Khidmat NU di Pendidikan Harus Dorong Dhuafa ke Mobilitas Vertikal
Jumat, 24 Januari 2025 | 00:31 WIB
Jakarta, NU Online Banten
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Muhammad Nuh mengatakan, khidmat NU dalam dunia pendidikan harus mendorong masyarakat dhuafa ke arah mobilitas vertikal, terutama bagi generasi muda. "Kita siapkan dunia pendidikan NU ini sebagai pendidikan yang terbaik untuk mendorong dhuafa-dhuafa bisa mengalami mobilitas vertikal," ujarnya dalam sesi Suara Peserta Kongres pada Kongres Pendidikan NU di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (23/1/2025).
Nuh menggambarkan pada 20 tahun mendatang NU akan diisi oleh generasi Y, generasi Z, dan generasi alpha. Ketiganya merupakan generasi yang tergolong ke dalam digital native, yakni generasi yang sebagian besar aspek kehidupannya beririsan dengan teknologi digital. Bahkan, untuk generasi alpha sejak lahir mereka telah akrab dengan penggunaan gawai (gadget).
Namun, realita yang dihadapi saat ini masih banyak gen Z dan gen alpha yang berasal dari golongan masyarakat dhuafa. Kelemahan ekonomi berpotensi menjadi jurang pemisah dengan kemajuan teknologi karena terbatasnya akses masyarakat kalangan bawah dalam perkembangan teknologi yang kian cepat.
Oleh karena itu, pria yang menyandang profesor itu mengimbau agar khidmat-khidmat yang dilakukan dalam naungan NU pada dunia pendidikan harus mendorong generasi muda dhuafa saat ini ke tengah pusaran mobilitas vertikal.
"NU saat ini sedang mengalami mobilitas vertikal, naik. Baik dari sisi intelektual semakin banyak orang-orang NU yang intelektualnya bagus, sosial ekonominya juga bagus, politiknya juga bagus. Kalau khidmat ijtima’iyyah ini tidak diperkuat, orang-orang pintar NU akan keluar dari NU," imbuhnya.
Menurutnya, realita ini kemudian juga menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik NU untuk terus beradaptasi dengan berbagai perubahan dan inovasi digital. "Tantangan terbesar dan terberat bagi kita dan dunia pendidikan adalah education for digital native in digital era. Persoalannya, guru-gurunya bukan digital native. Ada frekuensi yang tidak sama," ujarnya.
Ia menganalogikan pendidikan berbeda dengan pelatihan. Pendidikan itu seperti landasan pacu yang lebih panjang dari pesawatnya. Kalau panjangnya sama (dengan pesawat) itu pelatihan. ’’Artinya, pendidikan yang diberikan harus lebih luas dan lebih menyeluruh dengan mengombinasikan pengetahuan masa lalu, realita masa kini, dan inovasi masa depan dari pada sekadar tujuan-tujuan sesaat seperti pencarian kerja belaka,’’ terangnya, dilansir NU Online.
Sedangkan Rektor Universitas Islam Malang (Unisma) Junaidi menyampaikan beberapa program yang dicanangkan oleh kampus didesain untuk mendukung mahasiswa untuk berdaya dan masuk ke tengah mobilitas vertikal sebagai bentuk khidmat. "Antara lain kami membuat program inkubasi bisnis dan kewirausahaan yang diperkenalkan sejak OSIKA mahasiswa baru," ujarnya. Kampus, lanjutnya, memberikan fasilitas berupa pendampingan hingga hibah pendanaan bagi usaha yang digagas mahasiswa yang memenuhi kriteria agar dapat berkembang.
Sekadar diketahui, Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU, Lembaga Pendidikan Ma’arif NU serta Lembaga Perguruan Tinggi PBNU mengadakan Kongres Pendidikan NU yang merupakan rangkaian dalam rangka Hari Lahir (Harlah) Ke-102 NU.
