• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Minggu, 30 Juni 2024

Nasional

Teologis dan Saintifik Semestinya Tidak Akan Saling Bertentangan

Teologis dan Saintifik Semestinya Tidak Akan Saling Bertentangan
Ahmad Ataka (kiri) saat musyawarah buku di Teater HAR Partosentoso, Lantai 4 Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, Ciputat, Tangsel, Selasa (25/6/2024). (Foto: NUOB/Dian S)
Ahmad Ataka (kiri) saat musyawarah buku di Teater HAR Partosentoso, Lantai 4 Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, Ciputat, Tangsel, Selasa (25/6/2024). (Foto: NUOB/Dian S)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Ahmad Ataka, penulis buku Logika Keimanan, menerangkan, penulisan bukunya sebenarnya berangkat dari kegelisahan, terutama saat kuliah S3 di Inggris. "Awalnya saya tuangkan di blog. Lalu Turos Pustaka menawari untuk diterbitkan. Maka jadilah buku seperti sekarang," ucapnya memberi pengantar saat musyawarah buku yang digelar Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Turos Pustaka di Teater HAR Partosentoso, Lantai 4 Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), Selasa (25/6/2024).



Sebagai pembedah, Wawan Kurniawan mengatakan, dalam buku tersebut penulis menyitir isi sebuah kitab ilmu kalam (teologi Islam) berjudul Umm Al-Barahin karya Imam Sanusi. "Perlu diketahui bahwa Imam Sanusi terkenal dengan dalil hudusnya (kosmologi) yang mengatakan bahwa segala sesuatu itu ada permulaannya," terang dosen Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta itu.


Sesuatu yang bermula pasti sifatnya terbatas. Wujud yang terbatas pasti diadakan atau diciptakan. Alam semesta terbatas karena di dalamnya berisi kumpulan hal-hal yang terbatas. Ini membuktikan keberadaan Tuhan dari keterbatasan alam. Tuhan adalah niscaya dan sesuatu yang tidak terbatas.



"Kesimpulan yang saya ambil adalah akidah dan sains tidak selalu membahas hal yang sama, tapi bisa jadi mengalami irisan di satu simpang. Kesimpulan teologis dan saintifik yang melalui proses penalaran yang benar semestinya tidak akan saling bertentangan,’’ tegasnya dalam kegiatan bertajuk Akidah dan Sains: Bisakah Berjalan Beriringan? tersebut.

 



Ataka lalu menimpali. Menurutnya, sains sebagai disiplin ilmu atau metodologi berbicara soal fenomena di alam semesta. Keberadaan Tuhan sebetulnya di luar domain sains. "Sains adalah bagaimana membuat teori terbaik tentang cara kerja alam semesta. Yang saya alami, tidak sedikit scientist menganggap bahwa sains adalah satu-satunya ilmu pengetahuan. Segala sesuatu harus dapat dijelaskan oleh sains," ujar dosen teknik di Universitas Gadjah Mada itu. (Dian Sophya)


Nasional Terbaru