• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Sabtu, 11 Mei 2024

Opini

Sumbangsih KH Bisri Mustofa dalam Bidang Hadits

Sumbangsih KH Bisri Mustofa dalam Bidang Hadits
KH. Bisri Mustofa. (Foto: NU Online)
KH. Bisri Mustofa. (Foto: NU Online)

KH Bisri Mustofa (1915-1977), ayah Gus Mus, adalah penulis produktif. Ini ‎sudah jamak diketahui. Beliau menulis lebih dari 170 buku. KH Bisri Mustofa ‎adalah orator andal. Ini sudah maklum. Dakwahnya dari level nasional hingga ‎pelosok desa. KH Bisri Mustofa adalah politisi. Ini juga tak terbantah. Menjadi ‎anggota konstituante, perwakilan NU. KH Bisri Mustofa adalah pendidik. Ini ‎adalah realita. Sebagai pendiri Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang. ‎KH Bisri Mustofa adalah pejuang kemerdekaan. Ini juga fakta sejarah. Ikut ‎memimpin perang 10 November 1945 di Surabaya. KH Bisri Mustofa adalah ‎pakar tafsir. Ini sudah banyak ditulis oleh jurnal, tesis, dan disertasi. Tafsir al-‎Ibriz adalah magnum opusnya. Namun bagaimana perannya dalam kajian ‎hadits?‎


Ada 3 penjelasan yang bisa diajukan. Pertama, dari sisi sanad dan genealogi ‎kajian hadits, KH Bisri Mustofa memiliki sanad kajian Shahih al-Bukhari dan ‎Shahih Muslim dari Syekh Umar Hamdan al-Maghribi (1875-1949). Tokoh ‎penting dalam kajian hadits di Hijaz. Selain itu, KH Bisri Mustofa juga belajar ‎kitab Manhaj Dzawi al-Nadhar dari Syekh Hasan Masyath (1317-1399 H). ‎Kitab ini adalah ulasan Alfiyah Suyuthi dalam bidang mushtholah hadits. Ditulis ‎oleh Syekh Mahfudz al-Tarmasi (1868-1920). Ditambah lagi juga belajar kitab ‎al-Aqwal al-Sunan al-Sittah dari Syekh Ali al-Maliki (1870-1949). Jalur sanad ‎keilmuan ini sudah dapat menjadi garansi latar belakang keilmuan KH Bisri ‎Mustofa, khususnya dalam bidang hadits.‎


Kedua, setelah selesai studi kajian hadits di atas di Tanah Suci, KH Bisri Mustofa ‎menyebarluaskannya. Pesantren Leteh menjadi basis pengajarannya. Berbagai ‎disiplin ilmu diajarkan. Mulai dari nahwu, sharaf, fiqih, ushul fiqih, ulumul ‎Qur'an, tarikh, tasawuf, tafsir, hingga hadits. Salah satunya adalah kajian ‎Shahih al-Bukhari dan Muslim. Dua kitab primer dalam bidang hadits. Selain itu ‎juga dilengkapi kajian mustholah hadits. Salah satunya adalah kitab al-‎Mandhumah al-Baiquniyah. Di titik ini, tampak bagaimana KH Bisri Mustofa ‎turut andil dalam pentradisian kajian hadits dan ilmu hadits di Indonesia.‎


Ketiga, melalui karya tulis. Ada 3 judul kitab dalam bidang hadits yang ‎diterjemahkan sekaligus syarah. Pertama, kitab al-Azwad al-Mushthafawiyah ‎terjemah dan penjelasan Kitab al-Arba'in al-Nawawiyah, karya Imam al-‎Nawawi (631-676 H). Kedua, terjemah dan penjelasan Kitab Bulugh al-Maram, ‎karya Imam Ibnu Hajar al-Asqalani (852 H). Ketiga, terjemah dan penjelasan al-‎Mandhumah al-Baiquniyah. Dalam ketiga karya ini, KH Bisri Mustofa tidak serta ‎merta mengalihbahasakan. Tetapi juga memberikan ulasan. Ditambah lagi ‎catatan-catatan penting. Karena itu, dapat kita rasakan bahwa ketiganya tidak ‎sekadar kitab terjemah. Tetapi juga sebagai kitab syarah (penjelasan). Kalau ‎kita lihat dari sisi historis, karya-karya ini ditulis pada 1960-an. Di mana kajian ‎hadits belum familiar seperti saat ini. ‎


Dari tiga hal ini, betapa besar dan signifikan peran KH Bisri Mustofa dalam ‎pentradisian kajian hadits di Nusantara. Lantas tertarikah Anda?‎


Muhammad Hanifuddin, Ketua LBM PCNU Tangsel dan Dosen Darus-Sunnah ‎Jakarta


Opini Terbaru