Khutbah

Khutbah Idul Adha 1446 H: Manifestasi Kurban sebagai Investasi Abadi

Selasa, 3 Juni 2025 | 11:43 WIB

Khutbah Idul Adha 1446 H: Manifestasi Kurban sebagai Investasi Abadi

Ilustrasi. Di antara hewan untuk kurban adalah kambing atau domba. (Foto: Freepik)

Khutbah I
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الناس، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
 
Para hadirin jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah
Pada hari yang istimewa ini, izinkan khatib menyampaikan wasiat takwa yang dikhususkan kepada diri khatib dan seluruh jamaah sekalian. Marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Iman dan takwa adalah bekal yang sebenarnya yang dapat mengantarkan ke gerbang kebahagiaan di dunia dan akhirat.
 
Jamaah Shalat Idul Adha yang berbahagia
Pada Kamis, 9 Dzulhijjah 1446 H, tepatnya setelah Dhuhur, saudara-saudari kita yang sedang menjalankan ibadah haji mulai bergerak menuju ke Arafah untuk menjalankan ibadah wukuf. Mereka bergerak dari Mina ke Arafah dengan perjalanan sekitar 20 km. Selama menjalankan ibadah wukuf, mereka akan melakukan berbagai macam aktivitas ibadah karena inti ibadah wukuf adalah berdiam diri di Arafah.  
 
Dilanjutkan pada malamnya, malam Jumat, 10 Dzulhijjah 1446 setelah Isya, para jamaah haji kembali bergerak menuju ke Mudzdalifah dengan jarak 13 km untuk menjalankan ibadah mabit atau bermalam. Sesampainya di Mudzdalifah para jamaah akan menjalankan shalat jama ta’khir qashar, berdoa, mengumpulkan 7 kerikil sebagai persiapan melontar jumrah aqabah dan ibadah lainnya. Aktivitas ini dilakukan hingga waktu Shubuh. 
 
Seusai Shalat Shubuh, para jamaah kembali ke titik awal, yaitu Mina dengan jarak tempuh sekitar 7 km untuk melontar jumrah aqabah dan diikuti dengan menyembelih hewan kurban dan tahalul awal. Dan siangnya akan dilanjutkan dengan melakukan thawaf, sai, dan tahalul tsani. Sebuah perjalanan religi yang penuh makna dan menguras tenaga. 
 
Para hadirin Shalat Idul Adha rahimakumullah
Tiada henti-hentinya kita selalu bersyukur kepada Allah atas segala karunia yang telah diberikan kepada kita dengan jumlah yang tidak terbatas dan tidak terhitung. Bahkan tidak ada satu mahluk pun yang dapat menghitung berapa jumlah nikmat Allah yang telah diberikan kepada mahluk-Nya. Allah berfirman di dalam Surat An Nahl: 18:
 
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ 
 
Artinya: “Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.” 
 
Untuk membuktikan kebenaran ini marilah kita lihat pada diri kita. Terbukti Allah telah mengkaruniakan kesempurnaan fisik dan kesehatan yang menjadikan kita mudah dalam beribadah dan beraktivitas. Karunia lainnya adalah Allah memberikan kenikmatan materi yang begitu melimpah. Misalnya Allah memberikan rezeki berupa kesehatan, harta, pekerjaan, dan lainnya dengan jumlah yang tidak terbatas. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah: 212:
 
 وَاللّٰهُ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ ۝٢
 
Artinya: “Allah memberi rezeki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.”
 
Begitu Maha Baiknya Allah yang telah memberikan karunia dan fadhilah-Nya kepada kita semua. Atas dasar itu, bukanlah perkara yang berlebihan jika kita senantiasa bersyukur dan meningkatkan rasa syukur kita dengan memanfaatkan rezeki dari Allah dengan sesuatu yang bermanfaat bagi diri kita dan orang lain dalam rangka untuk mencari ridha-Nya. Di dalam sebuah buku Al Fawaid Al Mukhtar karya Habib Zain Bin Smith diceritakan bahwa harta titipan Allah ketika ditasarufkan untuk ibadah maka akan berucap:
 
قَدْ كُنْتُ فَانِيَةً فَصِرْتُ بَاقِيَةً قَدْ كُنْتَ تَحْفَظُنِيْ فَصِرْتُ أَحْفَظُكَ
 
Artinya: “Dulu saya adalah fana sekarang menjadi abadi. Dulu kamu menjagaku kini saya akan menjagamu.”
 
