Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023

Opini

Kesalehan Anak dan Kekeramatan Ibu

Ilustrasi Keluarga. (Foto: NU Online)

Sosok ibu begitu melegenda sepanjang masa, karena ia adalah ‘pengandung’ ‎keberlangsungan umur bumi. Tak cukup tinta dalam menulis peran ibu, tak ‎cukup kata dalam menceritakan laku kehidupannya, hingga Al-Qur’an pun ‎mengabadikannya dalam firman Allah dalam Surat Luqman Ayat 14, ‎‎“Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-‎tambah.” Ayat tersebut berisikan nasihat Luqman kepada anaknya untuk ‎senantiasa berbakti kepada orang tua, terutama ibu karena telah susah ‎payah dalam mengandung. Kesusahpayahan juga berlanjut ketika seorang ‎ibu menyusui seperti tercermin dalam Surat Al-Baqarah: 233, “Para ibu ‎hendaknya menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi ‎yang ingin menyempurnakan penyusuan.” Para ulama berkesimpulan, ‎bahwa waktu minimal ibu mengandung adalah 6 bulan. Seperti ditegaskan, ‎‎“Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (QS Al-‎Ahqaf:15). Ayat ini berkepahaman bahwa jika dihitung total waktu dari ‎mengandung hingga menyapih adalah 30 bulan. Jika waktu menyapih ‎adalah 2 tahun, yang artinya sama dengan 24 bulan, maka diperlukan ‎waktu 6 bulan bagi seorang ibu untuk mengandung. Sebuah pengorbanan, ‎penuh kesusahpayahan yang berkepanjangan.‎


Baca Juga:
Kesalehan Filantropi Islam

‎ 
Gambaran tersebut adalah, bukti keramat seorang ibu yang wajib dijunjung ‎tinggi oleh mereka yang terlahir dari rahimnya. Kebaikan-kebaikan harus ‎terus ditebar dan disuguhkan kepada seorang ibu. Allah memberikan ‎panduan bagaimana bersikap kepada orang tua, ketika masih hidup seperti ‎pada Surat Al-Isra’ Ayat:23-24, yakni dengan berbuat baik, memelihara ‎dan mengasuh, tidak berkata ‘ah’ atau ketika mereka sudah renta dan buang ‎air besar, hendaknya kita tidak menutup hidung lantaran jijik dengan ‎kotoran mereka, berkata dengan lemah lembut, tidak membentaknya. ‎Intinya, memperlakukan orang tua dengan penuh kasih sayang, ‎sebagaimana mereka menyayangi dan mendidik kita pada saat kecil. ‎Meskipun memang perbuatan baik kita terhadap orang tua—terutama ibu—‎tidaklah mungkin akan sebanding dengan pengorbanannya. ‎

‎ 
Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Umar ‎menceritakan ketika Nabi ditanya oleh seorang laki-laki yang hendak ‎berjihad. “Apakah engkau memiliki kedua orang tua?, Tanya Rasulullah, ‎‎“Iya”,  Kata laki-laki tersebut. Apa kata Rasulullah? “Pada diri kedua ‎orang tuamu, maka berjihadlah.” Imam Nasr bin Muhammad bin Ibrahim ‎al-Samaqandi, menerangkan bahwa hadits ini menunjukkan berbuat baik ‎kepada orang tua lebih utama daripada jihad fi sabilillah, karena ‎sesungguhnya Nabi Muhammad memerintahkan untuk meninggalkan jihad ‎dan mengganti dengan sibuk bergumul sembari berbuat baik kepada orang ‎tua. Begitu juga dengan menaati orang tua agar tidak berperang ketika tidak ‎mendapatkan izin (Kitab Tanbihul ghafilin, hal: 65).‎

‎ 
Ketika orang tua telah meninggal pun, kewajiban berbakti kepada mereka ‎masih melekat kepada para anaknya. Seorang laki-laki dari Bani Salamah ‎mendatangi Rasulullah, dan menceritakan bahwa kedua orang tuanya telah ‎meninggal. “Apakah kewajiban berbuat baik kepada kedua orang tua saya ‎masih melekat? Rasulullah menjawab, “iya” seraya mengatakan ‎mohonkanlah ampun dengan membaca istigfar, menunaikan janji-janji yang ‎belum terpenuhi, memuliakan sahabat-sahabat mereka, dan meneruskan ‎menyambung silaturahim keduanya (Kitab Tanbihul ghafilin, hal: 69)‎
‎ 

Akhirnya, manusia tak akan pernah bisa memilih dari rahim mana ‎dilahirkan. Tetapi, satu hal yang pasti, ibu adalah wanita terhebat yang ‎pernah terlahir demi menjaga keberlangsungan umur bumi. Berbaktilah ‎dengan tulus kepada kedua orang tuamu (ibu), karena cepat atau lambat ‎engkau akan mendapatkan kejutan-kejutan dari Allah dan menjadilah ‎bagian dari warisan terbesar dalam sejarah dari kedua orang tuamu—anak ‎saleh.‎

‎ 
Masya Allah

‎ 
Wallahu a’lamu bisshawab
‎ 

K Hadi Susiono Panduk, Kolumnis Muslim; Rais Syuriyah Majelis Wakil ‎Cabang NU Bayah; Pengurus Pergunu Kabupaten Lebak; Pengurus MUI ‎Kabupaten Lebak; Alumnus Pondok Pesantren Al-Khoirot & Sabilillah dan ‎Madrasah Aliyah Nahdlatul Muslimin Kudus; serta Universitas Diponegoro ‎Semarang.‎

Editor: Izzul Mutho

Artikel Terkait