Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023

Banten Raya

Ini Alasan LBM-RMI Tangsel Menyandingkan Lomba Baca Kitab Fiqih dan Hafalan Hadits

Muhammad Hanifuddin saat mengisi kajian hadits di Graha Aswaja NU Tangsel, beberapa waktu lalu. (Foto: NUOB/M Izzul Mutho)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Peringatan Hari Santri Nasional (HSN), 22 Oktober 2023, tinggal menghitung hari. Momentum penting tersebut tidak disia-siakan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan (Tangsel) bersama sejumlah badan otonom (banom) dan lembaga NU. Setidaknya, Lembaga Bahtsul Masail (LBM) dan Rabithah al-Ma’ahid al-Islamiyah (RMI) PCNU Tangsel berkolaborasi menyemarakkan HSN 2023. ’’Menginisiasi lomba baca kitab fiqih sekaligus hafalan hadits,’’ ujar Ketua LBM PCNU Tangsel Muhammad Hanifuddin kepada NU Online Banten, Sabtu (7/10/2023) malam.


Baca Juga:
Fiqih Pandemi: Antara Azimah Dan Rukhshah

 


Dalam kesempatan itu, dosen Ma'had Darus-Sunnah Jakarta itu menjelaskan latar belakang menyandingkan dua lomba tersebut pada HSN 2023. Dia bercerita,14 abad yang lalu, hidup seorang cendekiawan muslim. Tokoh ini menjadi rujukan periwatan hadits dan fiqih.

 


’’Ia adalah salah satu guru yang membentuk kepakaran Imam As-Syafi’i (150-204 H). Tokoh yang semasa Imam Malik (93-179 H) ini bernama Imam Sufyan al-Tsauri. Di dalam Kitab al-Risalah, Imam As-Syafi’i meriwayatkan sejumlah hadits dari Imam Sufyan al-Tsauri. Ini menjadi bukti utang budi intelektual dari sang guru,’’ ujar pria berkacamata tersebut.


Baca Juga:
Mengamalkan Hadits Daif ala Imam Al-Nawawi

 

Kiai muda yang mengajar kajian kitab rutin di Graha Asawaja NU Tangsel itu mengutip salah satu pernyataan Imam Sufyan al-Tsauri.’’Sekiranya kami menjadi qadhi (hakim), niscaya akan kami pukuli ahli fiqih yang tidak mau mempelajari hadits. Demikian juga ahli hadits yang tidak mau mempelajari fiqih,’’ kutipnya.


Baca Juga:
Lirboyo dan Geliat Kajian Hadits; Catatan Singkat Ngaji Tabarukan

 


Pernyataan tersebut, lanjut pria yang gemar memakai baju warna putih itu,  memiliki pesan kuat bahwa sinergi antara kajian hadits dan fiqih adalah sebuah keniscayaan. ’’Keduanya adalah dua disiplin ilmu yang saling menopang. Tidak perlu fanatik terhadap satu disiplin ilmu, seraya memandang sebelah mata kajian yang lainnya. Berangkat dari titik pijak ini, LBM dan RMI PCNU Tangsel menginisiasi lomba baca kitab fiqih sekaligus hafalan hadits. Ada 4 cabang lomba,’’ ungkapnya. (M Izzul Mutho)

Editor: Izzul Mutho