Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023

Banten Raya

Bagian dari Kaderisasi, Aktivis Bahtsul Masail Butuh Proses

Ketua LBM PCNU Tangsel Muhammad Hanifuddin di Ma’had Darus Sunnah Ciputat. (Foto: NUOB/M Izzul Mutho)

Tangerang Selatan, NU Online Banten

Hari Santri Nasional (HSN) 2023 semakin dekat. Menyemarakkan momentum penting sejarah santri di Indonesia, Lembaga Bahtsul Masail (LBM) dan Rabithah al-Ma’ahid al-Islamiyah (RMI) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan (Tangsel) kembali bersinergi. Ketua LBM PCNU Tangsel Muhammad Hanifuddin mengatakan, LBM dan RMI PCNU Tangsel mengadakan Bahtsul Masail Antarpesantren se Jabodetabek.


Baca Juga:
KH Asrorun Ni’am Sholeh Sampaikan Peran dan Tugas LBM NU

 


’’Insyaallah dilaksanakan pada Senin,16 Oktober 2023 malam. Tempatnya di Aula Kiai Idris Kamali, Ma’had Darus Sunnah Ciputat, Tangerang Selatan,’’ ujar kiai muda itu kepada NUOB, Selasa (10/10/2023).

 


Pada kesempatan itu, pria berkacamata itu menyampaikan tujuan diadakan kegiatan tersebut. ’’Kaderisasi. Menjadi aktivis bahtsul masail membutuhkan proses. Tidak singkat dan instan. Selain harus menguasai gramatikal Arab, juga harus dapat memahami dan menjelaskan referensi secara baik dan runtut. Baik literatur klasik atau pun kontemporer,’’ terang pria yang rutin mengisi kajian kitab kuning di Graha Aswaja NU Tangsel itu.


Baca Juga:
5 Program Unggulan LBM PCNU Tangsel

 


Selain itu, lanjutnya, harus memiliki daya kritis untuk merespons dan menanggapi balik ragam argumentasi dan referensi yang diajukan oleh peserta lain.’’Selain kaderisasi, juga literasi. Kedalaman dan keluasan literasi adalah kunci bagi santri dan aktivis bahtsul masail. Dapat membandingkan satu referensi dengan referensi lainnya. Kekayaan bacaan akan memudahkan dalam menjawab dan memberikan solusi atas masalah yang dibahas,’’ imbuh dosen Ma’had Darus Sunnah Ciputat itu.

 


Tak hanya itu. Yang pasti silaturahim. Saling bertemu dan berkunjug antarsantri sangatlah penting. Untuk saling belajar dan termotivasi. Saling bertukar metode belajar kitab kuning di masing-masing pesantren. ’’Selain itu, santri akan bertambah jaringan perkenalan lintas pesantren. Jaringan sosial ini akan sangat bermanfaa kelak saat sudah kembali di tengah-tengah masyarakat,’’ pungkasnya. (M Izzul Mutho)


Baca Juga:
Sambut Hari Santri Nasional, LBM Bersama RMI PCNU Tangsel Adakan Lomba Baca Kitab Kuning Dan Hafalan Hadis

Editor: Izzul Mutho

Artikel Terkait