Muslim yang Menggangu, Menyakiti Itu Islamnya Belum Sempurna
Rabu, 30 Oktober 2024 | 11:41 WIB
Tangerang Selatan, NU Online Banten
Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan Kiai Muhammad Hanifuddin mengatakan, orang Islam tapi masih menyakiti Muslim lain itu Islamnya tidak sempurna. ’’Dia sudah Islam, tapi masih mengganggu, Islamnya kurang. Jadi bagaimana agar orang sekitar, Muslim, tidak terganggu, tidak tersakiti,’’ ujarnya saat ngaji Kitab Syarhun Lathifun ‘ala Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama di Lantai 2 Graha Aswaja NU Tangerang Selatan (Tangsel), Ciputat, Tangsel, Selasa (29/10/2024) malam.
Baca Juga
Antara Tahadduts Binni’mah dan Riya
Pria asal Sragen, Jawa Tengah, yang saat ini mengajar di Pondok Pesantren Darus-Sunnah Ciputat menyampaikan hal tersebut saat membahas hadist ke-17 di dalam salah satu karya pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama. Bunyi hadits dari Abdullah bin Amr yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim adalah almuslimu man salimal muslimuna min lisanihi wayadihi, wal muhajiru man hajara ma nahaallahu anhu.
Selain hadits tersebut, juga dibahas hadits ke-18 terkait persangkaan jelek atau dhan. ’’Jauhilah persangkaan yang jelek, karena sesungguhnya dhan lebih bohongnya pembicaraan, dan jangan melihat kejelekan, dan jangan mengulik kejelekan, dan jangan saling hasud, dan jangan saling membelakangi atau saling berpaling, dan janga saling marah-marahan. Jadilah kamu sekalian hamba Allah yang bersaudara,’’ terang pria yang pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Ringinagung, Kediri, Jawa Timur, itu mengartikan poin hadits dari Abu Hurairah itu.
Sekadar diketahui, ngaji kitab rutin ini digelar setiap Selasa malam. Satu rangkaian dengan istighotsah dan pembacaan Shalawat Nariyah yang malam itu dipimpin Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Tangsel Kiai Himam Muzzahir.
Perlu diketahui juga, Arbain Haditsan Tata'allaq bi Mabadi' Jamiyyah Nahdatil Ulama merupakan karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Kitab Mbah Hasyim—sapaan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari—yang berkenaan dengan berdirinya Jam’iyyah NU itu, memiliki kekhasan. Kitab tersebut dilampirkan bersamaan dengan Mukaddimah Qanun Asasi Nahdatul Ulama yang berkaitan erat (tata'allaq) dengan berdirinya NU.
Arbain Haditsan Mbah Hasyim ini dimulai dengan pesan kebaikan, bagaimana esensi agama, lalu bagaimana pula jika agama diserahkan kepada mereka yang bukan ahlinya. Redaksi yang ditulis oleh Mbah Hasyim dalam Arbain Haditsan tidak melulu dari Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim saja, akan tetapi juga dari Tabrani, Abi Dawud hingga kutipan dari Abu Nuaim Al-Asfahani, yang masih relevan hingga sekarang. Artinya, ada unsur continuity (keberlangsungan) di situ. Dari sinilah keistimewaan sosok Mbah  Hasyim mampu meletakkan 40 hadits pilihan sebagai pondasi Jam'iyyah Nahdatul Ulama.
Sedangkan Syarhun Lathifun merupakan syarah atas Arbain Haditsan yang ditulis oleh Khoiruddin Habziz, santri dan pengurus Ma’had Aly Situbondo, Jawa Timur. Kitab dengan tebal 124 halaman tersebut diberi pengantar oleh Wakil Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Afifuddin Muhajir, yang juga mengajar di Ma’had Aly Situbondo. (Mutho)
Terpopuler
1
Perang Iran-Israel, PBNU Desak Genjatan Senjata Segera
2
AKN NU Membangun Kader dengan Jiwa Petarung
3
Jadi Kader IPNU-IPPNU Butuh Semangat dan Istiqamah
4
Sopian Terpilih sebagai Ketua PAC Ansor Banjarsari, Baehaqi Jadi Nakhoda Malingping
5
AKN NU sebagai Ikhtiar Lahirkan Pemimpin NU Masa Depan
6
Kader Fatayat Diharap Konsisten Semangat
Terkini
Lihat Semua