Pendidikan

Banyak yang Lebih Mengutamakan Menjaga Harta daripada Jiwa

Kamis, 17 Oktober 2024 | 23:24 WIB

Banyak yang Lebih Mengutamakan Menjaga Harta daripada Jiwa

Seminar Nasional Psikologi Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Kamis (17/10/2024). (Foto: NUOB/Iffah)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Guru Besar Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Abdul Mujib  menekankan pentingnya menjaga agama sebagai fondasi utama. Dia mengutip konsep kebutuhan dalam Islam seperti hifdhuddin (menjaga agama), hifdhunnafs (menjaga jiwa), hifdhul’aql (menjaga akal), hifdhunnasl (menjaga keturunan), dan hifdhulmal (menjaga harta). Demikian disampaikan saat menjadi pemateri Seminar Nasional Psikologi Islam bertema Improving Research Quality in Islamic Psychology di Teater Lantai 1 Gedung Zakiyah Drajat, Fakultas Psikologi UIN Jakarta, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (17/10/2024).


Dijelaskan, hasil penelitiannya menunjukkan, kebutuhan pertama adalah menjaga agama. Diikuti oleh menjaga jiwa yang lebih penting daripada harta. ’’Namun, kenyataan di masyarakat, banyak yang lebih mengutamakan menjaga harta daripada menjaga jiwa. Ini salah satu hasil penelitian terbaru yang menggabungkan Islam dengan pendekatan psikologis,’’ terangnya.


Dia juga menyampaikan, psikologi agama adalah salah satu cabang dari psikologi yang sudah disepakati.’’Meninjau perilaku agama dari sudut pandang psikologi. Sedangkan psikologi Islam adalah perspektif Islam tentang bagaimana melihat hal tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa psikologi Islam adalah konstruk keilmuan psikologi yang dibangun dari paradigma keilmuan Islam. Psikologi tidak berdaya tanpa Islam, dan Islam tidak berdaya tanpa psikologi, ini dalam konteks keilmuan," jelasnya.


Dia melanjutkan, variabel seperti ghaddul bashar, ulul azmi, dan keluarga sakinah menunjukkan perbedaan yang jelas antara mereka yang memulai dari Islam ke psikologi dengan yang memulai dari psikologi Islam. "Contohnya sabar dan syukur. Syukur adalah merasa cukup meski diberi sedikit, atau merasa sedikit meskipun memberi banyak. Sedangkan sabar memiliki padanan kata dengan kontrol diri, meski dalam konteks spiritual. Sabar lebih dalam karena ada unsur ketuhanan. Penelitian saya menunjukkan, nilai tertinggi ada pada sabar, mahabah, jud, takwa, dan tawadu. Ini cocok dengan karakter Islam di Indonesia dan tidak sesuai dengan teori Barat," ungkapnya.


Sekadar diketahui, seminar yang dimoderatori Solicha itu juga menghadirkan Subandi, psikolog sekaligus guru besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM).


Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Yunita Faela Nisa berharap, seminar tersebut dapat menginspirasi mahasiswa untuk meningkatkan penelitian bidang psikologi Islam. ’’Tujuan utama kita adalah kebermanfaatan bersama, seperti prinsip khairunnas anfauhum linnas,” ujarnya. Sedangkan Ketua Pelaksana Layyinah berharap, seminar tersebut memberikan wawasan baru untuk pengembangan disiplin. (CK-1Ts)