Tekan Kekerasan di Pendidikan dengan Menebar Mabadi’ Khaira Ummah
Sabtu, 18 Januari 2025 | 23:36 WIB

Ketua PBNU Alissa Wahid Workshop Pra-Kongres Pendidikan NU di Jakarta, Sabtu (18/1/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online Banten
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Kesejahteraan Keluarga Alissa Wahid menengarai akar kekerasan di dalam pendidikan disebabkan cara pandang yang keliru. Cara pandang ini tidak hanya mengidap insan instansi pendidikan, melainkan secara umum telah menjangkiti masyarakat.
“Ini (kekerasan di sekolah) bagian dari fenomena yang jauh lebih besar karena memang kekerasannya tidak hanya terjadi di sekolah, (akan tetapi) kekerasan terjadi di mana-mana, kekerasan di dalam keluarga, antarkelompok itu terjadi. Budaya kekerasan itu menguat secara umum,” ujar Alissa saat Workshop Pra-Kongres Pendidikan NU di Hotel Acacia, Jakarta, Sabtu (18/1/2025).
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Alissa menuturkan, dosa besar pendidikan titik tolaknya adalah kekerasan. Sikap ini, menurutnya, bertolak dari cara pandang yang superioritas dan cenderung mewajarkan kekerasan. Akibatnya, amal tersebut membuka ruang terhadap tindakan kekerasan yang lebih besar.
“Maka jika (cara pandang kekerasan) dibiarkan akan menjadi pola. Kalau polanya ada, maka sudah pasti akan menyebabkan persoalan yang jauh lebih besar,” jelas psikolog keluarga itu.
Untuk mengatasi atau menekan angka kekerasan di lingkungan pendidikan, Alissa mengajak hadirin merumuskan langkah yang efektif dari berbagai sisi. Pasalnya, persoalan kekerasan bukan hanya menyandera pribadi murid saja melainkan menyangkut elemen pendidikan seperti pelaku pendidikan, regulasi pemerintah dan lingkungan.
“Semua intervensi itu harus dipikirkan, baik langsung kepada individu seperti pendidikan karakter, mikro sistem lingkungan sekolah, guru dan penyelenggara pendidikan. Jadi tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu perhatian saja tetapi harus bicara secara sistemik,” paparnya.
Dalam kesempatan itu, Alissa juga menekankan pentingnya membumikan nilai-nilai etika ala NU di lingkungan pendidikan Ma’arif. Nilai-nilai etika yang dimaksud merujuk pada mabadi’ khaira ummah yakni ash-shidqu, al-amanah wal wafa bil ‘ahdi, al-‘adalah, ta’awun, serta istiqamah.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
“Akhlak yang harus dihidupkan di kalangan NU adalah ash-shidqu (jujur), al-amanah wal wafa bil ‘ahdi (menepati janji), al-‘adalah (keadilan), ta’awun (tolong-menolong), istiqomah (konsisten),” imbuhnya, dilansir NU Online.
Menurut Alissa, nilai-nilai itu mampu membantu perbaikan karakter insan pendidikan. Ia menilai bahwa mabadi’ khaira ummah harus menjadi acuan dalam mengelola pendidikan karakter ala NU.
Sekadar diketahui, Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif Nahdlatul Ulama (NU) menggelar Workshop Pra-Kongres Pendidikan NU bertema Transformasi Digital: Tantangan Pendidikan Karakter untuk Generasi Masa Depan.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Acara ini juga menghadirkan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU Prof Muhammad Ali Ramadhani. Agenda workshop ini merupakan rangkaian dari Kongres Pendidikan NU dalam rangka peringatan Hari Lahir (Harlah) Ke-102 Nahdlatul Ulama. Kongres Pendidikan sendiri direncanakan akan digelar di Hotel Bidakara, Jakarta, 22-23 Januari 2025. (Achmad Risky Arwani Maulidi)
ADVERTISEMENT BY ANYMIND