• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Rabu, 24 April 2024

Syariah

Hukum dan Amalan Utama Malam Nisfu Sya’ban

Hukum dan Amalan Utama Malam Nisfu Sya’ban
Ilustrasi. (NU Online)
Ilustrasi. (NU Online)

Bulan Sya’ban menjadi salah satu bulan yang dimuliakan dalam kalender bulan Hijriyah. Di dalam bulan ini, terdapat banyak kemuliaan dan anjuran memperbanyak ibadah sunnah. Seperti, puasa, dzikir, shalawat dan shalat sunnah lainnya sangat dianjurkan untuk dilakukan. Melatih diri untuk menjalani bulan Ramadhan.


Salah satu waktu yang harus kita perhatikan pada bulan Sya’ban adalah malam ke-15. Malam itu disebut sebagai malam Nisfu Sya’ban. Imam Syihabuddin Ahmad al-Burullusi al-Mishri (907H) di dalam kitabnya Qalyûbî wa ‘Umairah (Mahalli) menjelaskan, menghidupkan Nisfu Sya’ban hukumnya sunnah seperti menghidupkan malam hari raya, Idul Fitri dan Idul Adha.
 

“Disunnahkan menghidupkan malam hari raya, Idhul Fitri dan Idhul Adha, dengan berdzikir dan shalat, khususnya shalat tasbih. Sekurang-kurangnya adalah mengerjakan shalat Isya berjamaah dan membulatkan tekad untuk shalat Shubuh berjamaah. Amalan ini juga baik dilakukan di malam Nisfu Sya’ban, awal malam bulan Rajab, dan malam Jumat karena pada malam-malam tersebut doa dikabulkan.” Kitab Qalyûbî wa ‘Umairah (Mahalli) Imam Syihabuddin Ahmad al-Burullusi al-Mishri (907H).


Pendapat Imam Syihabuddin Ahmad al-Burullusi al-Mishri (907H) ini diperkuat oleh hadits dalam Shahih Ibnu Hibban:



يَطْلُعُ اللَّهُ إِلَى خَلْقِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ


Artinya, “Allah SWT memperhatikan makhluk-Nya pada malam nisfu Sya’ban dan mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang kafir dan orang yang bermusuhan.”


Pada riwayat hadits ini sering disampaikan oleh perawi hadits lain. Meskipun memiliki redaksi dan silsilah sanad yang berbeda. Sebagian ulama menilai hadits keutamaan Nisfu Sya’ban sebagai hadits dhaif. Namun, kedhaifan itu tidak berujung pada larangan. Karena mayoritas ulama membolehkan pengamalan hadits dhaif untuk fadhail a’mal.


Kendati demikian, pada malam Nisfu Sya’ban, terdapat tiga amalan utama yang bisa kita lakukan. Amalan itu menjadi ajang pelatihan bagi diri kita untuk mempersipakan diri menghidupi malam-malam di bulan Ramadhan mendatang. 
 

Pertama, perbanyak berdoa. Malam Nisfu Sya'ban merupakan malam terijabahnya doa dan hajat kita. Pada waktu Nisfu Sya’ban juga sebagai malam penuh rahmat. Sebagaimana hadits riwayat Abu Bakar RA, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:



ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء 



Artinya, “(Rahmat) Allah swt turun ke bumi pada malam Nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan).” (HR al-Baihaqi).
 

Kedua, amalan utama pada malam Nisfu Sya’ban adalah memperbanyak dua kalimat syahadat. Kalimat bersaksi yang mengandung kemuliaan agar bisa menambah kekhusyu’an dan menambah ketebalan iman kita. Terlebih, amalan itu kita lakukan pada malam Nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin Alawi dalam kitab Ithmi’nânul Qulûb Bidzikri ‘Allâmil Ghuyûb dijelaskan:


“Seyogyanya seorang muslim mengisi waktu yang penuh berkah dan keutamaan dengan memperbanyak membaca dua kalimat syahadat, La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah, khususnya bulan Sya’ban dan malam pertengahannya.”


Ketiga, memperbanyak istigfar. Kalimat mohon pengampunan ini merupakan bentuk pengakuan kelemahan kita kepada Allah SWT. Untuk senantiasa mengingatkan kita bahwa manusia menjadi mahkluk yang tak luput dari dosa dan pengampunan itu hanya milik Allah SWT. Sayyid Muhammad bin Alawi dalam Ithmi’nânul Qulûb menjelaskan:

 

“Istighfar merupakan amalan utama yang harus dibiasakan orang Islam, terutama pada waktu yang memiliki keutamaan, seperti Sya’ban dan malam pertengahannya. Istighfar dapat memudahkan rezeki, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Pada bulan Sya’ban pula dosa diampuni, kesulitan dimudahkan, dan kesedihan dihilangkan,”

 

Kita sebagai manusia yang tak luput dari dosa. Dengan memperbanyak Istigfar, kita memohon ampun kepada Allah SWT untuk membuka pintu ampunan atas dosa-dosa yang telah kita lakukan. Wallahu a’lam.


Editor:

Syariah Terbaru