Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023

Opini

Belajar dari Permainan Lato-Lato

Permainan lato-lato warna kuning bertali. (Foto: Istimewa)

Oleh Singgih Aji Purnomo

 

Tiga tahun lalu kita dihadapkan pada virus Covid-19 yang tersebar bukan hanya di Indonesia melainkan di seluruh dunia. Beberapa negara mengalami fase sulit dalam menghadapi sebaran virus itu, namun kini kita perlahan mampu melewatinya meski virus itu bermutasi.


Baca Juga:
Belajar dari Konbes NU 2022: Efektivitas, Efisiensi, dan Kualitas Putusan

Akan tetapi, artikel ini tidak akan mengulas lebih jauh tentang virus yang menjangkit ke seluruh dunia itu. Sisi permainan yang kini digandrungi masyarakat Indonesia menarik juga untuk kita ‘obrolin lalu ambil pelajaran’.

Kini yang tidak kalah penting di dunia mainan yaitu nok-nok (lato-lato). Lato-lato berasal dari bahasa Bugis, latto-latto. Lato-lato merupakan salah satu jenis permainan tradisional yang sudah ada sejak 1990-an dan kini kembali populer di Indonesia.


Baca Juga:
Belajar Memuliakan Ilmu dari para Ulama

Dewasa ini ke mana pun pergi terdengar suara nok nok, suara lantunan lato-lato yang sedang dimainkan. Mainan ini dinamai nok-nok karena mengeluarkan bunyi ‘nok nok nok’ ketika diayunkan dan kedua bandul berbenturan.

Meskipun telah populer di Indonesia sejak lama, lato-lato bukanlah permainan asli Indonesia. Lato-lato diperkirakan berasal dari Eropa dan Amerika Serikat yang muncul pada akhir 1960-an dan semakin popular pada awal 1970-an.


Baca Juga:
Belajar Ilmu Infak dari Seorang Anak

Di Eropa, panggilan mainan ini antara lain clackers, click-clocks, knockers, ker-bangers, dan clankers. Di Negeri Paman Sam, selain clackers ball, ada juga yang menyebutnya Newton’s yo yo. Sebagaimana kita ketahui Isaac Newton dalam karyanya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, pertama kali diterbitkan pada 5 Juli 1687 yang berisi rangkuman tiga hukum gerak.

Permainan lato-lato tidak lepas dari beragam dampak, akhir-akhir ini misalnya ada sekolah melarang siswa bermain lato-lato, sebagian lainnya memperbolehkan, ada juga yang menyebut mainan ini mampu mempererat hubungan pertemanan pasca pandemi dan melepaskan anak dari ketergantungan gawai.


Baca Juga:
Metaverse bagi Pendidikan Islam: Kawan atau Lawan?

Maka, sejatinya lato-lato punya daya pikat yang juga beragam dan di dalamnya terdapat hal yang mampu membuat manusia belajar tentang apa itu fokus, keseimbangan, berbenturan dengan masalah, dan kebahagiaan.

Fokus

Semua manusia tidak terkecuali anak-anak perlu fokus guna mencapai kesuksesan dalam kehidupan maupun pembelajaran, untuk meraih focus, perlu latihan. Robert Mills Gagne menyebut ada 9 tahapan belajar yang mampu membuat anak menjadi fokus dalam belajar dikenal dengan (Gagne’s nine levels of learning).

Pertama, gain attention (reception) pentingnya memulai pembelajaran dengan menarik perhatian anak. Perhatian ini dapat ditingkatkan dengan memberikan beragam stimulus di antaranya memulai dengan permainan, gerak dan lagu, atau kegiatan yang menyenangkan lainnya sebelum memulai pelajaran.

Kedua, informs learners of objectives (expectancy) menginformasikan anak tentang tujuan pembelajaran. Ketiga, stimulating recall of prior learning (retrieval) menstimulus dengan mengingatkan anak tentang hal apa yang telah dipelajari atau dikuasai sebelum dilanjut ke pembelaran berikutnya.

Keempat, presenting the stimulus (selective perception) menyajikan pembelajaran sebagai stimulus. Kelima, providing learning guidance (semantic encoding) memberi panduan belajar. Keemam, excliting performance (responding) menampilkan kinerja (hasil karya) yang sudah dibuat.

