Singgih Aji Purnomo
Kolomnis
Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia yang telah berdiri sejak 1926. Sebagai lembaga besar yang mendalam akar sejarah dan kebudayaan Islam di Indonesia, NU selalu menjadi penjaga ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah yang menekankan pada moderasi, toleransi, dan keberagaman. Namun, di abad baru ini, NU menghadapi tantangan besar dalam mengajak generasi muda, terutama Generasi Z (Gen Z), untuk lebih memahami dan berperan aktif dalam organisasi.
Gen Z, yang lahir sekitar tahun 1997 hingga 2012, tumbuh dalam era teknologi dan globalisasi yang serba cepat dan dinamis, dengan nilai-nilai yang mungkin berbeda dengan generasi sebelumnya. Kini, mengajak Gen Z untuk login bergabung dengan dan memahami nilai-nilai NU memerlukan pendekatan yang berbeda, serta pemahaman yang mendalam tentang apa yang menjadi tantangan bagi mereka.
Karakteristik Gen Z: Teknologi, Informasi, dan Kehidupan Digital
Baca Juga
NU Memasuki Abad Baru
Gen Z adalah generasi yang sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, terutama internet dan media sosial. Mereka tumbuh dengan perangkat digital di tangan mereka, sehingga akses terhadap informasi begitu mudah dan cepat.
Gen Z adalah generasi yang inginya instan, terhubung secara global, dan sangat terinformasi melalui berbagai platform media sosial seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan YouTube. Perubahan pola konsumsi informasi ini mempengaruhi cara berpikir dan bertindak mereka, termasuk dalam hal beragama dan berorganisasi.
Salah satu karakteristik penting dari Gen Z adalah kemauan untuk lebih terbuka terhadap beragam pandangan dan pengalaman hidup. Mereka cenderung lebih kritis dan independen dalam menilai berbagai masalah sosial dan politik.
Bagi Gen Z, otoritas bukan lagi sesuatu yang harus diterima begitu saja, melainkan harus diuji dan dibuktikan relevansinya dengan kehidupan mereka sehari-hari. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi NU yang sering kali mengandalkan tradisi, ajaran, dan figur-figur yang memiliki otoritas dalam struktur organisasi.
Baca Juga
Menjemput Abad Ke-2 Nahdlatul Ulama
Tantangan Mengajak Gen Z Bergabung dengan NU
Perbedaan Nilai dan Cara Beragama
Gen Z punya pemahaman yang berbeda dari segi agama dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Meskipun masih banyak yang mengidentifikasi diri sebagai Muslim, caranya memahami dan mempraktikkan agama bisa sangat berbeda. Gen Z lebih condong ke arah pragmatis dalam hal agama, mereka lebih menilai berdasarkan relevansi langsung dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekedar mengikuti tradisi atau ajaran secara formal.
NU, yang selama ini dikenal dengan pendekatan tradisional dan sangat menghormati otoritas keagamaan yang ada dalam struktur pesantren dan kiai, perlu peka bahwa Gen Z membutuhkan konten yang lebih dari sekadar ceramah atau pengajaran agama yang konvensional. Mereka ingin melihat bagaimana ajaran Islam yang moderat yang diajarkan oleh NU dapat relevan dengan tantangan zaman, seperti isu-isu sosial, politik, dan ekonomi yang dihadapi sehari-hari.
Kehidupan Digital dan Konsumsi Informasi
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Gen Z sangat dipengaruhi oleh dunia digital. Kehidupan mereka sangat terhubung dengan internet, dan mereka lebih banyak mengonsumsi informasi melalui media sosial.
Di sisi lain, NU masih relatif kurang maksimal dalam memanfaatkan potensi media digital untuk berdakwah dan menyebarkan pesan-pesan keagamaan. Platform-platform seperti TikTok, YouTube, dan Instagram adalah saluran yang sangat efektif untuk menjangkau Gen Z, namun NU belum sepenuhnya memanfaatkan peluang ini dengan optimal.
Selain itu, penyebaran informasi yang tidak terfilter melalui media sosial sering kali mengarah pada misinformasi atau bahkan radikalisasi. Gen Z mungkin lebih mudah terpapar oleh ideologi-ideologi ekstrem yang tidak sesuai dengan ajaran Islam moderat yang dibawa oleh NU.
Oleh karena itu, NU perlu lebih agresif dalam menyebarkan konten-konten yang relevan, menarik, dan mudah dipahami oleh Gen Z, dengan tetap menjaga prinsip-prinsip ajaran Islam yang moderat.
Pandangan terhadap Otomatisasi dan Tradisi
Gen Z adalah generasi yang cenderung lebih pragmatis dan berorientasi pada hasil. Mereka sangat terbuka dengan kemajuan teknologi dan kerap kali melihat tradisi sebagai sesuatu yang terkadang tidak relevan dengan kebutuhan masa kini.
Dalam konteks ini, NU yang sangat menjaga nilai-nilai tradisi dan ritual keagamaan seperti ziarah, majelis taklim, dan upacara agama, perlu mempertimbangkan pendekatan yang lebih fleksibel dan adaptif. Meskipun tradisi adalah bagian penting dari NU, lembaga ini perlu menjelaskan bagaimana tradisi-tradisi tersebut masih sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi generasi Z yang identik hidup dalam dunia serba digital dan serba cepat.
