Berikut Motivasi Migrasi Orang Arab Hadrami ke Hindia Belanda
Sabtu, 1 Juni 2024 | 20:59 WIB
Tangerang Selatan, NU Online Banten
Sejarawan Zeffry Alkatiri mengatakan, berdasarkan buku karya L.W.C. van den Berg, penerimaan masyarakat Arab di berbagai wilayah di Nusantara sangat bergantung pada konteks sosial, budaya, dan politik setempat."Keberterimaan orang Arab di setiap wilayah di Nusantara bersifat sangat relatif," ujar guru besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI) itu saat peluncuran dan diskusi buku Orang Arab di Nusantara karya L.W.C. van den Berg di Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (31/5/2024).
Pada kegiatan hasil sinergi Publisher Komunitas Bambu (Kobam) dengan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta itu, dia menjelaskan, penelitian van den Berg memberikan wawasan tentang bagaimana komunitas Arab Hadrami menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka di Hindia Belanda.
Pada kesempatan itu, Zeffry juga menggarisbawahi metodologi riset yang digunakan oleh van den Berg. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam dan didukung oleh tokoh-tokoh lokal, seperti Muhammad Hasan Babahir, Kapten Arab Batavia (1863-1894), dan Utsman bin Yahya, Mufti Batavia (1822-1913). "Van den Berg melakukan penelitian ini atas inisiatif pribadi, dengan pendanaan dari pemerintah Belanda setelah mengajukan proyek proposal," jelas Zeffry di hadapan ratusan orang yang hadir.
Di dalam buku tersebut, lanjutnya, juga mengungkap berbagai stereotip yang dilekatkan pada komunitas Arab Hadrami di Hindia Belanda. Meskipun orang Arab Hadrami sering distigmatisasi dengan berbagai stereotip negatif seperti tukang riba, tidak jujur, pelit, dan eksklusif, mereka tidak menunjukkan indikasi memberontak atau mengancam pemerintahan kolonial Belanda.
"Pada waktu itu, kehadiran Arab Hadrami di Hindia Belanda secara tidak langsung telah membentuk stereotip dan juga bahkan membentuk stigma buruk, kebalikan dengan orang China," ungkap Zeffry.
Dia juga menyoroti motivasi migrasi orang Arab Hadrami ke Hindia Belanda. Motivasi ini antara lain untuk mencari kehidupan yang lebih baik, menghindari masalah pidana dan perdata, serta ajakan dari jaringan keluarga. Kondisi di Hadramaut yang tidak memiliki pemerintahan tunggal juga mendorong migrasi ini. "Koloni Arab Hadrami terbesar berada di Hindia Belanda, meski menghadapi berbagai peraturan rasis dan diskriminatif dari 1866 hingga 1919. Nah, keunikan itu bisa diteliti lebih lanjut," tambahnya.
Zeffry juga menekankan pentingnya buku tersebut dalam studi antropologi dan sejarah komunitas keturunan Arab di Nusantara. Buku itu, menurutnya, memenuhi standar metode riset yang netral, detail, dan objektif. "Catatan etnografi van den Berg disusun dengan narasi menarik dan menyertakan sumber kutipan, menjadikannya rujukan utama dalam kajian tentang komunitas Arab di Indonesia," paparnya.
Sedangkan Guru Besar Ilmu Sejarah UIN Jakarta Jajat Burhanuddin memberikan pandangannya tentang kontribusi komunitas Arab di Indonesia. "Saya sangat suka dengan orang Arab, bukan karena Arabnya. Tidak bisa dipungkiri orang Arab di Indonesia itu punya peran yang baik di negeri ini," paparnya saat menyampaikan materi. Selain Zeffry dan Jajat, hadir dosen sejarah peradaban Islam Johan Wahyudhi. (Abdulloh Tsalis Zaadin Ni’am)
Terpopuler
1
Perang Iran-Israel, PBNU Desak Genjatan Senjata Segera
2
AKN NU Membangun Kader dengan Jiwa Petarung
3
Jadi Kader IPNU-IPPNU Butuh Semangat dan Istiqamah
4
Sopian Terpilih sebagai Ketua PAC Ansor Banjarsari, Baehaqi Jadi Nakhoda Malingping
5
AKN NU sebagai Ikhtiar Lahirkan Pemimpin NU Masa Depan
6
Kader Fatayat Diharap Konsisten Semangat
Terkini
Lihat Semua