Opini

Pesantren dan Kitab Kuning

Senin, 7 April 2025 | 06:40 WIB

Pesantren dan Kitab Kuning

Pesantren Indonesia. (Foto: NU Online)

Budaya merupakan sebuah produk pemikiran, cara pandang, dan kreativitas manusia sebagai suatu ciri khas. Budaya diwariskan dari generasi ke generasi agar budaya tersebut bisa dilestarikan dan tidak punah.

 

Akan tetapi dengan zaman yang semakin maju, arus globalisasi dengan pengaruh budaya asingnya menjadi salah satu penghambat dari pelestarian budaya dan cara berpikir seseorang.

 

Apalagi semua hal bisa diakses dengan berkembangnya teknologi di zaman sekarang. Tidak dapat dipungkiri, budaya-budaya baik yang diwariskan oleh nenek moyang kita, sebagai suatu ciri khas Bangsa Indonesia semakin hari semakin hilang termakan zaman.

 

Pendidikan menjadi salah satu solusi cerdas untuk senantiasa menanamkan budaya dan budi pekerti luhur bagi generasi penerus bangsa, dan pesantren menjadi salah satu tempat untuk menanamkan pilar-pilar pendidikan, penguatan karakter, dan mendorong perubahan sosial menjadi lebih baik.

 

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan tentang ilmu agama. Akan tetapi pesantren memiliki peran penting dalam melestarikan budaya lokal dan juga menjaga keseimbangan antara ilmu agama dan pengetahuan umum.

 

Pesantren dengan segala bentuk pendidikannya, mengajarkan para santrinya berbagai keilmuan dan keterampilan, yang bermanfaat sebagai bekal mereka ketika akan terjun ke masyarakat.

 

Kiprah pesantren memiliki andil yang sagat besar bagi perkembangan agama Islam, khususnya dalam melestarikan dan mempertahankan keilmuan Islam. Kerasnya globalisasi menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh pondok pesantren dalam mempertahankan eksistensinya agar tidak tergerus angin zaman dengan tetap mempertahankan budaya dan kearifan lokal supaya tidak punah.

 

Generasi Z bahkan Alpha jika tidak diajarkan dan dikenalkan tentang budaya lokal dan budaya Islam yang begitu indah, mungkin mereka tidak akan mengenalnya. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan yang memiliki akar yang kuat sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan Islam dan kitab kuning menjadi bagian integral dari kurikulumnya.

 

Indra Syah Putra dan Diyan Yusr (2018) dalam bukunya ”Pesantren dan Kitab Kuning” menyebutkan bahwa kitab kuning adalah identitas yang tidak dapat dipisahkan dari pesantren. Pendidikan Islam memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan pendidikan formal lainnya. Karena ciri khas dari pendidikan pesantren adalah dengan penekanan kepada penggunaan dan pemahaman kitab kuning sebagai sumber primernya.

 

Azyumardi Azra (1998) dalam bukunya ”Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII” menjelaskan bahwa pesantren di Indonesia telah mengadopsi dan mengadaptasi sistem pendidikan Islam dari Timur Tengah, yang salah satunya adalah penggunaan kitab kuning.

 

Zakiyah Daradjat (2003) dalam ”Ilmu Pendidikan Islam” juga menyebutkan bahwa pendidikan Islam melalui kitab kuning di pesantren mampu membantu membentuk karakter santri dan keilmuan santri, yang tidak hanya memahami ilmu agama tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Kitab kuning merupakan basis pembelajaran utama di pesantren dalam mempelajari khazanah keilmuan Islam dengan mengharuskan para santri untuk mempelajari dan memahami teks-teks klasik tersebut.

 

Berbagai keilmuan agama diajarkan dengan berbagai referensi kitab klasik karangan para ulama sehingga menghasilkan budaya keilmuan yang tinggi. Karena untuk bisa dinyatakan lulus dari sebuah pesantren, seorang santri harus menguasai kitab-kitab tertentu yang telah dijadikan standar kurikulum dari sebuah pesantren. Bahkan tidak jarang, para santri diwajibkan menghafal sebagian ataupun keseluruhan dari isi kitab tersebut.

 

Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum pesantren adalah salah satu cara dalam menjaga warisan para ulama terdahulu agar bisa tetap eksis di tengah globalisasi. Kitab kuning adalah warisan yang harus tetap dijaga agar warisan keilmuan Islam bisa tetap dipertahankan dan dirasakan oleh generasi selanjutnya.

 

Pendidikan Islam di Indonesia tidak bisa lepas dari pendidikan sebagai proses pembentuknya. Dalam hal ini, pesantren memiliki peran penting dalam membentuk ”habitus” sosial masyarakat yang haus akan ilmu pengetahuan, khususnya dengan mempelajari keilmuan Islam yang bersumber dari kitab-kitab klasik karangan para cendekiawan terdahulu.

 

Sistem nilai dari pesantren, seperti keikhlasan, kesederhanaan, mujahadah, istiqomah, dan kesabaran membentuk perilaku yang masih terwariskan. Sehingga, pesantren merupakan mozaik penting dalam peradaban Islam di Indonesia, yang memberikan andil dalam menciptakan tradisi keberagaman yang toleran.

 

Muhamad Ridwan Purnama, Mahasantri Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences Jakarta ​​​​​​