Beri Materi di PKD PMII Kota Tangerang, Ketua PW Fatayat NU Gaungkan Nahdlatun Nisa
Ahad, 23 Februari 2025 | 22:24 WIB
Tangerang, NU Online Banten
Ketua Pimpinan Wilayah Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Banten, Noni Menawati, memberikan materi bertajuk Nahdlatun Nisa’ dalam Pelatihan Kader Dasar (PKD) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kota Tangerang. Acara tersebut berlangsung pada Sabtu (22/2/2025) di Pondok Pesantren Ar Rahman, Sepatan, Tangerang.
Dalam pemaparannya, Noni Menawati menegaskan, bahwa untuk mewujudkan cita-cita Nahdlatun Nisa’ (kebangkitan perempuan), kader PMII harus memiliki tiga kompetensi utama. Pertama, harus melek dan cakap dalam dunia literasi, karena minimnya literasi akan membuat sulit beradaptasi dengan perubahan zaman, terutama di era digital yang sangat dinamis.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
“Kedua, perempuan harus mandiri secara ekonomi. Kemandirian ini bisa diwujudkan melalui berbagai cara, seperti berbisnis, menjadi wanita karier, atau menjadi content creator,” ujar Noni.
Ketiga, lanjutnya, perempuan harus aktif bersosialisasi. Ia menekankan bahwa di era digital ini, interaksi sosial dapat dilakukan tidak hanya secara langsung, tetapi juga melalui berbagai platform daring yang menawarkan seminar dan pelatihan dengan biaya serta waktu yang lebih efisien.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Sejarah Kebangkitan Perempuan di NU
Noni menguraikan, dalam sejarah Nahdlatul Ulama (NU), kebangkitan perempuan telah lama digaungkan melalui organisasi seperti Muslimat NU dan Fatayat NU. Ia mencontohkan tokoh Muslimat NU, Nyai Djuaesih, yang merupakan pendidik dan pendakwah perempuan asal Sukabumi.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Lahir pada Juni 1901, kata Noni, ia dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Indonesia dalam lingkup NU dan mengusulkan agar perempuan turut aktif dalam organisasi tersebut.
Sementara itu, di Fatayat NU terdapat Tiga Serangkai pendiri organisasi tersebut pada 1948, yaitu Khuzaemah Mansur, Aminah Mansur, dan Murtosijah Chamid. Ketiga tokoh ini berperan besar dalam membangun kesadaran perempuan Nahdliyin, terutama di kalangan santri, dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga sekolah guru.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Tiga Pilar Nahdlatun Nisa
Dalam gerakan Nahdlatun Nisa’, Noni Menawati menguraikan tiga pilar utama yang harus diperjuangkan, yaitu Al-Hurriyah (Kebebasan). Seorang perempuan harus memiliki mental yang kuat untuk membebaskan diri dari kebodohan, kejumudan, serta interpretasi teks yang menghambat berpikir kritis, berzikir, dan beramal saleh.
"Kebebasan dalam Islam mencakup hak berpendapat, berpikir, berpolitik, dan berkontribusi dalam ekonomi," kata Noni.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Kedua, Al-Adalah (Keadilan). Sebuah Keadilan harus diterapkan dalam pikiran maupun tindakan. Prinsip ini mencerminkan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) yang bukan sekadar metode berpikir (manhaj al-fikr), tetapi juga gerakan (al-harakah) dan kebijakan (as-siyasah).
Dan prinsip ketiga, yakni Al-Musawwamah (Kesetaraan). Diantaranya, kesetaraan dalam mendapatkan akses dan ruang publik harus diperjuangkan. Hal ini mencakup upaya melawan budaya patriarki, kapitalisme pasar, serta interpretasi agama yang misoginis atau mengekang hak-hak perempuan.
Kendati demikian, Ketua PC PMII Kota Tangerang, Holid Safei, menegaskan bahwa kegiatan PKD merupakan bagian dari tahapan kaderisasi bagi anggota PMII. Acara ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai komisariat kampus di Kota Tangerang dan berlangsung selama tiga hari.
Selain Noni Menawati, kegiatan ini juga menghadirkan sejumlah pemateri, seperti Ketua KNPI Kota Tangerang Dede Maulana dan Komisioner KPID Provinsi Banten A. Solahudin.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND