Nasional

Temu NU Sedunia, Merawat Warisan Keislaman dan Paham Kebangsaan Pendiri NU

Ahad, 23 Juni 2024 | 01:35 WIB

Temu NU Sedunia, Merawat Warisan Keislaman dan Paham Kebangsaan Pendiri NU

Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori menyampaikan sambutan dalam Silaturahim dan Temu NU Sedunia di Altayseer Towers Hotel, Makkah, Arab Saudi, Jumat (21/6/2024). (Foto: Dok Ist)

Banten, NU Online Banten 

Nahdliyyin dan Nahdliyat yang berhaji tahun ini hadir dalam Silaturahim dan Temu NU Sedunia di Altayseer Towers Hotel, Makkah, Arab Saudi, Jumat (21/6/2024), pukul 16.30 hingga 19.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Dalam kesempatan itu, Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Akhmad Said Asrori menyampaikan pentingnya bersyukur atas kesempatan menunaikan ibadah haji.



"Barang siapa meninggal dalam haji, maka ia wafat dalam keadaan syahid. Bila ada jamaah yang wafat, keluarga mohon mengikhlaskan. Haji adalah seutama jihad. Semoga jihad kita diterima oleh Allah," ujar Kiai Said Asrori di hadapan ratusan jamaah yang hadir.

ADVERTISEMENT BY OPTAD



Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thullab, Wonosari, Tempuran, Magelang, Jawa Tengah, itu juga mengingatkan jamaah mengenai posisi strategis Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia. "Martin van Bruinessen (Indonesianis kawakan) menyatakan, kalau Indonesia tidak ada NU akan mudah terpecah. NU banyak yang mencintai. Salah satu benteng NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) adalah NU," tegas Kiai Said Asrori.

 


Putra dari KH Asrori Ahmad (1923-1994) ini menjelaskan, anugerah ini harus dijaga. Kedudukan strategis NU ini ditegaskan dengan adanya dua amanah bagi organisasi keagamaan dan sosial terbesar di dunia ini, yaitu tanggung jawab keagamaan dan kebangsaan. "Pertama adalah amanah diniyah atau tanggung jawab keagamaan. Akidah kita adalah Ahlussunah wal Jama’ah. Maka kita yakin, kita ini on the track. Insyaallah NU adalah jam'iyyah mardhiyah atau organisasi yang diridhai Allah," jelasnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND



Kiai Said Asrori menegaskan, termasuk haji adalah usaha untuk memperkuat aqidah dan keimanan. "Nabi menjelaskan, ambillah dariku manasik kalian. Bagaimana perjuangan kita di Arafah kemarin, itu dalam rangka mengikuti ajaran Nabi Muhammad," ungkapnya.



Haji mabrur, lanjutnya, balasannya adalah surga. Ciri haji mabrur adalah ith'amut-tha'am wa ifsya-ussalam, memberi makanan, menebarkan salam. ’’Pulang haji harus jadi dermawan. Kita harus menebarkan kedamaian. NU komitmen dalam membantu Palestina," imbuhnya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD



Kiai Said Asrori menginstruksikan agar warga NU sedunia satu garis lurus dengan PBNU dalam keputusan-keputusan dan kebijakannya. "Di tempat mustajabah ini, jangan lupa untuk mendoakan tiga hal, yaitu kemerdekaan Palestina, keutuhan NKRI, dan keberkahan jam'iyyah NU," pinta.



Amanah kedua adalah amanah wathaniyah atau tanggung jawab kebangsaan. "Kita harus merdeka dalam pendidikan, perekonomian, dan spiritualitas," jelasnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 


Sedangkan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masyhuri Malik mengajak warga NU yang berkumpul di Makkah untuk mengingat kembali perjuangan pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Pengaruh NU dan generasi awalnya memberikan warna atas cara pandang dan sikap keberagamaan serta  bentuk negara Indonesia hari ini.  


Menurut Kiai Masyhuri, tanpa NU orang Indonesia hari ini sulit dibayangkan akan menjadi apa warna keislamannya dan bentuk negaranya. NU hadir berkontribusi secara sosial, politik, dan keagamaan sebelum negara Indonesia berdiri. NU sebelum Indonesia merdeka juga memikirkan bentuk negara yang akan dibentuk dan sekaligus memperjuangkan kemerdekaannya. "Tanpa NU kita tidak tahu jadi Islam seperti apa, dan tidak tahu jadi negara model bagaimana," kata Kiai Masyhuri di hadapan ratusan warga NU.


Dia mengingatkan bahwa NU memasuki abad kedua. Artinya NU sudah melewati abad pertamanya. Di awal abad pertamanya, NU telah membimbing keagamaan masyarakat yang moderat di bawah paham Ahlussunnah wal Jama’ah, mendesain bentuk negara yang akomodatif pada keragamaan masyarakat Nusantara, dan sekaligus bergerak aktif memobilisasi masyarakat pada pintu gerbang kemerdekaan Indonesia.



"Masuk abad kedua mesti melalui abad sebelumnya. Kita ingat Mbah Hasyim, Mbah Wahab (pendiri NU) dan ulama lainnya berjuang dari belum ada apa-apa. Negara belum ada, pemerintah belum ada dan seterusnya," kata Kiai Masyhuri.  


Oleh karena itu, dia mengajak masyarakat dan terutama warga NU untuk merawat warisan keislaman dan paham kebangsaan ulama pendiri NU.  Sekarang Indonesia sebagai negara yang dicita-citakan sudah terbentuk. Masyarakat yang majemuk dan agamis dengan pandangan moderat di bawah naungan paham Ahlussunnah wal Jama’ah juga terbentuk.

 


Tampak hadir pada acara tersebut beberapa tokoh dan pengurus NU, seperti Prof KH Asep Saifuddin Halim, Prof Abdul A'la, Ketua Umum GP Ansor Addin Jauharudin, Pimpinan Aswaja NU Center Jawa Timur KH Ma'ruf Khozin, Ketua Umum PMII M Abdullah Syukri, dan ratusan warga NU. (Faris Khoirul Anam, Alhafiz Kurniawan)

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

ADVERTISEMENT BY ANYMIND