Ketujuh, providing feedback (reinforcement) memberikan umpan balik. Kedelapan, assessing performance (retrieval) menilai kinerja. Terakhir kesembilan enchanging retenction and transfer (generalization) meningkatkan retensi atau ingatan dan transfer pengetahuan.

Dari sembilan tahapan itu tergambar bahwa pentingnya fokus, dalam tahapan pertama terlihat jelas bahwa permainan mampu membuat manusia fokus sebagaimana permainan lato-lato yang juga menuntut fokus, jika lepas fokus maka tangan bisa terbentur bandul lato-lato hingga terasa tersetrum seketika, maka fokus adalah kunci.

Keseimbangan

Kesimbangan merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran begitu juga dalam permainan. Fritz Heider seorang pencetus teori keseimbangan mengemukakan bahwa teori keseimbangan awalnya merupakan konsep guna menjelaskan struktur hubungan sikap dan perubahannya dalam konteks hubungan interpersonal. Dengan kata lain, teori keseimbangan diartikan sebagai teori perubahan sikap pada seseorang.

Sementara di dalam hukum newton I yang dikemukakan oleh Isaac Newton berbunyi, jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang diam akan tetap diam, dan benda yang bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan tetap selama tidak ada gaya eksternal yang mengenainya dan hukum newton III berbunyi, jika benda A mengerjakan gaya pada benda B, maka benda B akan mengerjakan gaya pada benda A, yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan.

Ketika bermain lato-lato ada 2 bandul yang satu sama lainnya berbenturan bergerak menghasilkan bunyi maka akan tercipta keseimbangan (bandul yang satu bergerak ke arah kanan dan satunya ke kiri).

Berbenturan dengan Masalah

Masalah adalah adanya gap antara keinginan dengan kenyataan. Masalah identik dengan sesuatu yang berkonotasi negatif, namun sebetulnya masalah itu juga ada yang positif. Menurut John Dewey model pembelajaran berbasis masalah merupakan interaksi antara stimulus dan respon yang merupakan hubungan antara dua arah, yakni belajar dan lingkungan. Di mana lingkungan akan menyediakan masalah, sedangkan sistem syaraf otak berfungsi menafsirkan masalah tersebut, menyelidiki, menganalisis, serta mencari pemecahannya dengan baik.

Interaksi dua arah yang terjadi antara dua bandul lato-lato membuat otak manusia menafsirkan bagaimana meraih fokus sembari menyelidiki, menganalisis serta mencari solusi agar kedua bandul ini dapat seimbang ketika berbenturan baik di bagian bawah juga di atas hingga menghasilkan bunyi nok nok nok.

Kebahagiaan

Kebahagiaan merupakan bagian akhir yang ingin diperoleh dari permainan lato-lato. Akhir-akhir ini tersiar berita anak yang menjadi korban lato-lato, matanya cedera. Maka penting semua kita mendampingi anak-anak ketika bermain lato-lato guna meminimalisasi hal-hal yang membahayakan bagi anak.

Namun sejatinya ketika anak bermain lato-lato mereka menginginkan bahagia. Kebahagiaan didapat ketika anak mampu fokus memainkan, menyeimbangkannya, dan menyelesaikan masalah (mampu mengayunkan lato-lato dengan baik ke atas ke bawah bergerak beriringan menghasilkan bunyi nok nok nok sekali, dua kali, tiga kali bahkan berhasil mengulang berkali-kali hingga orang lain yang melihatnya turut serta bahagia).

Pamungkas, penulis akan mengakhiri bagian artikel ini dengan sebuah tips dari Ali An-Thatawi, dalam Adz-Dzikriyat, juz 6 hal 21 ’’cara yang paling mudah memperoleh kebahagiaan hati adalah engkau membahagiakan hati orang lain (manusia), dan yang paling nikmat dan lezatnya dunia apabila kau berbuat baik.’’

Wallahu a’lam bi al-shawab.

Singgih Aji Purnomo, Bidang Kajian dan Riset LAKPESDAM PCNU Jakarta Selatan

Singgih Aji Purnomo
Editor: Izzul Mutho