Nasional

Ulama Pakar Sanad Syekh Mu'taz Kunjungi PBNU, Perkuat Sanad Keilmuan Indonesia-Suriah

Rabu, 20 Agustus 2025 | 10:13 WIB

Ulama Pakar Sanad Syekh Mu'taz Kunjungi PBNU, Perkuat Sanad Keilmuan Indonesia-Suriah

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (ketiga dari kanan) menerima kunjungan Syekh Mu'taz (ketiga dari kiri) di Kantor PBNU, Jakarta, pada Selasa (19/8/2025). Ini merupakan kali pertama Syekh Mu'taz hadir di Indonesia sekaligus bersilaturahim dengan PBNU. (Foto: PBNU)

Jakarta, NU Online Banten

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menerima kunjungan Syekh Mu'taz Al-Subaini Ad-Dimasyqi Al-Husaini Al-Atsari, ulama pakar sanad dan sejarah asal Suriah, di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Selasa (19/8/2025).  


"Beliau hadir untuk memperkuat sanad keilmuan antara Indonesia dan Suriah, serta meneruskan warisan keilmuan Syekh Yasin al Fadani yang menjadi rujukan penting dunia Islam," tulis Gus Yahya—sapaan KH Yahya Cholil Staquf-- dalam akun Instagram @yahyacholilstaquf. Menurutnya, sanad dan ilmu merupakan jembatan emas yang harus terus dijaga demi kemaslahatan umat.


Syekh Mu'taz juga mengapresiasi kegiatan Nasyrus Sanad yang telah diselenggarakan PBNU di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, pada Juli 2025. Dia menilai penyelenggaraan Nasyrus Sanad yang berdekatan waktunya dengan kunjungannya ke Indonesia adalah bagian dari takdir Allah yang patut disyukuri, terlebih karena sesuai dengan kepakarannya dalam bidang sanad. "Setelah mengunjungi beberapa kota di Jawa dan Padang kemarin, saya menyaksikan dan menghadiri halaqah serta memberikan sanad keilmuan," kata pria yang juga mustasyar Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Suriah ini.


Dalam kunjungan tersebut, Syekh Mu'taz menyebut ada dua hal yang membuat hatinya terpaut dengan Indonesia. "Sebenarnya saya merasa sangat terlambat baru ke Indonesia sekarang ini. Dua hal yang tertanam di hati saya untuk segera berkunjung ke Indonesia," ujarnya, dilansir NU Online.


Pertama, karena gurunya berasal dari Indonesia, Syekh Yasin Al-Fadani. Yang kedua, karena murid-muridnya di Suriah banyak yang berasal dari Indonesia.


Di sela-sela perjalanannya di sejumlah kota, Syekh Mu'taz juga menyempatkan membaca Al-Arba'una Al-Buldaniyah, yakni kitab yang berisi hadits-hadits yang diriwayatkan dari empat puluh guru Syekh Yasin Al-Fadani dari empat puluh negara.


Sebagian besar sanad dalam kitab tersebut, lanjutnya, justru berasal dari ulama Indonesia. Salah satu guru Syekh Yasin yang tercatat dalam kitab itu adalah Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Syekh Mu'taz juga berpesan kepada para muridnya, khususnya yang berada di Indonesia, agar mengamalkan ilmu dengan penuh keikhlasan.


Dalam pertemuan tersebut hadir pula Wasekjen PBNU Ahmad Ginanjar Sya'ban, Ahmad Salam, serta beberapa murid Syekh Mu'taz yang turut mendampingi. (Afrilia Tristara)

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND