Kiai Hadi Susiono Panduk
Kolomnis
BANGSA Indonesia mencitrakan diri sebagai entitas bibit unggul. Tengoklah ketangguhan nenek moyang dan leluhur kita, bagaimana mereka harus tetap survive demi membangun peradaban. Sikap mental bersahaja, penuh keheroikan, bergotong royong, rasa empati dan sepi ing pamrih rame ing gawe (semangat bekerja tanpa pamrih) merupakan corak karakter khas, yang saat ini, banyak ditinggalkan oleh sebagian besar generasi bangsa, di saat usia Indonesia mendekati 1 abad, tepatnya 80 tahun sejak diproklamirkannya Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat.
Para pendiri bangsa Indonesia, the Founding Fathers, telah memberikan uswatun hasanah, telada yang baik dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka telah meneguhkan diri dengan tekad bulat, mengorbankan harta, benda, dan nyawa demi satu misi melinggis para penjajah dan mengusir dari tanah air tercinta. Hanya satu visi yang mereka proyeksikan, yakni memberikan tempat yang aman dan nyaman bagi anak cucu mereka, sehingga pada usia senja, mereka dapat bercerita panjang tentang rihlah suka duka perjuangan merebut kemerdekaan.
Maka, Generasi Milenial, Gen Z, Gen Alfa, Gen Beta dan seterusnya, harus senantiasa menjadikan para leluhur, sebagai jimat perjuangan, karena tantangan yang face to face terhadap mereka sangat dahsyat dan tidak bisa diterka. Sedikit sekali mereka meleset dan terjebak pada pusaran 'budaya kebiadaban', maka hancurlah visi masa depan mereka dan juga bangsa Indonesia, karena, pada hakikatnya, generasi saat ini, adalah penopang utama kejayaan bangsa Indonesia ke depan.
Seluruh komponen pendukung dan penopang eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus saling bahu membahu, saling berdialektika satu dengan yang lainnya, tidak saling serang, meminorkan persoalan-persoalan yang bersifat remeh temeh. Energi anak bangsa tidak dikuras untuk memikirikan dan menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, hasud antar sesama anak bangsa. Para tokoh publik harus memberikan suri teladan, baik ucapan maupun tingkah pola dengan secara konsisten menebarkan nilai-nilai cinta kasih, perdamaian, kohesivitas sosial sehingga harmonisasi berbangsa dan bernegara dapat terus terjaga.
Obor perjuangan yang diwariskan oleh para pejuang, untuk terus menjadikan Indonesia sebagai rumah besar persatuan dan kesatuan di bawah naungan Pancasila, harus terus disulutkobarkan kepada jiwa anak bangsa.
Rongrongan anasir-anasir dari dalam dan luar, yang ingin melemahkan bahkan membubarkan NKRI harus terus diwaspadai, dan disikapi dengan bijak agar kondusivitas publik tidak diaduk-aduk oleh para pialang penghasut harmoni berbangsa.
Kemerdekaan yang telah dipersembahkan oleh para pejuang bangsa, dengan darah yang tertumpah, harus diisi dengan berbagai nilai-nilai adiluhung bangsa. Para pejabat publik di berbagai lini tanah air Indonesia harus menghindari melakukan kesewenang-wenangan kekuasaan, abuse of power seperti korupsi yang menyengsarakan rakyat Indonesia. Mereka harus bekerja sekuat tenaga, all out, menjalankan amanat dan tujuan berbangsa dan bernegara, merujuk pada cita-cita luhur yang ingin dicapai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Tujuan-tujuan ini menjadi pedoman dalam penyelenggaraan negara dan mengatur kehidupan seluruh rakyat.
Pada akhirnya, semua derap langkah dan spirit perjuangan anak bangsa harus dalam satu irama dengan diiringi lonceng harmoni bangsa, menuju tujuan utama ber-Indonesia.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kemerdekaan dan Cinta Tanah Air
2
Istighotsah Kemerdekaan HUT ke-80 RI, Ini Khutbah Iftitah Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Bogor
3
Ketua PWNU Banten Ajak Nahdliyin se-Provinsi Hadiri Pelantikan, Ketum PBNU Diagendakan Hadir
4
Negara Tidak Hadir dalam Ekonomi Masyarakat, Tahunya Hanya Memajaki
5
Ketua MPR Tegaskan Dukungan Indonesia untuk Kemerdekaan Palestina
6
Negara Harus Hadir dengan Cepat Menyelesaikan Persoalan Rakyat
Terkini
Lihat Semua