapat dipahamkan termasuk ibadah wajib lainnya yang dilakukan oleh orang Mukmin di bulan suci Ramadhan seperti shalat lima waktu dan zakat fitrah. Adapun status ibadah yang sunnah naik setara dengan ibadah wajib di luar Ramadhan seperti Shalat Taraweh, berbuka puasa, sahur, qiyamul lail, dan lainnya. Oleh karena itu, sebuah keberuntungan bagi orang Mukmin yang dapat mengisi waktu-waktu di bulan suci dengan berbagai ibadah yang disenangi oleh Allah.’’


Para jamaah sidang Shalat Idul fitri rahimakumullah
Sebuah pertanyaan yang layak kita renungkan. Mengapa pada bulan Ramadhan kita dilatih dan didik secara ketat? Aktivitas yang boleh dilakukan pada hari-hari biasa dapat dilakukan menjadi terlarang atau haram dikerjakan di bulan suci Ramadhan. Bahkan pelanggarnya akan mendapat ancaman yang sangat pedih dan menyakitkan. Allah menetapkan itu semua dalam dalam rangka untuk menghormati para mahluknya seperti bulan Ramadhan, Al-Qur’an, termasuk manusianya. Allah menghormati bulan Ramadhan sebagai bulan yang mulia. Implementasi kemuliaan tersebut dilakukan dengan setidaknya menjalankan ibadah puasa dan ibadah yang lainnya. 


Pada saat ibadah puasa berlangsung, maka manusia dilarang makan, minum, maupun hubungan suami istri di siang hari. Pelarangan ini bukan dalam rangka menyiksa manusia akan tetapi untuk memutus mata rantai pintu masuknya hawa nafsu pada diri manusia. Pada saat makanan dan minuman dibatasi maka kemampuan hawa nafsu menjadi lemah. Secara naluri, hawa nafsu memiliki tabiat yang selalu mengajak manusia untuk melakukan kesenangan-kesenangan yang tidak sejalan dengan ridha Allah.


Pada saat manusia terjerembab dalam ikatan hawa nafsu hakikatnya manusia sedang tidak lagi menjadi manusia. Akal sehatnya menjadi hilang, akhlak pekertinya menjadi sirna, alam jasmaninya menjadi rusak. Hawa nafsu merupakan kendaraan iblis untuk menjurumuskan manusia ke gerbang murkanya Allah. Sebuah kesenangan yang sedikit tetapi mengantarkan pada penyesalan yang panjang.


Sulitnya dan beratnya perjuangan di bulan Ramadhan mendatangkan kompensasi dari Allah yang sangat banyak. Di antaranya adalah Allah memberikan rahmatNya kepada para pejuang tangguh di awal 10 pertama bulan Ramadhan, magfirah pada 10 minggu kedua dan 10 hari terakhir dengan pembebasan dari api neraka. Informasi ini ditegaskan dalam hadits


رَمَضَانَ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ


Ternyata limpahan kenikmatan yang Allah janjikan tidak hanya berhenti di sana. Allah menjanjikan investasi yang lebih besar pada 10 malam terakhir dengan limpahan reward yang tidak ada batasnya. Di antaranya Allah memberikan hadiah berupa sebuah malam yang sangat spesial yang khusus diberikan untuk umat Nabi Muhammad yaitu Lailatul Qadar. Sebuah malam yang memiliki nilai investasi dengan unlimited nilai. Siapapun yang menghidupkan 10 malam terakhir dengan berbagai macam ibadah sunnah terutama dengan cara itikaf maka berhak memperoleh kenikmatan pahala lebih baik dari 1000 bulan atau pahala tanpa batas. 


Dikisahkan suatu waktu Nabi mengumumkan, barang siapa yang ingin mendapat pembagian harta hendaknya segera datang ke masjid. Semua masyarakat Madinah yang mendengar informasi ini bergegas pergi ke masjid. Kondisi pasar pun berubah menjadi sepi. Semua masyarakat menunggu pembagian harta di masjid dengan berdzikir, membaca Al-Qur’an, shalat sunnah dan lainnya. Namun setelah beberapa lama masyarakat menunggu ternyata pembagian harta tidak kunjung datang bahkan tidak ada. Maka di antara mereka pun protes dengan menghadap sahabat Ali. Sayyidina Ali menjawab, apa yang kalian lihat di masjid? Mereka menjawab, “Kami hanya melihat orang beribadah.” Sayyidina Ali menerangkan itulah hakikat harta yang sebenarnya.


Jamaah rahimakumullah
Ramadhan adalah bulannya Al-Qur’an sebagaimana ditegaskan di dalam Surat Al Baqarah Ayat 185:


شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ


’’Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad yang terbesar yang dapat kita nikmati sampai hari ini. Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan dibaca oleh para sahabat adalah sama dengan yang kita baca pada hari ini. Nabi Muhammad akan membaca Al-Qur’an lebih intens ketika datang Ramadhan yang disimak langsung oleh Malaikat Jibril. Oleh sebab itu, tidaklah heran jika di bulan suci Ramadhan lantunan ayat suci dikumandangkan hampir di setiap masjid atau mushala atau rumah berbeda dari hari biasanya. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk ittiba pada Nabi Muhammad. Salah satu keunikan dalam membaca Al-Qur’an pada saat Ramadhan di Indonesia adalah dilakukan dengan cara sistem tadarus atau membaca Al-Qur’an secara bergiliran. Meskipun metode ini tidak akan pernah dijumpai dalam nas, Al-Qur’an maupun hadits, tetapi cara ini merupakan hasil karya ijtihad para ulama Nusantara dalam rangka memadukan antara ibadah membaca Al-Qur’an dengan budaya di Indonesia yang tidak bertentangan dengan ushul hukum syariat Islam. Membaca satu juz Al-Qur’an terasa berat jika dibaca sendiri, maka dengan cara bertadarus akan menjadi terasa ringan. Inilah kelebihan membaca Al-Qur’an dengan konsep tadarus ala ulama Nusantara yang sejalan dengan khazanah keislaman.


