Khutbah Idul Fitri: Hari Raya Idul Fitri Merawat Silaturahim

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan menjalankan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semoga kita selalu mendapat rahmat dan inayah dari Allah subhanahu wa ta'ala.

Muslimin-Muslimat rahimakumullah

Tiba saatnya kita memasuki hari-hari bahagia setelah puasa sebulan lamanya, penuh kenangan yang kita ditinggalkannya. Sesungguhnya kita sangat sedih, harus berpisah dengan Ramadhan yang penuh rahmat. Kendati dengan berat hati dan rasa kecewa kita harus rela melepas kepergian bulan Ramadhan. Harapan kita semoga Allah karuniakan kepada kita panjang usia, dan dapat bersama lagi dengan Ramadhan di tahun yang akan datang. Amin.

Marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Allah swt dengan menjalankan perintah perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Khususnya setelah kita digembleng di Bulan Ramadhan, dengan penuh harapan semoga seluruh ibadah kita diterima disisi Allah swt. Dan hari ini, semoga kita ber-Hari Raya Idul Fitri dengan hati yang suci, putih bersih, ketika telah gugur dosa-dosa kita di bulan Ramadlan. Dan semoga kita semua termasuk minal ‘âidîn wal fâizîn wal maqbûlîn, allahumma âmîn.

Tentu kita tidak merayakan Idul Fitri dengan sekadar bersenang-senang, tetapi segalanya merupakan ekspresi kesyukuran kita atas rahmat Allah kepada kita, setelah besusah payah kita memenuhi perintahNya menjalankan ibadah puasa. Dalam Kitab Durratul Wâ’idhîn disebutkan:

 

Alangkah bahagianya, di hari yang penuh berkah dan maghfirah ini manakala kita mempergunakan kesempatan indah ini dengan saling bermaaf-maafan, bersilaturahim, saling mendoakan, saling kunjung mengunjungi antar kerabat keluarga dan sesama. Sebagaimana disebutkan dalam hadits: 
 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الْأَخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ . رواه البخاري

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia menyambung tali silaturrahim.” (HR Bukhari)

Dan apabila ini dipraktikkan pada Hari Idul Fitri, sebagaimana kita kenal di masyarakat kita dengan istilah halal bihalal, orang Jawa mengatakan, ngapuro ingapuran; maka ini sungguh merupakan amalan dan kebiasaan yang baik sekali, yang menurut al-Hafidh Ibnu Hajar al-‘Atsqalaniy hukumnya adalah sunnah.

Saling menziarahi atau mengunjungi, bertatap muka secara langsung, memiliki banyak keutamaan yang tidak didapatkan dengan cara silaturahim yang lain seperti melalui media seperti sekarang ini. 

Keutamaan pertama, dengan saling mengunjungi kita mendapatkan fadhilah ifsyâ’us salam atau saling mengucapkan salam. Sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah saw:

 

اَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْئٍ إِذَا فَعَلْتُمْ تَحَابَبْتُمْ اَفْشُوْا السَّلامَ بَيْنَكُمْ. رواه مسلم

’’Apakah aku belum pernah menunjukkan kepada kalian tentang sesuatu yang jika kalian melakukannya maka kalian akan saling menyayangi? Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)

Yang kedua, dengan berkunjung bertemu fisik kita memperoleh fadhilah mushafahah atau berjabat tangan. Sebagaimana hadits dari al-Barra’ Ibni al_Azib, Rasulullah saw bersabda:

 

مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ وَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّقَا. رواه أبو داود والترمذى

 

“Tiada dua orang Muslim yang saling berjumpa lalu saling berjabat tangan, kecuali diampuni dosanya sebelum mereka berpisah.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Kemudian yang ketiga, di antara hikmah berziarah atau berkunjung adalah fadhilah tholqul wajhi, atau memperlihatkan muka yang jernih berseri-seri, yang dalam bahasa Jawa disebut ajer polatane, Rasulullah saw bersabda:

لَاتَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ.رواه مسلم

“Jangan engkau anggap sepele suatu kebaikan, walaupun hanya berupa perjumpaan kepada saudaramu dengan air muka yang jernih berseri-seri.” (HR Muslim)

Keutamaan-keutamaan itu tentunya hanya dapat diperoleh dengan bertemu fisik atau bersilaturahim secara langsung. Apalagi jika itu semua dilakukan demi memelihara dan menambah syiar Islam dan semaraknya suasana di kalangan kaum Muslimin.

Kahir kata, semoga kita dapat mengakhiri bulan Ramadhan dengan akhir yang baik, khusnul khatimah, dan kita ber-Hari Raya Idul Fitri dengan tetap meningkatkan amal ibadah dan ketakwaan kita kepada Allah swt. Dan semoga kita diberi kekuatan untuk tetap istikamah dalam beribadah setelah Ramadhan ini hingga bertemu dengan Ramadhan tahun depan. Âmîn yâ Rabbal ‘âlamin.