• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 25 April 2024

Pendidikan

Pesantren dalam Pendidikan Bangsa

Pesantren dalam Pendidikan Bangsa
Ilustrasi (Foto: NU Online)
Ilustrasi (Foto: NU Online)

Setiap tanggal 2 Mei, kita seluruh warga negara Indonesia merayakan hari yang dinamakan dengan "Hari Pendidikan Nasional". Hal ini sebagaimana termaktub dalam surat keputusan Presiden RI no.305 tahun 1959 yang didalamnya tercantum bahwa tanggal 2 Mei yakni hari lahirnya Ki Hajar Dewantara sebagai Hari Pendidikan Nasional.

 

Pendidikan sudah jadi barang tentu merupakan salah satu faktor penentu seberapa besar dan suksesnya suatu bangsa. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa majunya sistem pendidikan suatu negara berbanding lurus dengan majunya kualitas dan suksesnya suatu bangsa.

 

Namun, majunya sistem pendidikan suatu bangsa tentu didorong oleh faktor² tertentu yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. kita bisa mengambil contoh lembaga pendidikan di negara tersebut.
Kita mengenal di Indonesia terdapat banyak lembaga pendidikan formal maupun informal seperti SMP, MTs, TPQ, madrasah diniyah dan banyak contoh lainnya dengan berbagai konsentrasinya yang berbeda satu sama lain. Ada suatu lembaga lagi, yang keberadaannya tidak bisa dipungkiri sudah ada dari sebelum Indonesia merdeka, yaitu Pesantren.

 

Pesantren sendiri merupakan suatu lembaga pendidikan yang dimana siswanya atau yang dikenal sebagai santri, tinggal di suatu tempat bersama-sama, yang disana mempelajari tentang berbagai macam ilmu pengetahuan Islam yang bersumber dari kitab ulama salaf yang biasa disebut dengan kitab kuning (turats), yang dipimpin oleh seorang guru atau yang dikenal sebagai kyai.

 

Hal di atas membuat disebut Pesantren bila memiliki empat pilar yang saling mengokohkan satu sama lain. Yang pertama yaitu santri, yaitu orang yang belajar di Pesantren. Kedua, Kyai atau guru, beliau menjadi orang yang bertanggung jawab atas penyebaran ilmu di Pesantren tersebut. Ketiga, kitab kuning, ini menjadi objek yang dipelajari secara khusus di Pesantren. Keempat, masjid sebagai pusat kegiatan.
Memang Pesantren sendiri memiliki perbedaan pendapat tentang kapan adanya di Indonesia. Namun apabila kita mengutip potongan kalimat yang terdapat di buku Sejarah peradaban Islam karya Dr. Badri Yatim bahwa munculnya Pesantren beriringan dengan penyebaran Islam pertama kali di tanah Jawa, hal ini ditandai dengan adanya pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel di Ampel Denta, Surabaya.

 

Sebanding lurus dengan bukti sejarah di atas, ditemukannya riwayat dalam Babad Tanah Jawi, bahwa ada seorang ahli tasawuf bernama Syekh Raidin (Raisuddin? Atau Rafi’uddin?) asal negeri Arab-Persia datang ke Nusantara yang kemudian menuntut ilmu dan mondok di Pesantren Ampel Denta di Surabaya. (Ahmad Baso. Islam Nusantara jilid 1. Jakarta: Pustaka Afid. 2015)

 

Beberapa bukti tersebut menunjukan bahwa Pesantren sudah berada jauh sebelum Indonesia merdeka, kita lihat bahwa Sunan Ampel hidup dalam masa abad ke-15 M dan Indonesia sendiri merdeka pada tahun 1945 M.

 

Dalam peranannya untuk Indonesia, sudah tidak dipungkiri lagi bahwa lembaga pendidikan Pesantren memproduksi banyak tokoh Nasional yang berkontribusi dalam pembangunan Bangsa sebelum dan pasca kemerdekaan.

 

Kita sebut saja KH. Wahid Hasyim, beliau merupakan salah satu putra dari Hadratussyekh Hasyim Asy'ari, pengasuh Pesantren Tebuireng dan merupakan salah satu tokoh Nasional yang merupakan kader Pondok Pesantren. Beliau juga menjabat sebagai Menteri Agama pertama negara Indonesia setelah merdeka.
Juga yang tidak bisa kita lupakan, anak dari KH.Wahid Hasyim serta salah satu kader kebanggan Pesantren yaitu KH. Abdurrahman Wahid. Beliau berhasil menduduki jabatan sebagai orang nomor wahid di Indonesia, yaitu Presiden Republik Indonesia. Serta salah satu contoh tokoh Nasional saat ini adalah Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin.

 

Hal ini menunjukan bahwa Pesantren dengan segala keberhasilan dan sistem pendidikannya berhasil membawa para santrinya untuk ikut andil dalam proses kemajuan Bangsa Indonesia. 
Pendidikan di Pesantren yang menyatukan berbagai macam disiplin ilmu, sejalan dengan apa yang digaungkan saat ini oleh para pemikir Islam tentang integrasi ilmu pengetahuan, dan itu sudah dilakukan oleh sistem pendidikan di Pesantren sejak dahulu.

 

Namun sangat disayangkan, ada beberapa buku sejarah yang tidak memasukan dan tidak memperhitungkan Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang sukses dalam mengkader para muridnya, bahkan menganggapnya sebagai lembaga pendidikan kelas dua. Padahal, pemerintahan saat ini telah mengapresiasi peran Pesantren yang tertuang dalam UU tentang Pesantren No.18 tahun 2019
Harapan kedepannya bagi para penuntut ilmu di Pesantren, diharapkan untuk bangga dan memupuk semangat lebih jauh dalam mencari ilmu sehingga terlahir kembali banyak pemikir Islam yang merupakan hasil dari pendidikan pesantren.

 

Para santri juga dituntut untuk bangga atas kesantriannya dan menjaga nilai-nilai maupun akhlak yang sudah diajarkan oleh para kyai di Pesantren, baik nilai agama, nasionalisme, maupun nilai sosial sesama manusia.

 

Akhir kata, semoga eksistensi pesantren, sebagai salah satu sistem pendidikan tertua di Indonesia tidak akan sirna ditelan masa. Dan dengan semangat Hari Pendidikan Nasional, mari kita memupuk semangat kita dalam mencari ilmu, karena majunya suatu Negara juga ditentukan dengan majunya pendidikan di Negara tersebut.

 

Muhammad Faidhur Rahman, Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang, Jawa Timur. 


Editor:

Pendidikan Terbaru