• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Kamis, 25 April 2024

Syariah

Hukum dan Tata Cara Melaksanakan Sholat Idul Fitri di Rumah

Hukum dan Tata Cara Melaksanakan Sholat Idul Fitri di Rumah
Ilustrasi (Foto: NU Online)
Ilustrasi (Foto: NU Online)

Hari raya Idul Fitri akan segera tiba, meskipun masih di tengah suasana pandemi, namun tidak mengurangi semarak kebahagiaan umat muslim dalam merayakannya. Tentunya dengan menaati protokol kesehatan yang berlaku.  

 

Dalam Surat Edaran (SE) Nomor 7 Tahun 2021, Kemenag mengatur bahwa penyelenggaraan sholat Id secara berjamaah yang melibatkan banyak orang, seperti di lapangan atau masjid, tidak diperkenankan di wilayah yang status penularan Covid 19-nya masih tinggi seperti di zona oranye dan merah. 

 

Adapun untuk wilayah berstatus zona hijau dan kuning yang memiliki tingkat penyebaran Covid-19 rendah, maka diperkenankan melaksanaan shalat Idul Fitri 2021 secara berjamaah, dengan syarat mentaati protokol Kesehatan dan jumlah jama’ah hanya 50% dari jumlah kapasitas tempat sholat.

 

Hukum melaksanakan Sholat Id secara berjamaah sendiri adalah sunnah, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi Banten dalam kitabnya Nihayatuz Zain :

 

القسم الثاني من النفل المؤقت وهو ما تسن فيه الجماعة )صلاة العيدين) الأصغر والأكبر وهي من خصائص هذه الأمة

 

Artinya: “Jenis kedua dari shalat sunnah yang ditentukan waktunya adalah shalat yang dianjurkan untuk dilaksanakan secara berjamaah yaitu (dua shalat Id), yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Shalat Id disyariatkan khusus untuk umat Nabi Muhammad Saw.”

 

Adapun hukum menjaga kesehatan, keselamatan diri, keluarga dan lingkungan adalah wajib, maka di tengah pandemi tahun ini pelaksanaan sholat Id di rumah masing-masing lebih diutamakan dari pada dilaksanakan berjamaah di masjid ataupun lapangan. 
Sebagaimana Kaidah : 

 

دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ 

 

Artinya : “Upaya menolak kerusakan harus didahulukan daripada upaya mengambil kemaslahatan”
Juga kaidah :

 

لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ 

 

Artinya : “Tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan orang lain” 

 

 

Berikut Adalah Tata Cara Melaksanakan Sholat Idul Fitri di Rumah:

 

1.    Sebelum melaksanakan Sholat Id, disunnahkan terlebih dahulu mengerjakan beberapa amalan sunnah lainnya, diantaranya memperbanyak takbir, membersihkan diri, berhias, dan memakai pakaian terbaik.

 

 

2.    Shalat Id dimulai dengan menyeru: 

 

“الصلاة جامعة”

 

 

3.    Niat Sholat Id

 

أُصَلِّي سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ  رَكْعَتَيْنِ  (منفردا/مَأْمُوْمًا/إِمَامًا)  لِلهِ تَعَــــالَى

 

Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat (sendiri atau sebagai makmum atau imam) karena Allah ta’ala.”

 

 

4.    Takbiratul Ihram dilanjut membaca membaca doa iftithah.

 

 

5.    Takbir tujuh kali pada rakaat pertama 

 

Disela-sela takbir dianjurkan untuk membaca lafadz:

 

 سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ 

 

Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.” 
Boleh juga menggunakan lafadz bacaan berikut:

 

 اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

 

Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesarannya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.”

 

6.    Membaca Surat Al-Fatihah kemudian disunnahkan membaca Surat Al-A’la.

 

 

7.    Lalu Ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.

 

 

8.    Takbir lima kali pada rakaat kedua, seraya melafalkan doa sebagaimana poin ke lima di sela-sela kelima takbir.

 

 

9.    Membaca Surat Al-Fatihah kemudian disunnahkan membaca Surat Al-Ghasiyah.

 

 

10.    Kemudian rukuk, I’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud kedua, duduk tasyahud akhir dan salam. 

 

 

11.    Setelah shalat Id, imam atau khatib yang telah ditetapkan oleh keluarga berdiri untuk menyampaikan dua khotbah. Pada khutbah pertama khatib disunnahkan memulainya dengan Sembilan kali, kemudian pada khutbah kedua khatib membukanya dengan tujuh kali takbir. (Muhammad Afzainizam)

 

 

Wallahu A’lam Bi-Shawab..


Editor:

Syariah Terbaru