Contohnya, penerapan sistem pendidikan pesantren yang sangat berfokus pada hafalan dan tradisi keilmuan klasik. Meskipun penting, sistem pendidikan ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan zaman, di mana keterampilan teknis dan kemampuan berpikir kritis menjadi semakin penting. NU bisa mempertimbangkan untuk mengintegrasikan pelajaran keagamaan dengan keterampilan digital, kepemimpinan, dan kewirausahaan yang lebih relevan dengan kehidupan Gen Z.
Solusi dan Strategi untuk Mengajak Gen Z Bergabung dengan NU
Meningkatkan Kehadiran Digital NU
Salah satu langkah utama yang perlu dieksekusi oleh NU adalah memperkuat kehadirannya di dunia digital. Dengan mengembangkan saluran-saluran dakwah melalui media sosial, NU dapat menjangkau Gen Z secara langsung.
Konten-konten keagamaan yang ringan, menarik, dan mudah dicerna, seperti video singkat, infografis, atau artikel berbasis sains, bisa menjadi sarana yang sangat efektif. Selain itu, NU perlu mendorong keterlibatan langsung Gen Z dalam kegiatan-kegiatan keagamaan dan sosial melalui platform digital, walhasil mereka merasa menjadi bagian dari perubahan yang lebih besar.
NU juga dapat mengembangkan aplikasi atau platform daring guna pengajaran agama yang sesuai dengan cara belajar Gen Z. Dengan pendekatan yang lebih interaktif dan berbasis teknologi, NU dapat menjadi organisasi yang lebih dekat dengan dunia Gen Z tanpa kehilangan esensi ajaran Islam moderat yang diusungnya.
Meningkatkan Dialog dan Pendekatan Personal
Gen Z menghargai dialog dan komunikasi yang terbuka. Gen Z cenderung tidak suka diperintah atau didiktekan tanpa pemahaman yang jelas. Oleh karenanya, NU perlu memperkuat pendekatan dialogis dalam berinteraksi dengan generasi Z. Membuka ruang bagi Gen Z untuk berdiskusi tentang isu-isu keagamaan, sosial, dan politik yang relevan dengan kehidupan adalah kunci dalam membangun hubungan yang lebih kuat dengan Gen Z.
NU juga dapat mengembangkan program-program pelatihan dan pengembangan kepemimpinan bagi Gen Z, yang tidak hanya menekankan pada pengajaran agama tetapi juga pada pengembangan kemampuan pribadi dan sosial. Dari kegiatan itu, Gen Z bisa melihat NU sebagai wadah yang tidak hanya berfokus pada kegiatan ritual, tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup secara menyeluruh.
Memperkenalkan Konsep Islam Moderat yang Relevan
Agar Gen Z bisa lebih mudah menerima ajaran NU, perlu ada penekanan pada relevansi Islam moderat dengan kehidupan Gen Z sehari-hari. NU harus dapat menunjukkan bagaimana nilai-nilai moderasi, toleransi, dan kedamaian dalam Islam bisa diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam menghadapi masalah sosial, politik, ekonomi, dan bahkan dalam dunia kerja dan kewirausahaan. Gen Z cenderung menghargai ajaran yang tidak hanya berbicara tentang surga dan akhirat, tetapi juga memberikan solusi untuk kehidupan nyata dan kekinian.
Mengajak Gen Z untuk bergabung dengan Nahdlatul Ulama adalah tantangan yang besar, sekaligus peluang emas guna memajukan organisasi ini di abad baru. Gen Z, dengan segala karakteristik dan keunikannya, menawarkan tantangan dalam hal cara beragama, konsumsi informasi, dan interaksi sosial. Namun, dengan pendekatan yang tepat seperti memanfaatkan teknologi digital, menciptakan dialog terbuka, dan menunjukkan relevansi ajaran Islam moderat NU dapat memperoleh tempat yang lebih kuat di hati generasi Z.
Kondisi dunia yang terus berubah, NU perlu menjadi organisasi yang adaptif tanpa kehilangan esensi ajaran yang telah diperjuangkan selama ini, untuk memastikan bahwa generasi masa depan tetap melanjutkan perjuangan besar dalam menjaga Islam yang damai dan moderat di Indonesia.
Selamat Harlah NU ke-102 versi tahun hijriyah 16 Rajab 1446.
Singgih Aji Purnomo, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al Amanah Al-Gontory, Jurnalis NU Online Banten
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tradisi Ziarah Kubur saat Sya’ban
2
Membayar Kafarat Utang Puasa Ramadhan yang Belum Dilunasi
3
LBM-RMI PCNU Tangsel Kembali Gelar Bahtsul Masail Antar-Pesantren se-Jabodetabek
4
Malam Nisfu Sya’ban, Baca Doa Berikut Ini
5
Diluncurkan, Tiga Mustika ala Muslimat NU
6
Mengenakan Peci Hitam, Kapolres Tangsel Silaturahim ke PCNU Tangsel
Terkini
Lihat Semua