Rajut Toleransi dalam Kebinekaan, Puluhan Guru Susuri Rumah Ibadah Bersejarah di Kota Bogor
Ahad, 8 Desember 2024 | 16:56 WIB

Kegiatan Peace Walk dan Deklarasi Guru Bineka saat di Gereja Katedral Beatae Mariae Virginis. (NUOB/Arfan)
Kota Bogor, NU Online Banten
Yayasan Cahaya Guru (YCG) bersama Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia menggelar Peace Walk dan Deklarasi Guru Bineka Bogor. Kegiatan ini diikuti oleh 50 orang yang berprofesi sebagai guru dan pegiat komunitas lainnya dari Jakarta, Bogor, dan sekitarnya.
Kepala Sub Bidang Pengembangan Dialog dan Wawasan Multikultural PKUB Kemenag RI Paulus Paulus Tasik Galle, mengapresiasi peran Yayasan Cahaya Guru untuk terus menguatkan nilai-nilai toleransi di masyarakat. Terlebih menguatkan nilai moderasi tersebut kepada kalangan Guru.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
"Kegiatan ini sangat menginspirasi, karena memberi pehamanan kepada masyarakat tentang pentingnya toleransi dan moderasi beragama," kata Paulus di Gereja Katedral Beatae Mariae Virginis pada Sabtu (711/2024).
Paulus berharap, Yayasan Cahaya Guru terus konsisten dalam menanamkan nilai-nilai toleransi kepada kalangan Guru. Sebab, Guru sebagai pengajar, tidak hanya bisa melahirkan generasi yang cerdas. Tapi, juga bisa menumbuhkan generasi yang inklusif, dan terus mengawal warisan keberagaman bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
"Guru tidak hanya membuat cerdas murid, tapi juga menumbuhkan generasi yang inklusif dan bisa mengawal warisan keberagaman negara ini," tandas Paulus.
Sementara, Direktur Cahaya Guru Muhammad Muhklisin menyampaikan, kegiatan ini bertujuan untuk melibatkan guru dan siswa dari Bogor, Depok, dan sekitarnya. Dalam memahami praktik keagamaan yang beragam, dan empererat hubungan antaragama.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
"Tentunya, melalui kegiatan ini diharapkan membangun komunitas guru yang berkomitmen menyebarkan nilai-nilai moderasi di lingkungan sekolah," ungkap Muhklisin.
Ketika ditanyakan soal Kota Bogor, Muhklisin menganggap, Kota Bogor, Jawa Barat, memiliki sejarah panjang dalam dinamika hubungan antarumat beragama, termasuk polemik terkait pembangunan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin yang berlangsung selama lebih dari 15 tahun.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
"Polemik ini sempat membuat Kota Bogor dianggap sebagai salah satu kota yang kurang toleran. Namun, seiring berjalannya waktu, Kota Bogor telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk mewujudkan diri sebagai kota yang inklusif dan toleran," kata Muhklisin.
Ia menyampaikan Bogor memiliki filosofi luhur Tepas Salapan Lawang Dasakerta, yang berarti Teras Sembilan Pintu Desakerta. Filosofi ini tercermin dalam Bundaran Tugu Kujang sebagai simbol sembilan pintu.
Mengingatkan setiap orang, kata Mukhlisin, untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kedamaian, persahabatan, keindahan, kesatuan, kesantunan, ketertiban, kenyamanan, keramahan, dan keselamatan.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
"Kota Bogor menegaskan bahwa pintu dialog dan kerukunan antarumat beragama selalu terbuka lebar, mencerminkan semangat kebersamaan dalam keberagaman yang sejalan dengan nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika," tandas Muhklisin.
Mengusung tajuk 'Beragam Bukan Seragam'. Peserta diajak berkeliling Kota Bogor untuk menyambangi empat rumah ibadah bersejarah. Diantaranya Gereja Zebaoth, Gereja Katedral Beatae Mariae Virginis, Klenteng Phan Ko Bio, dan Vihara Dhanagun.
Kegiatan Peace Walk ini ditutup dengan deklarasi damai para guru dan peserta di Vihara Dhanagun. Mengajak untuk tidak hanya menerima perbedaan, tetapi juga merangkulnya dengan sikap saling menghormati dan memahami.
Kebinekaan ini menjadi landasan bagi masyarakat yang inklusif, di mana setiap individu memiliki ruang untuk berkontribusi tanpa kehilangan identitas dan jati diri. Sesuai dengan pilar moderasi beragama yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan akomodatif terhadap nilai budaya lokal.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND