Nasional

Imam Masjid Nabawi Puji Tradisi Keilmuan Pesantren NU, Sebut Karya Syekh Nawawi Banten

Rabu, 9 Oktober 2024 | 23:42 WIB

Imam Masjid Nabawi Puji Tradisi Keilmuan Pesantren NU, Sebut Karya Syekh Nawawi Banten

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan Imam Masjid Nabawi Madinah Syekh Ahmad bin Ali Al-Hudzaifi memegang cenderamata di Kantor PBNU Jakarta, Rabu (9/10/2024). Hadir juga Wakil Ketua PBNU Zulfa Mustofa (kanan). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online Banten

Imam Besar Masjid Nabawi Syekh Ahmad bin Ali Al-Hudzaifi memuji perkembangan ilmu keislaman yang ada di pesantren Nahdlatul Ulama (NU). Menurutnya, tradisi keilmuan tersebut telah menghasilkan beberapa ulama dan karya-karya yang diakui secara internasional. "Dibilangnya bahwas tradisi keilmuan pesantren NU tradisi keilmuan yang sangat dalam, mengakar, dan lama," kata Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ahmad Ginanjar Sya'ban selepas pertemuan Imam Besar Masjid Nabawi Syekh Ahmad bin Ali Al-Hudzaifi dengan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf di Lantai 3 Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Senen, Jakarta, Rabu (9/10/2024).


Melalui Ginanjar, Syikh Ahmad menceritakan, terdapat salah satu ulama Makkah Syekh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki yang memiliki hubungan dengan tradisi keilmuan Islam di Indonesia dan juga dengan kiai-kiai NU.


Selain itu, Syekh Ahmad juga menyebut salah satu karya Tafsir Munir yang dikarang oleh Syekh Nawawi Banten. Syekh Nawawi ini Mahaguru Ulama Nusantara pada zamannya yang mengajar menulis dan menulis karya hingga wafat di Makkah. "Syekh Nawawi juga terhitung sebagai satu guru utama dari pendiri Jam’iyyah NU yaitu Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari," jelasnya, dilansir NU Online.


Syekh Ahmad juga merasa kagum atas penamaan Kitab Tafsil Al Ibriz yang berartikan emas yang murni yang dikarang oleh KH Bisri Mustofa Rembang. "Di samping itu karangan Kiai Bisri yang lain juga disebutkan terjemah Jawa Pegon atas terjemah Alfiyah Ibnu Malik juga karya-karya yang lain," jelasnya.


Syekh Ahmad juga mengapresiasi pola keberagamaan yang ada di Indonesia yang bisa berselaras dengan kehidupan yang beragam, kehidupan berbudaya, dan kehidupan kebangsaan Indonesia tanpa menimbulkan konflik berarti  "Kehidupan di Indonesia bisa dijadikan cerminan dan contoh bagi umat Muslim di belahan Muslim lain," jelasnya.



Syekh Ahmad mengapresiasi langkah PBNU terkait inisiatif yang telah dilakukan terutama soal perkembangan dakwah, perkembangan ilmu pengetahuan, dan upaya-upaya perdaiaman dunia.  "Berharap nanti akan ada kerja sama-kerja sama lebih erat antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Kerajaan Arab Saudi, maupun antara NU dengan berbagai lembaga Islam di sana," katanya.




Pertemuan tersebut berlangsung sekitar satu jam. Sejak kedatangan pukul 10.30 WIB. Syekh Ahmad tampak memakai baju thobe, datang bersama Duta Besar Kerajaan Arab Saudi Faisal Abdullah Al-Amudi. Sedangkan Gus Yahya—sapaan KH Yahya Cholil Staquf didampingi oleh Katib Syuriah PBNU KH Muhammad Faiz Syukron Makmun, Wakil Ketua PBNU Zulfa Mustofa, dan Ketua Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Habib Hasan Al-Bahas.



Sedangkan Gus Yahya mengatakan, Syekh Ahmad ini baru berkunjung kali pertama ke PBNU. Inisiatif kedatangan Syekh Ahmad, kata Gus Yahya, adalah NU telah dikenal dan terbukti melaksanakan tugas-tugas sebagai organisasi Islam terbesar di dunia. 



"Beliau mengatakan tadi juga NU telah dikenal dan telah terbukti melaksanakan dan mempunyai inisiatif besar sudah diakui sebagai organisasi terbesar Islam di dunia sehingga sangat berkepentingan untuk bisa juga menjalin hubungan dengan NU," jelasnya.


Gus Yahya dan Syekh Ahmad telah bersepakat untuk melakukan komunikasi lebih intensif antara Kerajaan Arab Saudi, Pemerintahan Indonesia, dan Nahdlatul Ulama. "Kesepakatannya setelah ini akan dilakukan komunikasi lebih intensif antara kedua belah pihak," terangnya. (Haekal Attar)