• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 6 Mei 2024

Nasional

Soal Panggilan Gus, Ini Kata Wakil Rais ‘Aam PBNU

Soal Panggilan Gus, Ini Kata Wakil Rais ‘Aam PBNU
Wakil Rais 'Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir saat Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Bantul, DI Jogjakarta, Senin (29/1/2024). (Foto: SS Youtube NU Online)
Wakil Rais 'Aam PBNU KH Afifuddin Muhajir saat Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Bantul, DI Jogjakarta, Senin (29/1/2024). (Foto: SS Youtube NU Online)

Banten, NU Online Banten

Ada yang menarik saat Wakil Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Afifuddin Muhajir menyapa Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Bantul, DI Jogjakarta, Senin (29/1/2024). Kiai Afif mengatakan, panggilan 'gus' memiliki keistimewaan dibanding panggilan titel lain. "Saya melihat bahwa Gus Yahya lebih terhormat daripada KH Yahya Cholil Staquf, sebagaimana Gus Dur dan Gus Mus," ungkapnya.



Kiai Afif mengungkapkan sebuah maqalah ulama dikutip dari Kitab Jam'ul Jawami yang menyebutkan, Ibnu Subkhi menyebut Syafi'i tanpa menggunakan sebutan 'imam'. Sementara menyebut dua orang pengikutnya Syafi'i dengan kata imam yakni Imamul Haramain dan Imam Fakhruddin Ar Razi.


Menurutnya, banyak orang yang bertanya-tanya tentang hal ini. "Orang yang kapasitasnya seperti As-Syafi'i, Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Annas, Imam Hanbali, tak perlu dikasih imam (di depan namanya). Orang yang popularitasnya luas tak perlu dikasih profesor doktor dan seterusnya. Prof Dr itu perlu untuk manusia standar seperti saya," seloroh Kiai Afif seperti dikutip dari NU Online.



Panggilan ‘gus’ dalam Nahdlatul Ulama merupakan panggilan yang istimewa, khususnya di daerah Jawa yang sering diperuntukkan bagi putra seorang kiai. Di daerah lain juga ada tradisi panggilan spesial kepada anak kiai seperti ‘lora’, ‘ajengan’, ‘buya’, ‘anre’, atau ‘aang’.

 


Dalam buku Baoesastra Djawa yang ditulis Poerwadarminta, kata ‘gus’ berasal dari kata bagus. Awal mula panggilan ‘gus’ ini berasal dari tradisi keraton yang memanggil putra raja yang masih kecil dengan penggilan raden bagus yang disingkat den bagus.  Sementara dalam sebuah Jurnal berjudul Makna Sapaan di Pesantren: Kajian Linguistik-Antropologis yang ditulis Millatuz Zakiyah (2018) disebutkan bahwa seiring berjalannya waktu, putra kiai disapa ‘gus’ tidak terbatas oleh umur. Panggilan itu tetap disematkan walau putra kiai tersebut sudah tidak kecil lagi.



Panggilan ‘gus’ juga melebar dan digunakan sebagai simbol ketokohan seseorang dari sisi agama. Walau bukan anak kiai, seseorang yang mendalam pemahaman agamanya juga bisa saja dipanggil ‘gus’. Jadi, panggilan ‘gus’ berdasarkan kajian sosiologis bisa didapat secara alami (ascribed status) yang disebabkan faktor keturunan dan melalui proses perjuangan serta pengorbanan (achieved status).


Terkait panggilan ‘gus’ ini, KH Abdurrahman Al-Kautsar--akrap disapa Gus Kautsar---mengingatkan siapa saja yang senang mendapat panggilan ‘gus’ untuk tidak bangga terlebih dahulu saat mendapatkan gelar tersebut. Putra pengasuh Pesantren Al Falah Ploso, Kediri, Jawa Timur, itu menjelaskan, panggilan ‘gus’ merupakan sebuah penghormatan yang diberikan oleh masyarakat, khususnya Jawa Timur, kepada orang yang kebetulan dilahirkan dari para ulama yang memiliki karya, atsar, atau legacy (peninggalan) dalam hidupnya.



“Artinya, ‘gus’ itu sama sekali bukan penghormatan kepada dirinya. Tidak. Tapi ini adalah menghargai jasa-jasa orang tuanya,” ujarnya sebagaimana dilansir NU Online.

 


Sekadar diketahui, PBNU menggelar Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-101 NU yang dipusatkan di Jogjakarta, mulai Ahad (28/1/2024) hingga Rabu (31/1/2024). Di antaranya Konbes NU di Hotel Melia Purosani, Jalan Mayor Suryotomo, Gondomanan, Selasa (30/1/2024).



Selain Konbes NU, Harlah Ke-101 NU ini juga diisi istighotsah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Bantul, Jogja, Ahad (28/1/2024). Juga Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Senin (29/1/2024). Dan ada Resepsi Peringatan Hari Lahir ke-101 Nahdlatul Ulama di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Jogja pada Rabu (31/1/2024). (Muhammad Faizin)


Nasional Terbaru