Nasional

Tutup Munas-Konbes 2025, Rais ‘Aam PBNU Beri Aba-Aba Berikut Ini

Jumat, 7 Februari 2025 | 14:25 WIB

Tutup Munas-Konbes 2025, Rais ‘Aam PBNU Beri Aba-Aba Berikut Ini

Penutupan Munas Alim Ulama dan Konbes Nahdlatul Ulama 2025 oleh Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Achyar di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (6/2/2025) malam. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online Banten

Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Achyar menutup secara resmi Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama 2025. Penutupan berlangsung khidmat di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (6/2/2025) malam.

 

Dalam pidato penutupannya, Kiai Miftach menyampaikan apresiasi atas kelancaran dan kesuksesan Munas-Konbes 2025. Pihaknya menekankan pentingnya menjaga organisasi sebagai kunci kemajuan NU di masa depan. "Malam penutupan ini, alhamdulillah, berjalan sangat baik untuk membuat organisasi kita ke depan," ujarnya, dilansir NU Online.


Kiai asal Surabaya, Jawa Timur, itu juga memberikan aba-aba kepada seluruh peserta untuk memasuki fase gaspol dalam menjalankan program-program yang telah disepakati. "Saat ini kita sudah masuk ke persneling ke-4 gaspol, tinggal persneling 5-nya kita sempurnakan dengan nanti adanya Munas-Konbes menjelang Muktamar ke-35," lanjutnya mengibaratkan.


Kiai Miftach juga berpesan kepada seluruh peserta agar tidak mampir ke mana-mana setelah acara ini, tetapi langsung pulang ke rumah dan menciptakan gelombang perubahan positif di daerah masing-masing. Dengan mengucapkan alhamdulillahirobbilalamin Kiai Miftach menutup secara resmi kegiatan yang merupakan rangkaian Hari Lahir Ke-102 Nahdlatul Ulama.


Sebelumnya, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyebutkan bahwa semua pengurus NU harus bisa kembali memosisikan diri dalam segala aspek dalam konteks kemaslahatan. Gus Yahya—sapaan akrabnya-- juga menyampaikan, siapa pun yang menginginkan kemaslahatan, maka harus bekerja sama dengan NU. "Untuk menjamin kemaslahatan sungguh-sungguh tercapai dan dirasakan oleh rakyat," jelasnya di tempat yang sama.

 


Dalam pidato penutupannya, dia juga menyampaikan, NU siap menghadapi tantangan baru dengan mengedepankan sistem tata kelola (governing system) yang lebih solid serta peran yang lebih strategis dalam masyarakat dan negara.

 

Hasil Munas-Konbes 2025 harus segera diimplementasikan demi penguatan organisasi dan pelayanan optimal kepada umat. “Saatnya kita bergerak bersama, menata kembali tata kelola NU agar lebih profesional dan efektif. Ini bukan pekerjaan ringan, tapi NU harus terus beradaptasi dengan dinamika zaman agar tetap relevan dan membawa manfaat bagi umat,” ujarnya.


Gus Yahya menegaskan, NU berkomitmen untuk menjaga independensi dan tidak terlibat dalam politik praktis. Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU harus tetap berada di tengah, menjadi jembatan yang mengayomi semua pihak serta memberikan solusi bagi berbagai permasalahan kebangsaan. “Kami ingin NU menjadi rumah besar bagi semua umat Islam, tanpa terkotak-kotak oleh kepentingan politik tertentu. Reposisi NU sebagai penjaga nilai-nilai keislaman dan kebangsaan harus terus diperkuat,” tambahnya.


Keberhasilan NU, lanjutnya, tidak hanya bergantung pada struktur organisasi, tetapi juga pada komitmen dan kerja nyata setiap anggota. “Kita harus bergerak bersama, menerapkan semua keputusan yang telah diambil dengan sungguh-sungguh. Perjuangan kita adalah untuk kemaslahatan umat, bukan sekadar kepentingan jangka pendek,” terangnya.



Sedangkan Ketua Steering Committee Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama 2025 M Nuh mengatakan, pengakuan dan penghargaan yang banyak diterima oleh NU belum cukup. Menurutnya, NU harus mengkonversinya menjadi kekuatan yang nyata bagi NU.


Profesor yang pernah menjadi menteri pendidikan nasional juga menyebutkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan.’’Tetapi yakinlah dengan semangat luar biasa, kepemimpinan yang luar biasa, organisasi yang luar biasa itu bisa kita capai," tegasnya optimistis. (M Fathur Rohman, Helmi Abu Bakar)