• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 18 April 2024

Syariah

Jenis-Jenis Hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala

Jenis-Jenis Hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala
NUO kembali menggelar kajian melalui virtual meeting zoom. (Foto: Screen Shot Kajian Teosofi)
NUO kembali menggelar kajian melalui virtual meeting zoom. (Foto: Screen Shot Kajian Teosofi)

Tangerang Selatan, NU Online Banten
Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, KH Nasaruddin Umar menjelaskan, hidayah dalam bentuk kecerdasan ada 3 bentuk: akal (reason), intuisi (nurani), dan batin (spiritual quotient). ’’Kecerdasan akal dan intuisi ini melekat di dalam diri manusia (inheren), akan tetapi kecerdasan ketiga ini diperoleh dari luar diri manusia, ini yang disebut hidayah,’’ ujarnya dalam kajian teosofi melalui virtual meeting zoom yang digelar Nasaruddin Umar Office (NUO), menjelang matahari terbit, Kamis (26/01/2023).


Dalam kajian bertajuk “Jenis-jenis Hidayah” Episode ke-81 (dari 266) itu, Kiai Nasaruddin menerangkan, hidayah adalah memohon kepada Allah untuk meraih kecerdasan batin.


’’Sementara irsyad bisa digunakan manusia untuk menemukan kecerdasan akal dan intuisi. Irsyad (petunjuk) bisa digunakan untuk memahami rahasia-rahasia atau kerja-kerja akal,’’ imbuh Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.


Irsyad juga bisa dimanfaatkan untuk memahami isyarat-isyarat intuisi. Akan tetapi, irsyad tidak mampu untuk memahami kecerdasan batin. ’’Yang kita perlukan untuk memahami kecerdasan batin inilah yang disebut hidayah,’’ imbuhnya. 


Irsyad merupakan olah kecerdasan diri manusia, memanage, dan mengelaborasi kecerdasan intuisi untuk menghasilkan sintesa dalam upaya menemukan solusi guna mengatasi problem-problem yang ada pada kehidupan manusia.


Kecerdasan ekstra adalah kecerdasan batin, memaknai ihdinashiratal mustaqim. Jalan lurus itu adalah hasil. Sedangkan isyarat adalah untuk meraih petunjuk.


’’Doa ihdinashiratal mustaqim bermakna tangguhkanlah pendirian kami di atas jalan yang benar (Syekh Abdul Abas Al Musri). Seperti yang terdapat dalam QS. Thaha: 50. Gurunya Nabi Musa adalah pohon. Prolog kisah ini tentang Nabi Musa, tatkala istrinya Nabi Musa sedang perjalanan pulang kampung tersesat malam hari di hutan. Sementara Nabi Musa sembari membaca lingkungan sekitar lalu bertemu dengan pohon, pohon itu menyeru kepada Nabi Musa, aku pohon bisa dijadikan api untuk keperluanmu. Singkat cerita alam semesta ini mengandung hidayah Allah. QS. Qasas: 30. Nama-nama yang ada di bumi ini merupakan nama-nama yang bersumber dari Allah,’’ terangnya.


Sebagaimana analogi, alangkah miskinnya seorang mahasiswa atau mahasiswi jika hanya belajar (berguru) dari interpersonal lecture (dosen) saja tanpa mengambil pelajaran ke impersonal lecture yang tidak lain segala sesuatu alam raya ini termasuk ayat-ayat Allah.


’’Seperti halnya Nabi Sulaiman yang belajar ke burung hud-hud dan seekor ikan. Dalam QS. Qasas ayat 30 di atas memberikan makna esensi kecerdasan manusia terbagi menjadi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual,’’ ungkapnya.


Pewarta: Singgih Aji Purnomo


Syariah Terbaru