Harta yang digunakan di jalan Allah akan menjadi harta yang sebenarnya milik kita. Harta tersebut akan menjadi teman abadi kita yang siap menemani dan membela di saat tidak ada lagi teman yang menemani dan membela kita. Inilah harta kita yang sebenarnya. Nabi bersabda di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik:
 
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ : أَهْلُهُ وَعَمَلُهُ وَمَالُه، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ ، وَيَبْقَى وَاحِد، يَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ
 
Artinya: “Mayit itu diikuti oleh tiga golongan, akan kembali dua golongan dan satu golongan akan tetap menemaninya, dia akan diikuti oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Maka keluarga dan hartanya akan kembali pulang sementara amalnya akan tetap menemaninya.”
 
Hadits ini menasihatkan kita untuk menjadi seorang manager yang visioner yang memiliki jangkauan pandang sangat luas dan maju ke depan. Semua aset rezeki titipan Allah digunakan untuk menggapai ridha Allah sebagai persiapan menuju alam keabadian. Misalnya bersedekah, berinfak, berwakaf, berzakat, dan lainnya. Harta yang digunakan di jalan Allah secara ikhlas akan diterima oleh Allah dan dibalas dengan jumlah lipatan kebaikan yang tidak terbatas. Sebagaimana diinformasikan oleh Allah di dalam Surat Al-Baqarah 261:
 
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ۝٢٦١
 
Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.”
 
Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan oleh Allah
Hari Raya Idul Adha ini merupakan momentum yang baik untuk merealisasikan perubahan aset hak guna menjadi hak milik melalui ibadah kurban yang akan dilaksanakan setelah selesainya shalat dan khutbah Idul Adha pada hari ini. Marilah kita manfaatkan momentum ini sebagai tariqah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam berkurban kita perlu perhatikan kriteria dan tata cara pelaksanaannya agar ibadah kita benar-benar diterima oleh Allah. 
 
Setidaknya pada saat memilih calon hewan kurban kita harus tahu kriteria hewan kurban yang sehat. Di antara ciri hewan yang sehat adalah matanya tidak sakit, ekornya sempurna, tidak tampak cacat pada kulit dan fisiknya, jalannya tidak pincang, hidungnya agak kebasah-basahan. 
 
Selain itu juga, kita harus menata hati ini untuk selalu ikhlas di dalam beramal dan beribadah. Keikhlasan inilah menjadi penentu dan barometer setiap ibadah yang kita lakukan. Sekali lagi Allah tidak pernah memandang daging hewan kurbannya atau darahnya karena perkara itu tidak akan sampai kepada Allah. Allah hanya memandang kualitas ketakwaan orang yang berkurban. Hal ini ditegaskan di dalam Surat Al Hajj: 37:
 
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ
 
Artinya: “Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu.” 
 
Berkaitan dengan keikhlasan dalam berkurban, Allah juga menceritakan sebuah kisah menarik tentang perintah berkurban yang ditujukan kepada dua putra Nabi Adam. Salah satu di antara keduanya diterima ibadah kurbannya sedangkan yang lainnya ditolak oleh Allah. Kisah ini dapat kita jadikan teladan yang dapat diimplementasikan di dalam ibadah kurban. Allah berfirman di dalam Surat Al Maidah: 27:
 
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ ۝٢٧
 
Artinya: “Bacakanlah (Nabi Muhammad) kepada mereka berita tentang dua putra Adam dengan sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, kemudian diterima dari salah satunya (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti akan membunuhmu.” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa.”
 
