• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Jumat, 26 April 2024

Nasional

Butuh Langkah Konkret, Mewujudkan Islam Ramah

Butuh Langkah Konkret, Mewujudkan Islam Ramah
Webinar dalam rangka Milad ke-1083 tahun Al-Azhar yang digelar Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia, Kamis (16/3/2023). (Foto: NU Online Banten/Screenshot Zoom Singgih Aji Purnomo)
Webinar dalam rangka Milad ke-1083 tahun Al-Azhar yang digelar Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia, Kamis (16/3/2023). (Foto: NU Online Banten/Screenshot Zoom Singgih Aji Purnomo)

Bogor, NU Online Banten
Koordinator Nasional Gusdurian Indonesia Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid ‎mengatakan, dalam konsep moderasi beragama ada beberapa hal yang perlu ‎dicermati. Diantaranya tantangan melihat masyarakat memaknai konsep ‎moderasi beragama. “Tapi, saya meyakini alumni Al-Azhar mampu memahami ‎makna Islam washatiyah,’’ ujar putri sulung Gus Dur—KH Abdurrahman Wahid-- ‎itu.‎


Di Indonesia, lanjutnya, membuat konsep moderasi beragama. Moderasi ‎beragama dalam konsep negara bangsa, moderasi beragama ingin mewujudkan ‎sesuatu menjadi adil, berimbang, dan menaati konstitusi. ’’Ini yang ingin ‎dihidupkan di Indonesia,’’ tegas putri KH Abdurrahman Wahid, presiden keempat ‎Republik Indonesia, itu saat webinar dalam rangka Milad ke-1083 tahun Al-Azhar ‎yang digelar Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia, ‎Kamis (16/3/2023).‎


Psikolog kelahiran Jombang, Jawa Timur, itu melanjutkan,  untuk itu perlu langkah ‎konkret bersama guna menumbuhkan Islam yang moderat dengan empat ‎gerakan. Sains of agency (dorongan perubahan). ’’Ini perlu dirasakan ‎manfaatnya, meski tantangannya juga ada. Yakni bagaimana bisa memperkuat ‎kebutuhan masyarakat guna mewujudkan Islam yang damai (rahmatan ‎lil’alamin) atau bahasa Gus Dur Islam yang ramah bukan Islam marah,’’ jelas ‎perempuan yang akrab disapa Alissa Wahid itu.‎


Tak hanya itu. Visi yang jelas dan disepakati. Wujudnya seperti apa dan apa ‎hasilnya yang akan dicapai. Gerakan lainnya, memperbanyak orang-orang yang ‎memiliki kapasitas perubahan untuk mewujudkan Islam yang damai. ‎


‎’’Langkah pertama yang dapat diterapkan. Langkah-langkah yang konkret. Apa ‎yang akan kita lakukan, bagaimana melakukannya, mulai melakukannya dan ‎terus melakukannya. Oleh karena itu, kita butuh kehadiran alumni Al-Azhar, ‎karena memiliki kredibilitas untuk berbicara Islam wasathiyah dan memberikan ‎edukasi kepada masyarakat guna mewujudkan Islam yang damai,’’ jelasnya.‎


Dia mengaku senang bisa bergabung dalam diskusi meski dalam perjalanan dari ‎Sumenep ke Surabaya. Sekarang saya di Sumenep minggir untuk ikut diskusi. ‎Saya ucapkan terima kasih dan selamat Milad ke-1083 tahun Al-Azhar,’’ imbuh ‎ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.‎


Sekadar diketahui, selain Alissa, diskusi virtual room zoom bertema masyarakat ‎sipil dan moderasi beragama; visi, strategi, dan aksi yang terbuka untuk umum ‎itu menghadirkan sejumlah narasumber. Di antaranya Ketua Lakpesdam NU KH ‎Ulil Absar Abdalla dan Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) ‎Cabang Indonesia TGB Dr M Zainul Majdi. ‎


Saat mengawali paparannya, Alissa Wahid mengatakan bahwa kebetulan dia ‎terlibat dalam program moderasi beragama yang dicanangkan oleh Kementerian ‎Agama Republik Indonesia. “Saya senang bisa bergabung dan berdiskusi pada ‎forum ini, tema menarik walaupun saat ini kondisi masih dalam perjalanan ‎menuju Surabaya,’’ perempuan berkacamata itu.‎


Pewarta: Singgih Aji Purnomo


Nasional Terbaru