Singgih Aji Purnomo
Kolomnis
Setiap tanggal 2 Mei, Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) sebagai penghormatan terhadap Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara. Tahun 2025 ini, tema yang diusung adalah “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu Untuk Semua”, yang menekankan pentingnya kolaborasi seluruh elemen bangsa dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas dan merata.
Namun, di balik semangat tersebut, tantangan besar masih membayangi, khususnya terkait kesenjangan sosial dalam pendidikan yang berdampak signifikan pada Generasi Z hingga kelompok usia produktif yang akan menjadi pilar utama Indonesia Emas 2045.
Belum lagi bicara mutu, Indonesia yang rerata menganut konsep mutu Philip Bayard Crosby, dimana sesuatu dikatakan bermutu jika memenuhi atau sesuai standar-standar yang sudah ditetapkan. Nyatanya mutu pendidikan di Indonesia juga masih jauh panggang dari api, beragam permasalahan juga nampak seperti kesenjangan sosial, dikotomi pendidikan (swasta dan negeri), dan lainnya.
Generasi Z: Harapan dan Tantangan
Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, tumbuh dalam era digital dengan akses informasi yang luas. Mereka dikenal sebagai generasi yang adaptif terhadap teknologi, memiliki kesadaran sosial tinggi, dan cenderung kritis terhadap isu-isu ketidaksetaraan.
Namun, data menunjukkan bahwa 9,9 juta anggota Generasi Z di Indonesia tidak sedang menempuh pendidikan maupun bekerja. Fenomena ini menjadi alarm serius yang mengindikasikan adanya masalah struktural dalam sistem pendidikan dan ketenagakerjaan.
Kesenjangan Sosial dalam Pendidikan
Kesenjangan pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan masih menjadi masalah krusial. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Maret 2023 menunjukkan bahwa 5,11% penduduk desa tidak atau belum pernah sekolah dan 12,39% tidak menamatkan pendidikan SD. Sementara itu, di wilayah perkotaan, angka tersebut masing-masing sebesar 1,93% dan 6,62%.
Ketimpangan ini tidak hanya berdampak pada akses pendidikan, tetapi juga pada kualitasnya. Sekolah-sekolah di daerah terpencil sering kali kekurangan fasilitas dan tenaga pendidik yang memadai, sehingga siswa di daerah tersebut tertinggal dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di kota.
Dampak Kesenjangan terhadap Generasi Z
Kesenjangan sosial dan pendidikan berdampak langsung pada Generasi Z. Survei IDN Media Research 2024 mengungkapkan bahwa 60% Gen Z merasa khawatir terhadap ketidaksetaraan sosial dan ekonomi yang mereka hadapi.
Kekhawatiran ini berpotensi menimbulkan frustasi dan menurunkan motivasi mereka untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa. Jika tidak segera ditangani, Indonesia berisiko kehilangan potensi besar dari generasi muda yang seharusnya menjadi agen perubahan.
Transformasi Pendidikan untuk Masa Depan
Menghadapi tantangan ini, transformasi sistem pendidikan menjadi keharusan. Pendidikan harus lebih inklusif, adaptif terhadap perkembangan teknologi, dan mampu menjawab kebutuhan serta karakteristik Generasi Z.
Integrasi teknologi dalam proses belajar mengajar dapat menjadi solusi untuk menjangkau daerah-daerah terpencil. Namun, perlu diimbangi dengan pelatihan bagi tenaga pendidik agar mampu memanfaatkan teknologi secara efektif.
Selain itu, kurikulum harus dirancang untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21, seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Pendidikan karakter juga penting untuk membentuk generasi yang berintegritas dan bertanggung jawab.
Peran Pemerintah dan Masyarakat
Pemerintah memiliki peran sentral dalam mengatasi kesenjangan pendidikan. Investasi dalam infrastruktur pendidikan, penyediaan tenaga pendidik yang berkualitas, dan pemberian beasiswa bagi siswa kurang mampu adalah langkah-langkah yang perlu diperkuat.
Namun, partisipasi masyarakat juga tak kalah penting. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil dapat mempercepat pemerataan pendidikan. Program-program seperti pengajaran sukarela, penyediaan akses internet gratis di desa, dan pelatihan keterampilan bagi pemuda dapat menjadi contoh nyata kontribusi masyarakat.
Hari Pendidikan Nasional 2025 menjadi momentum refleksi bagi seluruh elemen bangsa untuk bersama mengatasi kesenjangan sosial dalam pendidikan. Generasi Z adalah aset berharga yang harus diberdayakan melalui sistem pendidikan yang adil, inklusif, dan berkualitas.
Dengan komitmen dan kolaborasi semua pihak, kita dapat mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045 bukan Indonesia (C)emas yang dikhawatirkan, di mana setiap anak bangsa memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi bagi kemajuan negeri.
Wallahu a’lam bis shawab.
Singgih Aji Purnomo, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al Amanah Al-Gontory, Redaktur Pelaksana Warta NU Online Banten
Terpopuler
1
Bukan Hanya Saleh, Pengurus Hendaknya Muslih
2
Ketua PWNU Banten: Kader Harus Mandiri dalam Berkhidmat
3
Majelis Taklim Fatimah Zahra Bukan Sekadar Ruang Pengajian Rutin
4
PCNU Pandeglang Gelar PMKNU Angkatan I, Catat Tanggalnya
5
Sebanyak 2.500 Peserta Paralegal Muslimat NU Diharapkan Bantu Selesaikan Masalah Hukum di Masyarakat
6
Menjadikan Masjid yang Ramah Lingkungan
Terkini
Lihat Semua