Kabupaten Tangerang, NU Online Banten
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Savic Ali menegaskan, meski Nahdlatul Ulama (NU) disebut-sebut saat ini dekat dengan kekuasaan, tapi beda dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) ketika itu.
Baca Juga
PBNU Tegas Tolak Perpres Minuman Keras
’’PKI itu kan partai, ideologis, mengincar kekuasaan, sangat modern. Ada kesadaran modernitas, jiwanya modern, memikirkan masa depan betul. Obsesinya ke kuasaan,’’ ujarnya menjawab pertanyaan peserta tentang kemungkinan setelah dekat lalu ingin berkuasa berkaca PKI, saat mengisi kegiatan bertema media sebagai penggerak organisasi di Hotel Atria, Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, Kamis (12/10/2023).
Sedangkan Nahdlatul Ulama, lanjut pria berkacamata tersebut di hadapan puluhan jurnalis, resisten terhadap modernitas. Pijakan al-muhafadhah 'alal qadim al-shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah atau memelihara yang lama yang masih baik dan mengambil yang baru yang lebih baik.’’Yang sering dipakai  al-muhafadhah 'alal qadim al-shalih…,’’ ujar pria yang saat belia belajar di Mathali’ul Falah, Kajen, Pati, Jawa Tengah, tersebut.
Baca Juga
Ketua PBNU Ajak Masyarakat Tetap Waspada
Ditambahkan pria asal Tayu, Pati, Jawa Tengah, itu, warga Nahdlatul Ulama tidak gelisah akan masa depan.’’Sekali lagi, Nahdlatul Ulama tidak digerakkan oleh software modernitas. Kita lihat, 32 tahun Orde Baru, menjauhkan orang NU dari kekuasaan, kita bisa. Jadi, obsesisinya terhadap kekuasaan tidak bisa dibandingkan. Pikiran, jelas beda. Santai,’’ tegas pria yang mengenakan baju warna gelap dan celana hampir senada plus jam di tangan kirinya tersebut.
Selain itu, lanjut  pria yang pernah menimba ilmu di IAIN—sekarang UIN-- Sunan Kalijaga, Jogja, tersebut, Nahdlatul Ulama bukan partai politik.’’Tidak secara langsung bersentuhan dengan kontestasi dan rivalitas partai. Bahkan, saat ini semua mendekati NU, termasuk partai. Jadi di atas partai. Saya tidak punya kekhawatiran sama sekali terkait NU soal tersebut,’’ ungkap pria yang pernah menjadi direktur NU Online tersebut.
Seperti diberitakan, dalam kesempatan tersebut, Savic juga menegaskan bahwa media dapat menggerakkan organisasi. Dia mencontohkan media yang membersamai perjalanan Nahdlatul Ulama. ’’Ada Swara Nahdlatoel Oelama, Duta Masyarakat, Warta NU, dan kemudian NU Online. Apa pun, NU Online menjadi kapal pertama yang berlayar di samudera dunia maya dengan membawa bendera NU. Mengenalkan NU, itu imej yang dibangu NU Online,’’ terangnya.
Oleh karena itu, dia memperkirakan banyak orang yang saat ini mengenali NU kemungkinan karena NU Online. Itu imej yang ada di kepala. ’’Jadi NU Online merupakan penggerak organisasi NU di dunia maya,’’ tegas pria yang pernah kuliah di STF Driyakarya Jakarta itu.
Media merupakan salah satu kekuatan yang berpengaruh. Selain secara internal menggerakkan organisasi, juga dapat membangun opini publik dan menentukan pikiran massa. ’’Saya kira media di lingkungan NU, mau sekadar Buletin Jumat, punya pengaruh dalam gagasan dan memengaruhi tindakan,’’ ungkap pria kelahiran Tayu tersebut. (M Izzul Mutho)
Terpopuler
1
Perang Iran-Israel, PBNU Desak Genjatan Senjata Segera
2
AKN NU Membangun Kader dengan Jiwa Petarung
3
Jadi Kader IPNU-IPPNU Butuh Semangat dan Istiqamah
4
Sopian Terpilih sebagai Ketua PAC Ansor Banjarsari, Baehaqi Jadi Nakhoda Malingping
5
AKN NU sebagai Ikhtiar Lahirkan Pemimpin NU Masa Depan
6
Kader Fatayat Diharap Konsisten Semangat
Terkini
Lihat Semua