Imam Al Ghazali menerangkan bahwa membaca Al-Qur’an memiliki keutamaan dalam mendatangkan pahala. Pembaca Al-Qur’an yang membaca dalam keadaan shalat akan memperoleh 100 kabaikan dalam setiap hurufnya, 50 kebaikan apabila dibaca setelah shalat, 25 kebaikan apabila dibaca di luar atau setelah shalat dalam keadaan berwudhu dan 10 kebaikan apabila membaca dalam keadaan tidak berwudhu. 


Diriwayatkan juga bahwa setiap orang yang membuka Al-Qur’an dan melihat huruf-huruf Al-Qur’an tanpa membacanya juga akan memperoleh 1 pahala dalam setiap hurufnya. Betapa Maha Rahman dan Rahimnya Allah dalam berbagi kebaikan kepada hambaNya. Dikisahkan bahwa orang wafat dan dimakamkan pada sore harinya. 


Ketika waktu menjelang malam tiba-tiba salah satu ulama di wilayah tersebut menjumpai makan tersebut diterangi oleh sinar yang sangat terang. Ulama tersebut penasaran dengan amaliyah mayit atas terjadinya fenomena tersebut. Maka ulama tersebut mendatangi keluarganya dan bertanya tentang amalan yang diistiqamahkan semasa hidupnya. Istrinya menjelaskan jika suaminya adalah orang biasa yang hanya menjalankan ibadah yang wajib saja. Namun salah satu kebiasannya adalah membuka Al-Qur’an seolah-olah membaca Al-Qur’an. Padahal kitab suci tersebut hanya dibolak-balik karena memang tidak bisa membaca Al-Qur’an. Ulama tersebut kemudian meyimpulkan bahwa amaliyah ini yang menjadi salah satu wasilah memperoleh keistimewaan dengan mendapatkan cahaya yang terang di makamnya.


Jamaah Sidang Shalat Idul Fitri rahimakumullah
Keistimewaan Ramadhan lainnya adalah untuk mengangkat derajat umat Islam sebagai orang yang bertakwa. Pangkat takwa adalah sebuah penghargaan dari Allah yang sangat bergengsi di kalangan penduduk Arsy dan akherat kelak. Mereka akan disatukan oleh Allah bersama dengan para Nabi, Rasul, Syuhada, dan shalihin. Golongan ini akan mendapatkan skala priorotas atau spesial pas atau red karpet sebagai tamu VVIP Allah. 


Mereka kelak berkesempatan akan melihat Allah secara langsung. Inilah puncak kenikmatan yang melebihi kenikmatan apapun di surga. Para penghuninya tidak lagi merasakan nikmat surga seperti nikmatnya melihat Allah. beberapa penduduk surga ada yang diberi kesempatan untuk melihat Allah. Mereka berkomentar ternyata kenikmatan surga dengan segala fasilitasnya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan nikmatnya melihat Allah. 


Derajat ketakwaan merupakan sebuah pencapaian yang dicita-citakan oleh orang yang beriman. Oleh karenanya, mencapai derajat ini membutuhkan usaha yang maksimal. Modal utama dari usaha tersebut adalah Ikhlas, menahan hawa nafsu serta sabar dalam beribadah. Di bulan suci Ramadhan, umat Islam dituntut dapat mewujudkannya modal utama tersebut dalam setiap ibadah baik yang mahdhah maupun yang ghairu mahdhah dengan harapan manusia dapat kembali ke fitrah sebagaimana diciptakan dan dilahirkan pertama kalinya ke dunia. Jiwa yang fitrah hanya dapat dimiliki oleh orang-orang mukmin selama hidup di dunia. Jiwa yang fitrah akan mengantarkan pemiliknya meninggalkan alam dunia ini dengan tanpa beban salah dan dosa atau jiwa yang bersih sebagaimana dikonsepkan dalam tazkiyatun nafs.


Mudah-mudahan kita semua termasuk golongan orang yang sukses dalam mengaruhi pusat pendidikan dan pelatihan selama bulan suci Ramadhan berlangsung. Serta sebuah harapan besar, kita dapat melanggengkan berbagai macam pelatihan ibadah yang sudah terbiasa dilaksanakan pada bulan-bulan selain Ramadhan. Hari-hari kita dapat diisi dengan keshalihan yang mengantarkan kita semua menuju gerbang husnul khatimah.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II


اَللهُ أَكْبَرُ (3x)، اَللهُ أَكْبَرُ (3x)، اَللهُ أَكْبَرُ (3x) وَلِلهِ الْحَمْدُ.
 اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ.

 أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ  اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ 


Gus Muhammad Alvi Firdausi, Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU Tangsel, Pengasuh Pondok Pesantren Al Tsaniyyah Tangerang Selatan


Khutbah Terbaru