Sementara itu, A’wan PBNU Nyai Hj Badriyah Fayumi mengungkapkan bahwa epistemologi pesantren sarat akan nilai. Pesantren memiliki konsep khidmat, berkah hingga pola pengasuhan 24 jam. Tata nilai ini, lanjutnya, selanjutnya menjadi landasan cara pandang serta cara berbuat bagi kalangan pesantren. "Khidmat menjadi kurikulum hidup, tradisi ekospiritual yang terjaga di pesantren," ungkapnya.
Akan tetapi, imbuhnya, jika potensi pesantren tersebut tak dikelola dengan baik, justru akan menimbulkan mudarat yang lebih besar. Pengelola pesantren perlu melestarikan budaya luhur itu. Sebab itu, dia menyarankan agar pola pengasuhan di pesantren dimaknai sebagai peran pengasuhan orang tua kandung. “Tapi tantangan kita hari ini, ada oknum-oknum yang melakukan penyalahgunaan atas khidmat sehingga kemudian terjadi eksploitasi. Ini tantangan,” tegas Pengasuh Pondok Mahasina Darul Quran wal Hadits Jatiwaringin, Bekasi, itu.
Oleh karena itu, sambungnya, pengasuhan di pesantren itu parenting bukan fathering, sekalipun kebanyakan pengasuh pesantren itu laki-laki. Ia menegaskan bahwa pesantren itu rumah kedua bagi santri. Para santri membutuhkan ayah dan ibu di pesantren dalam wujud pengasuh, pembina, dan pengurus.
Adapun Ketua RMI PBNU KH Hodri Ariev mengibaratkan bahwa hubungan kiai dan santri bagai mursyid dan murid. Artinya, pengasuh pesantren bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup di dunia hingga akhirat terhadap diri para santri. "Maka di situ keselamatan harus menjadi perhatian utama para kiai," ujarnya.
Dalam rangka memaksimalkan peran kiai serta proses pembelajaran santri, pihaknya telah menyepakati lima titik transformasi. Di antaranya pengasuhan dan kurikulum. Selain sebagai pemimpin utama, kiai disebut juga berperan dalam aspek institusional manajer dan leadership.
Peran ini, lanjut Kiai Hodri, mengharuskan adanya lembaga pendidikan Islam yang inklusif, terarah, dan dapat dikontrol oleh publik. Pasalnya, wilayah ini menjadi parameter bagi keamanan dan kenyamanan masyarakat pesantren, terutama santri putra dan putri.
"Jadi ekosistem di pesantren itu perlu diatur sedemikian rupa agar pesantren dapat dikelola dengan baik. Tidak hanya mengandalkan kepercayaan bahwa kiai bersikap baik, tetapi ada hal-hal yang menggoda kiai sebagai manusia," ungkapnya.
Di tempat yang sama, akademisi Katolik Hariyatmoko mengatakan, pendidikan karakter menjadi tanggung jawab setiap orang tua. Ia berpesan bahwa pendidikan karakter harus diemban tiap orang tua atau guru, tidak memandang apakah bidang apa yang digelutinya. "Jangan hanya kepada guru agama, guru pekerti atau (guru) PKN, tetapi setiap guru di setiap pelajaran menerapkan model pembelajaran yang di dalamnya ada unsur-unsur pendidikan karakter," jelasnya. (Afrilia Tristara, Achmad Risky Arwani Maulidi)
Terpopuler
1
Iran-Israel Saling Serang, Korban Berjatuhan
2
Bukan Hanya Saleh, Pengurus Hendaknya Muslih
3
Majelis Taklim Fatimah Zahra Bukan Sekadar Ruang Pengajian Rutin
4
Iran-Israel Perang, Presiden Prabowo Serukan Perdamaian
5
Proses Pemulangan Masih Berlangsung, Jamaah Haji Diimbau Berikut Ini
6
Pemerintah Putuskan Empat Pulau yang Jadi Polemik Masuk Wilayah Aceh
Terkini
Lihat Semua