• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 2 Mei 2024

Opini

Dari Post Truth ke Virus Corona (Kajian Fikih Tasawuf)

Dari Post Truth ke Virus Corona (Kajian Fikih Tasawuf)
Andik Kuswanto
Andik Kuswanto

Oleh: Andik Kuswanto

Para dokter bersepakat bahwa daya tahan tubuh yang kuat bisa menahan masuknya segala virus ataupun penyakit. Virus (penyakit) bisa masuk ke dalam tubuh kita tergantung pada kekebalan tubuhnya kita. Ketika daya tahan tubuh lemah maka dengan mudah virus masuk. Namun ketika daya tahan tubuh kita kuat, akan sulit virus bisa masuk ke dalam tubuh kita. Daya tahan tubuh kita harus kuat agar terhindar dari virus dan penyakit.

Permasalahan di atas telah memberikan pemahaman kepada kita bahwa berapa banyak orang yang tidak memahami dirinya sendiri (tubuhnya), termasuk penulis sendiri. Merebaknya virus Corona di Indonesia menjadikan kekhawatiran saya dan banyak orang berlipat.

Untuk mencapai pemahaman terhadap Allah SWT, kemungkinan tingkatan keimanan kita masih jauh, lantaran kita belum bisa memahami diri kita sendiri. Kita masih belum mengenali seberapa kuat daya tahan tubuh kita dalam menghadapi virus (penyakit) yang sedang merebak tersebut.

Sebagaimana dalam kaidah agama: "Man 'Arofa Nafsahu faqod 'Arofa Rabbahu". "Barangsiapa mengenal dirinya (nafsahu) maka ia akan mengenal Tuhannya." Sekalipun kaidah tersebut memiliki penjelasan yang beragam, tetapi memiliki kekuatan bahwa manusia merupakan cerminan daripada sifat-sifat Allah SWT.

Kemunculan wabah dan virus atau penyakit dalam kehidupan manusia terutama umat Islam sebetulnya sudah ada sedari dulu, bahkan ketika masa Nabi Muhammad SAW masih hidup. Pada masa itu, Nabi Muhammad SAW menginstruksikan kepada umatnya untuk tidak mendekati wilayah yang sedang terkena wabah penyakit. Masyarakat diimbau untuk tidak panik, mengurangi aktivitas yang mendekati terinfeksi wabah, dan masyarakat diajak untuk semakin mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

Solusi agama dalam menghadapi wabah penyakit dan bencana sebenarnya tidak kurang, bahkan sudah diamalkan dari dulu dan ajarannya sudah masif, namun sejauh mana umat manusia menggunakan solusi-solusi keagamaan tersebut dalam menghadapi bencana-bencana kehidupan seperti kehadiran virus Corona.

Ada banyak tokoh agama yang memberikan kiat-kiat menangkal tertular dari virus Corona. Selain meningkatkan aktivitas ibadah, kita juga harus banyak berwudu. Jika batal maka berwudu lagi, melanggengkan wudu (dawam wudu). Dalam keadaan berwudu, seorang individu selain sudah dalam keadaan suci, juga ia telah menjaga dirinya dari perkara yang akan masuk ke dalam tubuhnya baik dari hal zahir dan batin. Selanjutnya, memperbanyak salat malam (tahajud, hajat, dan fajr) agar jiwanya terang dan tenang dalam menghadapi ujian dan cobaan yang datangnya silih berganti bahkan tidak bisa diprediksi. Sebab jiwa yang tenang dapat menangkal virus atau penyakit yang menyerang tubuh kita.

Selanjutnya adalah berkumpul dengan orang- orang alim. Orang alim yang dimaksudkan di sini adalah orang yg memiliki tujuan mulia dalam hidupnya, punya prinsip dalam mewujudkan cita-citanya, punya kecintaan atas bangsa dan tanah airnya. Terus terang, kejiwaan masyarakat Indonesia baru saja digoncang. Mulai dengan munculnya pemahaman yang berseberangan dengan falsafah negara kita, yaitu maraknya informasi bohong atau hoaks yang dilakukan bangsa kita sendiri, serta kemunculan post truth.

Post truth merupakan sejenis virus yang didominasi oleh pemikiran jahat untuk menghancurkan manusia melalui pemikirannya. Manusia dibentuk dengan sebuah pemikiran yang didominasi oleh basis pemikiran asal menang, bagaimanapun caranya. Tidak melihat apakah baik atau buruk, bahkan membuat orang sengsara. Mereka masa bodoh dengan kondisi dan situasi yang terjadi, baik dengan lingkungannya maupun terhadap bangsanya sendiri.

Jika Corona menghancurkan manusia dari daya tahan tubuh manusia maka post truth menghancurkan manusia dari daya pikiran. Keduanya merupakan virus yang berbahaya dan dapat mengancam keberlanjutan masyarakat dari berpikir dan daya tubuh sehat menjadi berpenyakitan.

Mudahan-mudahan kita diberikan banyak pemahaman atas diri kita sendiri sebagai syarat administratif untuk kita mengenali Tuhan kita, Allah SWT yang Maha Kuat dan Maha Pengendali dari segala hal termasuk pada virus dan penyakit. Semoga masyarakat Indonesia diberikan kekuatan dan kesabaran dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Penulis adalah alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Wakil Bendahara PCNU Tangsel 


Opini Terbaru