Opini

Sengkarut Evaluasi Pendidikan Indonesia: Perlukah Ujian Nasional?

Sabtu, 4 Januari 2025 | 21:17 WIB

Sengkarut Evaluasi Pendidikan Indonesia: Perlukah Ujian Nasional?

Ilustrasi Evaluasi Pendidikan. (Foto: freepik.com)

Evaluasi pendidikan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana tujuan pendidikan tercapai. Di Indonesia, Ujian Nasional (UN) telah menjadi salah satu alat evaluasi utama untuk menilai capaian belajar siswa.

 

Namun, seiring berjalannya waktu, banyak pihak yang mempertanyakan relevansi dan efektivitas Ujian Nasional dalam konteks pendidikan Indonesia yang terus berkembang. Di tengah perdebatan yang berkembang, muncul pertanyaan besar: Perlukah Ujian Nasional?

 

Latar Belakang Ujian Nasional di Indonesia

Ujian Nasional (UN) pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2003, dengan tujuan utama untuk menilai kompetensi siswa di tingkat akhir pendidikan dasar dan menengah. 

 

Ujian ini diharapkan dapat memberikan gambaran objektif tentang pencapaian belajar siswa serta menjadi alat seleksi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selama lebih dari satu dekade, UN menjadi tolok ukur yang hampir mutlak dalam mengevaluasi kualitas pendidikan di Indonesia.

 

Namun, pada 2020, pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa Ujian Nasional tidak lagi menjadi syarat kelulusan bagi siswa. Keputusan ini diambil karena adanya pandemi COVID-19, yang menyebabkan kesulitan dalam pelaksanaan ujian secara tatap muka. 

 

Pemerintah kemudian mengganti sistem evaluasi dengan penilaian berbasis portofolio dan ujian berbasis sekolah. Meskipun UN telah dihapuskan sebagai syarat kelulusan, perdebatan mengenai relevansi Ujian Nasional masih berlangsung hingga hari ini.

 

Keuntungan Ujian Nasional

Pertama, standarisasi evaluasi. Ujian Nasional memberikan standar yang sama bagi seluruh siswa di Indonesia. Ini penting untuk memastikan bahwa evaluasi pendidikan dilakukan dengan cara yang objektif dan adil, tanpa memandang latar belakang sekolah atau daerah tempat siswa belajar. Sebagai ujian yang dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia, UN membantu memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kualitas pendidikan secara nasional. 

 

Kedua, indikator kualitas pendidikan. UN dapat berfungsi sebagai indikator yang mengukur sejauh mana kurikulum pendidikan diterapkan dengan efektif di seluruh negeri. Dengan hasil UN yang dikumpulkan secara terpusat, pemerintah dapat mengevaluasi dan merencanakan perbaikan dalam sistem pendidikan, baik di tingkat daerah maupun nasional.

 

Ketiga, motivasi siswa. Bagi sebagian siswa, Ujian Nasional memberikan dorongan untuk belajar lebih giat. Dengan adanya ujian yang bersifat nasional, siswa merasa ada motivasi untuk memperbaiki hasil belajar mereka dan menunjukkan kemampuan terbaik mereka di hadapan masyarakat.

 

Tantangan dan Kekurangan Ujian Nasional

Meskipun terdapat beberapa keuntungan, Ujian Nasional juga menghadapi kritik yang cukup signifikan, baik dari kalangan pendidik, orang tua, maupun masyarakat umum.

 

Pertama, mengarah pada pendidikan yang berorientasi pada ujian. Salah satu kritik utama terhadap Ujian Nasional adalah kecenderungannya untuk membuat pendidikan terfokus hanya pada persiapan ujian. Sistem yang terlalu menekankan pada hasil ujian dapat mengurangi perhatian terhadap pembelajaran yang bersifat holistik, seperti pengembangan karakter, keterampilan sosial, dan kreativitas. Siswa menjadi terfokus pada menghafal materi untuk ujian, bukannya memahami konsep-konsep yang lebih dalam. 

