Tangerang Selatan, NU Online Banten
Pelecehan seksual masih sering terjadi. Menurut Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Flori Ratna Sari, pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. ’’Makanya penting banget buat kita tetap waspada. Nggak cuma soal menjaga diri, tapi juga soal berani ngomong "tidak" kalau merasa nggak nyaman,’’ tegasnya dihubungi NU Online Banten, Ahad (27/4/2025).
Berikut tips mencegah pelecehan seksual:
1. Update Ilmu Pengetahuan
Caranya, menurut Flori, antara lain, "selalu meng-update diri dengan edukasi-edukasi kesehatan termasuk prosedur, diagnosis, dan tata cara pelayanan agar selalu mendapat edukasi terdepan berkaitan prosedur di rumah sakit atau pusat pelayanan,” ujar guru besar farmakologi itu.
2. Menyadari Hak Pasien dan Keluarga Pasien
Pasien dan keluarga pasien berhak mendapatkan informasi dari dokter penanggung jawab dan tenaga kesehatan berkaitan penyakit yang diderita dan terapinya termasuk bertanya sejelas-jelasnya mengenai prosedur kesehatan.
“Sadar akan hak pasien dan keluarga pasien menjadi hal yang penting,” imbuh perempuan yang memulai pendidikan dokternya di Universitas Indonesia dan lulus pada 2000 itu.
3. Menghindari Lingkungan Berpotensi Pelecehan
Hal lainnya, lanjutnya, apabila pasien maupun keluarga merasakan ketidaknyamanan atau merasa ada potensi pelecehan, segera dikomunikasikan ke pihak terkait. ’’Ini agar segera dilakukan mitigasi,” kata perempuan yang menyandang profesor itu.
4. Memahami Aspek-Aspek Pergaulan
Menurutnya, yang tak kalah penting adalah mengutamakan aspek-aspek pergaulan yang baik dan menghindari keadaan yang bisa memancing pelecehan semisal hanya berdua dengan tenaga kesehatan berbeda jenis kelamin.
’’Selalu mengupayakan tidak sendiri ketika mendapatkan sebuah terapi atau prosedur pemeriksaan,” terang ibu yang pernah menjadi author pertama versi sinta UIN Jakarta dan terpilih menjadi salah satu nomine dalam Penghargaan Sinta Bagi Penulis Artikel Ilmiah dengan Sinta Score Tertinggi Kategori Perguruan Tinggi Keagamaan itu.
5. Brave To Say No
Pasien dan keluarga pasien, lanjut guru besar yang menyelesaikan doktoralnya di Niigata University of Pharmacy and Applied Life Sciences itu, harus berani menolak sebuah terapi atau prosedur apabila merasa ada potensi pelecehan dan mendapatkan pendampingan selama terapi atau prosedur. (Singgih Aji Purnomo)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tahun Baru, Momentum Introspeksi dan Perbaikan
2
Kabar Duka, Pengasuh Pesantren Krapyak Nyai Hj Durroh Nafisah Wafat
3
Pemimpin dan Tugasnya dalam Islam
4
Berikut Doa Akhir dan Awal Tahun
5
Temui Mensos, Majelis Alumni IPNU Bahas Penguatan Sekolah Rakyat
6
Ketua PCNU Cilegon: Berharap Peserta PD-PKPNU Jadi Kader Militan
Terkini
Lihat Semua