Jakarta, NU Online Banten
Alumnus Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, Bahrul Fuad menyoroti kasus kekerasan di lingkungan pondok pesantren. Komisioner Komnas Perempuan yang akrab disapa Cak Fu itu mengatakan, praktik kekerasan bukan metode yang efektif dalam mendidik santri. Kekerasan justru berimbas negatif kepada kepribadian santri.
Cak Fu menawarkan lima langkah untuk menghilangkan praktik kekerasan di pondok pesantren. Pertama, mendorong agar pengasuh dan pengurus pesantren merumuskan kebijakan yang maslahat. Tak kalah penting adalah melakukan pengawalan dan perbaikan atas kebijakan tersebut secara berkesinambungan.
Kedua, pengasuh dan pihak pesantren harus memiliki kebijakan atau sistem pencegahan perundungan atau praktik kekerasan yang baik. Misal ada aturan sanksi tegas terhadap para pelaku bullying/kekerasan. "Ketiga, perlu adanya monitoring dan evaluasi berkala terhadap kebijakan dan sistem pencegahan perundungan/kekerasan di pesantren,” katanya, Senin (30/9/24).
Keempat, mendorong agar pengasuh, pengurus serta pembina pesantren membuat program selingan yang mampu menarik serta menampung minat dan bakat santri. “Pengasuh harus menciptakan suasana kehidupan pesantren yang menyenangkan, yang memberikan ruang ekspresi kreatif para santri. Hal ini dengan mengembangkan kurikulum yang menitikberatkan pada minat dan bakat santri. Sehingga santri tidak merasa penat dengan beban pelajaran yang padat,” imbuhnya, dilansir NU Online.
Kelima, para pendidik di pesantren harus membangun komunikasi intens dengan santri. Sebab menurutnya interaksi dan komunikasi langsung antara pengasuh dengan santri dapat mencegah peluang terjadinya perundungan atau praktik kekerasan di kalangan santri. Melalui interaksi langsung, pengasuh akan lebih mengenal karakter para santrinya dan dapat memberikan nasihat secara langsung.
Sementara itu, Alissa Qotrunnada Wahid, psikolog keluarga, mengatakan, kasus kekerasan yang berada di permukaan adalah bagian dari fenomena puncak gunung es. Dalam pengertian, di bawah kasus-kasus tersebut terdapat sistem yang menggerakkan terjadinya berbagai bentuk kekerasan di lembaga pendidikan.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama sebagai upaya perbaikan dari sejumlah penggerak sistem tersebut, antara lain pemerintah, pengasuh pesantren serta ormas-ormas, terutama Nahdlatul Ulama. “Karena itu PBNU sekarang sedang menyiapkan langkah langkah untuk bisa menghadirkan pesantren yang bebas dari kekerasan, apa pun bentuk kekerasan itu,” kata ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu, Kamis (5/9/2024).
Sebelumnya dijelaskan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya perundungan. Faktor tersebut antara lain emosi yang kurang stabil, keluarga yang kurang harmonis, lingkungan pesantren yang tidak suportif, serta masyarakat yang menganggap kekerasan sebagai kewajaran. (Achmad Risky Arwani Maulidi)
ADVERTISEMENT BY ANYMIND