Di dalam ayat ini, Syekh Ash Shawi menafsirkan bahwa Allah memberikan wahyu kepada Nabi Adam agar kedua putranya mendekatkan diri kepada Allah dengan cara berkurban. Maka Qabil berkurban sesuai dengan keahliannya sebagai petani dengan membawa berbagai macam bahan makan pokok, sayuran, dan buah-buahan. Sedangkan Habil dikenal sebagai ahli peternakan berkurban dengan domba yang terbaik.


Keduanya berangkat menuju ke suatu tempat yang telah ditentukan. Namun sayang, selama di perjalanan Qabil memakan beberapa jenis sayuran dan buah segar yang akan dikurbankan. Sehingga tersisa kurbannya Qabil yang kualitasnya kurang baik. Sedangkan Habil tetap menjaga kualitas kurbannya agar diterima oleh Allah. Maka pada saat hari berkurban tiba, kurban Habil yang diterima oleh Allah. 
 
Kisah lainnya berkaitan dengan keikhlasan dalam berkurban diceritakan di dalam Surat Ash Shaffat: 103:
 
فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ
 
Artinya: “Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah).”
 
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail begitu ikhlas kepada Allah dalam menjalankan perintah-Nya untuk berkurban. Di dalam hati dan wajah mereka terpancar cahaya keyakinan atas balasan Allah bagi makhluk-Nya yang pasrah dalam menjalankan perintah-Nya. Bahkan iblis yang berupaya menghentikan usaha dan upaya keduanya pun dilempari dengan kerikil-kerikil yang mengakibatkan iblis lari tunggang langgang. Hasilnya, Allah sangat menghargai nilai keikhlasan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dengan menghadiahkan domba dari surga. Allah berfirman di dalam Surat Ash Shaffat: 107:
 
وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ ۝١٠٧
 
Artinya: “Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar.”
 
Para hadirin jamaah Shalat Idul Adha
Ibadah kurban memiliki manfaat yang sangat besar. Kelak di akhirat hewan-hewan tersebut akan menjadi sebuah kendaraan yang akan mengantarkan pemiliknya melewati jembatan shiratal mustaqim. Hal ini didasarkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
 
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اسْتَفْرِهُوا ضَحَايَاكُمْ ، فَإِنَّهَا مَطَايَاكُمْ عَلَى الصِّرَاطِ
 
Artinya: “Perbaguslah hewan kurban kalian, karena dia akan menjadi tunggangan kalian melewati shirath.”
 
Hewan kurban tersebut akan menunggu tuannya yang siap mengantarkan dan melewati jembatan shiratal mustaqim. Sebuah jembatan yang memiliki akses langsung ke dua pintu yaitu surga dan neraka. Siapa pun yang berhasil melewati jembatan ini, otomatis akan sampai ke surga dengan selamat. Tetapi orang yang gagal melewati jembatan ini akan terperosok ke dalam neraka yang sangat panas dan siksanya sangat pedih. 
 
Allah memerintahkan kepada para malaikat agar menyiapkan hewan kurban yang akan dikendarai oleh pemiliknya seraya membawa al liwa atau bendera. Banyak manusia di padang mahsyar yang menyangka bahwa mereka adalah golongan para nabi dan rasul yang harus berangkat lebih awal menuju ke surga. Padahal golongan ini adalah orang yang gemar bersedekah dan berkurban semasa hidup di dunia.
 
Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang yang ahli berderma. Mudah-mudahan semuanya dilapangkan rezekinya, sehingga lebih mudah untuk berkurban. Dan semoga semua amal ibadah kita diterima oleh Allah. Amin ya rabbal alamin.
 

 
جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ.  إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
 

 
 
Khutbah II
اَللهُ أَكْبَرُ (3x(، اَللهُ أَكْبَرُ (3x( اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ
 اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
 

 
 
KH Muhammad Alvi Firdausi, Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PCNU Tangsel, Pengasuh Pondok Pesantren Al Tsaniyyah Buaran, Serpong, Tangsel