Singgih Aji Purnomo
Kolomnis
Bidang Manajemen Pendidikan Islam (MPI) berada di persimpangan jalan pada tahun 2025, dibentuk oleh teknologi yang muncul, transformasi sosial-budaya, dan tantangan global yang berkembang. Dengan warisan yang kaya dalam mendorong pendidikan berbasis nilai, prospek MPI pada tahun 2025 menawarkan peluang dan risiko.
Di tengah dinamika globalisasi, perkembangan teknologi, dan tantangan sosial budaya, MPI dituntut untuk terus beradaptasi dan inovatif dalam menghadapi perubahan. Tahun 2025 menjadi tonggak penting untuk menilai sejauh mana MPI mampu merespons kebutuhan zaman, terutama dalam konteks revolusi industri 4.0 dan transformasi digital yang semakin pesat.
Lanskap Manajemen Pendidikan Islam Saat Ini
Manajemen Pendidikan Islam melibatkan organisasi, perencanaan, dan pengawasan lembaga pendidikan yang selaras dengan prinsip-prinsip Islam. Sebuah laporan oleh Pew Research Center (2023) memperkirakan bahwa Muslim merupakan hampir 25% dari populasi dunia, menciptakan permintaan besar akan pendidikan Islam yang berkualitas. Namun, tantangan seperti kendala sumber daya, infrastruktur yang tidak memadai, dan standar pendidikan yang bervariasi di seluruh wilayah tetap signifikan.
Wawasan Kuantitatif tentang Pendidikan Islam
Untuk menilai prospek MPI, mari kita periksa beberapa temuan kuantitatif utama. Pertama, pertumbuhan pendaftaran: Menurut UNESCO (2024), pendaftaran di lembaga pendidikan Islam telah tumbuh sebesar 7,5% per tahun dalam lima tahun terakhir di Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara. Ini mencerminkan meningkatnya permintaan akan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai agama dan budaya.
Kedua, integrasi teknologi: Sebuah survei oleh EdTech Digest (2023) mengungkapkan bahwa 68% sekolah Islam secara global sekarang mengintegrasikan alat digital, seperti sistem manajemen pembelajaran (LMS) dan platform online, ke dalam kurikulum mereka. Ini menandai lompatan signifikan dalam memodernisasi pendidikan Islam.
Ketiga, tantangan pendanaan: Data dari Bank Dunia (2024) menunjukkan bahwa 60% sekolah Islam di negara berkembang menghadapi kekurangan dana, yang menyebabkan kompromi dalam infrastruktur dan pelatihan guru.
Keempat, pengembangan kurikulum: Sebuah studi yang dilakukan oleh International Islamic Education Council (IIEC) pada tahun 2023 menemukan bahwa 55% lembaga yang disurvei tidak memiliki kurikulum standar, yang menghambat skalabilitas dan konsistensi pendidikan Islam.
Peluang untuk Pertumbuhan
Memanfaatkan Kecerdasan Buatan (AI) AI telah muncul sebagai pengubah permainan di sektor pendidikan. Sebuah studi oleh Gartner (2024) menyoroti bahwa adopsi AI dalam pendidikan diperkirakan akan tumbuh sebesar 32% setiap tahun. Sekolah Islam dapat memanfaatkan alat AI untuk mempersonalisasi pengalaman belajar, mengotomatiskan tugas administratif, dan meningkatkan alokasi sumber daya.
Memperluas Akses melalui Platform Online Pendidikan online telah terbukti menjadi alat yang ampuh untuk memperluas akses. Platform seperti Qalam Academy dan Bayyinah TV telah menarik jutaan pelajar di seluruh dunia. Pada tahun 2025, para ahli memproyeksikan peningkatan 40% dalam pendaftaran online dalam pendidikan Islam, menurut sebuah laporan oleh Konsorsium Pembelajaran Online.
Kolaborasi Global Kolaborasi lintas batas di antara lembaga pendidikan Islam dapat mendorong berbagi pengetahuan dan pengumpulan sumber daya. Misalnya, lembaga pendidikan Islam Malaysia telah berhasil bermitra dengan lembaga-lembaga di Indonesia dan Timur Tengah untuk mengembangkan kurikulum bersama dan program pertukaran guru.
