SENIN, 8 Juli 2024 bertepatan Tahun Baru Islam, yaitu 1 Muharram 1446 H. Artinya hari tersebut dapat dijadikan sebagai muhasabah bagi umat Islam untuk mempersiapkan diri agar melakukan aktivitas yang lebih baik dari tahun kemarin.
Seorang ulama Mazhab Syafii bernama Muhammad bin Salim dalam Kitab Isadur Rafik menasihatkan kepada para pembacanya bahwa penjagaan iman dan takwa dalam kehidupan sehari-hari adalah sebuah fardu ain yang tidak bisa ditinggalkan. Jangan sampai melakukan berbagai aktivitas yang dapat menodai keimanan seorang Muslim.
Imam Nawawi Al Bantani di dalam buku karangannya Tanqihul Qaul juga mengingatkan kepada kita bahwa keimanan manusia itu dapat bertambah dan berkurang. Indikasi bertambah dan berkurangnya dengan ketaatan dan kemaksiatan:
الإيمان يزيد بالطاعة وينقص بالمعصية
Artinya: “Iman bertambah dengan menjalankan ketaatan dan berkurang dengan melakukan kemaksiatan.”
Imam Al Ghazali juga berpesan melalui Kitab Ihya Ulumiddin agar orang beriman itu selalu menjaga iman dan takwanya. Sebab, kesalahan dan kedzaliman yang dilakukan manusia di dunia akan menghentikan langkahnya menuju darul niam atau surga. Mereka tertahan karena harus menyelesaikan kesalahannya termasuk dosa yang berkaitan dengan manusia. Misalnya mencuri, mengambil hak orang lain, menganiaya, dan lainnya. Bahkan kesalahan tersebut sewaktu-waktu harus ditukar dengan kebaikan yang dimilikinya. Hingga habis amal baiknya.
Alhamdulillah sebuah kalimat yang mudah dan ringan diucapkan atas kenikmatan yang diberikan oleh Allah ternyata kita hari ini masih diberi kesempatan untuk tetap hidup dalam keadaan beriman dan menikmati kehidupan dunia.
Muharram bukan hanya bulan Tahun Baru Islam, tetapi juga salah satu bulan yang diistimewakan oleh Allah. Sebagaimana ditegaskan di dalam Surat At Taubah (9): 36. Allah mengistimewakan bulan ini di dalam rangka memberikan kesempatan bagi manusia untuk menyucikan diri untuk menggapai maghfirah dan ridha Allah.
Al-Qurtubi menuliskan di dalam tafsirnya bahwa Allah akan melipatgandakan segala amal baik yang dilakukan oleh manusia pada bulan-bulan mulia tersebut. Artinya ibadah dan amal saleh yang dilakukan pada bulan ini nilainya akan berbeda jika dilakukan pada bulan lainnya. Demikian juga sebaliknya, keburukan yang dilakukan pada bulan yang mulai akan dilipatgandakan dosanya.
Di antara amal ibadah yang direkomendasikan diamalkan pada Muharram ini sebagaimana dinasihatkan oleh Abdul Hamid dalam Kitab Kanzun Naja wa Surur fi Ad’iyyati Tasyrahus Surur:
فِى يوْمِ عَاشُوْرَاءَ عَشْرٌ تَتَّصِلْ * بِهَا اثْنَتَانِ وَلهَاَ فَضْلٌ نُقِلْ
صُمْ صَلِّ صَلْ زُرْ عَالمِاً عُدْ وَاكْتَحِلْ * رَأْسُ الْيَتِيْمِ امْسَحْ تَصَدَّقْ وَاغْتَسِلْ
وَسِّعْ عَلَى اْلعِيَالِ قَلِّمْ ظُفْرَا * وَسُوْرَةَ الْاِخْلاَصِ قُلْ اَلْفَ تَصِلْ
“Ada sepuluh amalan di dalam Bulan ‘Asyura, yang ditambah lagi dua amalan lebih sempurna. Puasalah, shalatlah, sambung silaturahim, ziarah orang alim, menjenguk orang sakit, dan celak mata. Kemudian usaplah kepala anak yatim, bersedekah, mandi, menambah nafkah keluarga, memotong kuku, membaca Surat Al-Ikhlas 1000 kali.”
Gus H Muhammad Alvi Firdausi, Pengasuh Pondok Pesantren Al Tsaniyyah Tangsel, Ketua RMI NU Tangsel