• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 28 April 2024

Sejarah

Ekspedisi Jejak Wali Songo di Champa (Vietnam-Kamboja), Thailand, dan Malaysia (10)

Terdapat Sejumlah Versi, Ada Pertalian Nasab juga Kerajaan

Terdapat Sejumlah Versi, Ada Pertalian Nasab juga Kerajaan
Muhammad Abid Muaffan (kiri) dan Mufti Haji Kamaruddin Yusof di Kamboja. (Foto: Ist)
Muhammad Abid Muaffan (kiri) dan Mufti Haji Kamaruddin Yusof di Kamboja. (Foto: Ist)

TERUS bergerak. Dari Vietnam, Muhammad Abid Muaffan, peneliti sanad Al-Qur’an Nusantara, yang melakukan ekspedisi jejak Wali Songo di Champa (Vietnam-Kamboja), Thailand, dan Malaysia, kali ini sudah di Kamboja.


Meski barangkali keterkaitan jejak Wali Songo di Kamboja tidak sebanyak di Vietnam, tetap ada yang menarik. Itu terungkap saat Gus Abid—sapaan Muhammad Abid Muaffan—bertemu seorang Mufti Kamboja Haji Kamaruddin Yusof. Diterangkan, dulu ada raja Hindu, Sang Tawal memiliki anak masuk Islam bernama Sultan Mahmud Riayat Syah, menikahkan putrinya, Siti Zubaidah, dengan Che Bong Nga, raja Champa, 1336-1369.

 


”Menurut mufti tersebut, Che Bong Nga diislamkan oleh Sayyid Jamaluddin Akbar al-Husaini yang dikenal di Jawa dengan Syekh Jumadil Kubro,’’ ujarnya Sabtu (12/8/2023).

 


Pernikahan Siti Zubaidah dengan raja Champa itu melahirkan putri, Ramawati. Hingga di sini ada perbedaan versi dengan sumber lain.’’Wallahu a’lam,’’ imbuh Gus Abid. Dari penjelasan mufti tersebut, tidak hanya pertalian nasab yang terjadi hingga Wali Songo Jawa. Di sisi lain, sejumlah kerajaan juga ada pertalian istana.

 


Sebelumnya, dari Raden Linawati, pakar nasab Wali Songo dari Kesultanan Cirebon, diketahui, Syekh Jumadil Kubro lahir di Samarkand, Uzbekistan.  Lalu ke Champa. Dari Champa singgah ke Kelantan dan mendirikan Masjid Kampung Laut.

 


Setelah itu melanjutkan dakwahnya ke Pulau Jawa. Di tanah Jawa, Syekh Jumadil Kubro menyebarkan Islam hingga ke Trowulan, Jawa Timur. Wafat dan dimakamkan Tosora, Wajo, Sulawesi Selatan.


’’Ada zuriah bernama Sayyid Ali Nurul Alam, dikabarkan kuburnya ada di Pattani, Thailand. Dari Sayyid Ali Nurul Alam itu zuriahnya lewat Abdullah punya anak namanya Syarif Hidayatullah, yang mendirikan Kesultanan Cirebon dan Banten dan dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Ada yang lewat Abdullah, punya anak lagi bahkan menjadi salah satu sultan di Kelantan. Di Malaysia, zuriahnya dikenal dengan sebutan wan seperti Wan Muhammad Shogir,’’ jelas Gus Abid.


Syekh Jumadil Kubro juga punya putra Syekh Ibrahim Asmoroqondi atau Sayyid Ibrahim Zainuddin As-Samarqandy. Sumber NU Online Banten menyebutkan, Syekh Ibrahim Asmoroqondi diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh kedua abad ke-14. Babad Tanah Jawi menyebut namanya dengan sebutan Makdum Ibrahim Asmoro atau Maulana Ibrahim Asmoro.


Syekh Ibrahim Asmoroqondi menikah dengan Retno Jumilah, dikaruniai putra  Ishaq Maqdum atau Syekh Maulana Ishaq. Maulana Ishaq menikah dengan putri Adipati Blambangan, Dewi Sekardadu. Dari pernikahan ini dikarunia putra bernama Raden Ainul Yaqin yang dikenal dengan Sunan Giri.


Syekh Ibrahim Asmoroqondi juga menikah dengan Dewi Candrawulan, keluarga dari raja Champa dan dikaruniai  anak Ali Murtadho atau Raden Santri atau Raja Pandhita serta Ali Rahmatullah atau Raden Rahmad yang kemudian dikenal dengan Sunan Ampel.


Di antara putra Sunan Ampel adalah  Maulana Mahdum Ibrahim atau Raden Mahdum Ibrahim yang dikenal dengan Sunan Bonang dan Syarifuddin atau Raden Qasim yang dijuluki Sunan Drajat. (M Izzul Mutho/bersambung)


Sejarah Terbaru