Fokus pada Sustainable Development Goals (SDGs) Integrasi SDGs, khususnya Tujuan 4 (Pendidikan Berkualitas), ke dalam kerangka manajemen pendidikan Islam dapat menyelaraskan ajaran agama dengan prioritas global. Sebuah survei oleh UNDP (2023) menemukan bahwa 42% sekolah Islam sekarang menanamkan prinsip-prinsip keberlanjutan ke dalam operasional mereka.
Tantangan yang Dihadapi MPI di tahun 2025
Terlepas dari peluang ini, beberapa tantangan tetap ada. Pertama, defisit pelatihan guru: Menurut sebuah studi oleh Islamic Development Bank (2023), 45% guru di sekolah Islam tidak memiliki pelatihan formal dalam metode pedagogis modern.
Kedua, resistensi budaya terhadap perubahan: Pola pikir tradisional dan penolakan terhadap mengadopsi teknologi atau metodologi baru dapat menghambat kemajuan. Sebuah survei oleh Global Education Monitoring Report (2024) menemukan bahwa 30% responden di sekolah Islam menganggap alat teknologi tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Ketiga, kesenjangan ekonomi: Distribusi sumber daya yang tidak merata di seluruh wilayah menciptakan kesenjangan yang signifikan dalam kualitas pendidikan. Misalnya, sekolah di daerah pedesaan seringkali kekurangan infrastruktur dasar, seperti yang disorot dalam laporan UNICEF (2023).
Keempat, ketidakstabilan politik: Di wilayah yang terkena dampak konflik, seperti bagian Timur Tengah dan Afrika, kelangsungan pendidikan tetap menjadi perhatian yang mendesak. World Education Forum (2024) melaporkan bahwa 20% sekolah Islam di zona konflik telah berhenti beroperasi karena ancaman keamanan.
Rekomendasi Kebijakan
Untuk mengatasi tantangan ini dan memaksimalkan potensi MPI pada tahun 2025, pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan sebaiknya mempertimbangkan rekomendasi berikut; pertama, berinvestasi dalam pelatihan guru: Pemerintah dan LSM harus memprioritaskan program pengembangan profesional bagi pendidik di sekolah Islam. Pendekatan pembelajaran campuran dapat membantu menjangkau guru di daerah terpencil.
Kedua, mendorong adopsi teknologi: Menciptakan kesadaran tentang kompatibilitas teknologi dengan nilai-nilai Islam dapat membantu mengurangi resistensi budaya. Program percontohan yang menunjukkan integrasi yang sukses dapat berfungsi sebagai model.
Ketiga, memperkuat kemitraan publik-swasta: Kolaborasi dengan organisasi swasta dapat menyediakan pendanaan dan keahlian yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan infrastruktur dan transformasi digital.
Keempat, mempromosikan penelitian dan pengembangan: Mendirikan pusat penelitian yang didedikasikan untuk pendidikan Islam dapat memfasilitasi penciptaan kurikulum standar dan praktik berbasis bukti.
Prospek Manajemen Pendidikan Islam pada tahun 2025 dibentuk oleh interaksi peluang dan tantangan yang halus. Dengan merangkul kemajuan teknologi, mendorong kolaborasi global, dan mengatasi tantangan sistemik, lembaga pendidikan Islam dapat memposisikan diri sebagai mercusuar pendidikan holistik. Pembuat kebijakan, pendidik, dan pemimpin masyarakat harus bekerja secara kolektif untuk memastikan bahwa MPI tidak hanya melestarikan tradisinya yang kaya tetapi juga beradaptasi dengan tuntutan dunia yang berubah dengan cepat.
Singgih Aji Purnomo, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al Amanah Al-Gontory, Jurnalis NU Online Banten
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meraih Emas setelah Pertengahan Ramadhan
2
Himpun 2 Miliar, UPZIS LAZISNU Ranting Ciater Sabet Penghargaan Terbaik Se-Tangsel
3
Lakukan Dua Hal Ini agar Hidup Tenang
4
Waktu Buka Puasa 18 Maret 2025 di Jakarta dan Banten
5
Jadwal Maghrib untuk Jakarta dan Banten 17 Maret 2025
6
Waktu Buka Puasa 19 Maret 2025 di Jakarta dan Banten
Terkini
Lihat Semua