 

Kedua, stres dan tekanan bagi siswa. Banyak siswa yang merasa tertekan oleh Ujian Nasional. Dalam beberapa kasus, ketegangan yang ditimbulkan oleh ujian ini dapat mengganggu kesejahteraan mental mereka. Dalam banyak penelitian, ditemukan bahwa ujian yang terlalu besar pengaruhnya terhadap kelulusan dan masa depan siswa dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan.

 

Ketiga, kesulitan dalam menilai kemampuan siswa secara menyeluruh. Ujian Nasional hanya menilai aspek kognitif siswa dalam bidang tertentu, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA. Padahal, kemampuan siswa tidak terbatas pada area ini saja. Siswa dengan kemampuan di bidang seni, olahraga, atau keterampilan sosial misalnya, sering kali tidak dapat menunjukkan potensinya secara maksimal melalui ujian standar seperti UN.

 

Keempat, kesenjangan pendidikan antar daerah. Meskipun UN bertujuan untuk memberikan standar yang seragam, kenyataannya ada kesenjangan pendidikan yang cukup besar antara daerah perkotaan dan pedesaan di Indonesia. Akses terhadap fasilitas pendidikan yang memadai, kualitas pengajaran, serta dukungan dari orang tua sangat mempengaruhi hasil UN. Hal ini menyebabkan ketidakadilan, di mana siswa dari daerah yang kurang berkembang mungkin tidak memiliki kesempatan yang sama untuk meraih nilai yang baik.

 

Solusi dan Alternatif untuk Evaluasi Pendidikan di Indonesia

Dengan segala kekurangan dan tantangan yang ada, perlu ada upaya untuk memperbaiki sistem evaluasi pendidikan di Indonesia. Berikut beberapa alternatif yang dapat dipertimbangkan.

 

Pertama, penilaian berbasis kompetensi. Sistem evaluasi yang lebih baik adalah yang berbasis pada kompetensi dan portofolio siswa. Dengan penilaian berbasis kompetensi, siswa dinilai berdasarkan pencapaian mereka dalam menguasai keterampilan dan pengetahuan, bukan hanya hasil ujian. Portofolio yang berisi pekerjaan siswa, proyek, dan evaluasi diri dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kemampuan siswa.

 

Kedua, ujian berbasis sekolah (UBS). Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah ujian berbasis sekolah yang memungkinkan pengajaran dan evaluasi lebih sesuai dengan konteks lokal dan kebutuhan siswa. UBS memungkinkan guru untuk menilai perkembangan siswa secara lebih mendalam dan sesuai dengan perkembangan akademisnya. 

 

Ketiga, fokus pada pembelajaran seumur hidup dan pengembangan karakter. Pendidikan yang lebih baik harus menekankan pada pengembangan karakter dan kemampuan berpikir kritis, bukan hanya pada aspek akademik. Siswa perlu diajarkan untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang tidak hanya terfokus pada nilai ujian, tetapi juga memiliki keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.

 

Meskipun Ujian Nasional memiliki sejarah panjang dan tujuan yang baik, saat ini semakin jelas bahwa sistem evaluasi pendidikan Indonesia membutuhkan pembaruan. Berfokus pada nilai ujian sebagai satu-satunya indikator keberhasilan pendidikan bukanlah solusi yang efektif. 

 

Evaluasi pendidikan seharusnya lebih komprehensif, mengukur berbagai aspek kecerdasan siswa, dan memperhatikan konteks sosial serta budaya mereka.

 

Oleh karena itu, reformasi dalam sistem evaluasi pendidikan Indonesia, termasuk mempertimbangkan penghapusan Ujian Nasional, merupakan langkah yang perlu dipertimbangkan dengan alternatif bentuk evaluasi yang relevan. 

 

Wallahu a’lam bis shawab.

 

Singgih Aji Purnomo, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al Amanah Al-Gontory, Jurnalis NU Online Banten