Nasional

Solusi Palestina-Israel, Butuh Ketegasan dan Konsolidasi Internasional

Ahad, 1 Juni 2025 | 09:43 WIB

Solusi Palestina-Israel, Butuh Ketegasan dan Konsolidasi Internasional

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf. (Foto: NUO/M Faizin)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, Presiden Prabowo Subianto konsisten soal politik luar negeri Indonesia, yang akan selalu mendukung bangsa-bangsa di dunia dalam memperjuangkan kemerdekaan.


Penilaian Gus Yahya—sapaan karib KH Yahya Cholil Staquf-- itu terkait sikap Indonesia yang disampaikan Presiden Prabowo usai temu bilateral dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, di Istana Merdeka Jakarta, Rabu (28/5/2025).



"Pernyataan Presiden Prabowo tentang kesiapan Indonesia mengakui keberadaan Negara Israel dengan syarat diakui dan ditetapkannya keberadaan Negara Palestina, itu konsisten dengan kebijakan solusi dua negara yang dikukuhi Indonesia sejak semula," katanya di Jakarta, Sabtu (31/5/2025). Ini, lanjutnya, sama persis dengan garis perjuangan NU yang akan selalu berdiri tegak bersama kekuatan lain di dunia untuk kemerdekaan bangsa Palestina.


Soal bagaimana agar ketegasan sikap bersama ini diwujudkan dalam langkah dan agenda yang nyata, dibutuhkan konsolidasi kokoh dari kalangan internasional. "Yang perlu ditempuh selanjutnya adalah melakukan penggalangan dan konsolidasi internasional melalui platform-platform multilateral yang sah untuk menggulirkan proses politik yang decisive menuju terwujudnya solusi dua negara tersebut," terangnya, dalam keterangan tertulis yang diterima NUOB.


Terutama, lanjutnya, dan ini prioritas utama, adalah menyelamatkan nyawa ribuan anak-anak, kalangan perempuan, dan rakyat yang renta dari ancaman kekerasan akibat perang. "Yang harus dilakukan saat ini juga adalah penghentian kekerasan oleh pihak mana pun dan menolong korban-korban kemanusiaan dari konflik berkepanjangan ini," tegasnya.


Menurutnya, ini dapat dicapai dengan jalan menggugah dan menuntut dunia internasional agar patuh melaksanakan konsensus yang ada. "Pada saat yang sama, masyarakat internasional harus berkonsolidasi untuk menegakkan konsensus-konsensus dan kesepakatan-kesepakatan yang sudah ada terkait masalah Israel-Palestina dengan penerapan yang tegas atas semua pihak," imbuhnya.


Seperti diberitakan, Presiden Prabowo Subianto mengatakan Indonesia akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Namun hal itu hanya akan dilakukan jika Israel mengakui kemerdekaan Palestina. "Salah satu hal yang sangat penting dalam pembahasan saya dengan Presiden Macron adalah apa yang disampaikan oleh Presiden Macron tentang kehendak Prancis untuk mendorong penyelesaian damai masalah Palestina," kata Prabowo.


Prabowo mendesak two-state solution sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai perdamaian. Dengan begitu, kedaulatan Israel juga harus diakui sebagai negara. "Di berbagai tempat, di berbagai forum, saya sampaikan sikap bahwa Indonesia memandang hanya penyelesaian two-state solution, kemerdekaan bagi bangsa Palestina  merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai perdamaian yang benar," ucapnya.

 

Prabowo juga mengatakan, Indonesia akan mengakui Israel jika Palestina diakui. "Karena itu, Indonesia sudah menyampaikan begitu negara Palestina diakui oleh Israel, Indonesia siap untuk mengakui Israel dan kita siap untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel," ujarnya.


Prancis menegaskan tekadnya untuk mengakui Palestina dan mengutuk langkah Israel memperluas serangan militer dan melakukan blokade bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza, yang mereka sebut tidak dapat dibela.


Penegasan itu disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Noel Barrot dalam pernyataan terbarunya saat berbicara kepada radio France Inter. Barrot juga menegaskan kembali bahwa Prancis mendukung inisiatif yang dicetuskan Belanda untuk meninjau kembali perjanjian kerja sama antara Uni Eropa dan Israel, yang nantinya dapat memengaruhi hubungan politik dan ekonomi. (*)