Banten Raya

Susun SOP, Ingin Pastikan Pesantren Tempat Aman untuk Anak

Sabtu, 14 September 2024 | 22:51 WIB

Susun SOP, Ingin Pastikan Pesantren Tempat Aman untuk Anak

Workshop SOP kebijakan perlindungan anak di pesantren di salah satu hotel di Rangkasbitung Lebak, Banten, Sabtu (14/9/2024). (Foto: NUOB/Sapnudi)

Lebak, NU Online Banten

Ketua Yayasan Bumi Ngaos An-Nahdliyah Tsabit Latif mengatakan, hasil workshop penyusunan standar operasional prosedur (SOP) kebijakan perlindungan anak di pesantren diharapkan bisa segera diimplementasikan. ’’Anak-anak di pesantren harus terlindungi secara maksimal. Kami berharap SOP ini bisa memberikan kepastian hukum dan kenyamanan bagi mereka dalam proses belajar,’’ ujarnya saat workshop yang digelar Yayasan Bumi Ngaos An-Nahdliyah di Hotel Maris, Rangkasbitung, Lebak, Banten, Sabtu (14/9/2024).


Sedangkan Ketua Pelaksana Abdul Rohim Mushonif menambahkan, kegiatan tersebut untuk memberikan pedoman perlindungan anak yang bisa diterapkan di pesantren. “Kami ingin memastikan pesantren menjadi tempat yang aman bagi anak-anak. SOP ini akan menjadi panduan dalam mencegah berbagai bentuk pelanggaran terhadap hak-hak anak,’’ ungkapnya.


Adapun Kepala Kementerian Agama Kabupaten Lebak Masyhudi mengatakan, semua yang terkait bertanggung jawab atas perlindungan anak di pesantren. ’’Kebijakan ini harus segera diterapkan di seluruh pesantren untuk menjaga hak-hak anak,’’ katanya. Workshop ini, lanjutnya, diharapkan menghasilkan SOP yang dapat segera diterapkan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan ramah anak.


Seperti diberitakan NUOB sebelumnya,
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan segera menghadirkan langkah-langkah agar pondok pesantren bisa terbebas dari kekerasan. “Oleh karena itu PBNU sekarang sedang menyiapkan langkah langkah untuk bisa menghadirkan pesantren yang bebas dari kekerasan, apapun bentuk kekerasan itu,” kata Ketua PBNU Alissa Wahid dalam Diskusi Terarah dan Konsolidasi Rencana Strategis Penanganan Kekerasan di Lantai 5 Gedung PBNU, Jakarta, Kamis (5/9/2024).


Ia mengatakan bahwa sudah banyak berita yang menyoroti kekerasan di pesantren dan tak jarang kekerasan itu dilakukan oleh pengasuh pondok, termasuk santri senior. “Kita harus mengakui bahwa akhir-akhir ini berita tentang kekerasan di pesantren itu makin banyak, baik dilakukan oleh pengasuh maupun oleh santri senior kepada santri junior bahkan antarsantri yang setara,” jelas Alissa, dilansir NU Online.



Dalam diskusi ini, Alissa Wahid menyampaikan bahwa PBNU sedang memikirkan faktor-faktor penyebab kekerasan yang terjadi di lingkungan pesantren. “Misalnya soal kesalahan-kesalahan pandangan tentang kesalahan pemahaman tentang tawadhu,” ungkapnya.



Dia juga memberikan contoh mengenai budaya senioritas yang menciptakan kesewenang-wenangan terhadap santri junior. “Misalnya ketaatan kepada santri senior itu kemudian membuat santri seniornya menggunakan nilai-nilai itu, justru untuk melakukan kekerasan pada juniornya. Nah hal-hal seperti itu yang kita sedang pikirkan,” paparnya.



Ia juga menegaskan bahwa persoalan mengenai kekerasan sangat sering terjadi, termasuk kekerasan seksual di lingkungan pesantren dan menjadi persoalan yang bukan hanya penting, tetapi genting.

 

Sebagai diketahui, agenda diskusi ini diselenggarakan oleh Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) bekerja sama dengan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU.