• logo nu online
Home Nasional Banten Raya Warta Keislaman Tokoh Khutbah Sejarah Opini Pesantren NU Preneur Ramadhan 2023
Senin, 6 Mei 2024

Nasional

Rais ’Aam PBNU: Tabayun Itu Bikin Kondusif

Rais ’Aam PBNU: Tabayun Itu Bikin Kondusif
Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar di Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, DI Jogjakarta, Senin (29/1/2024). (Foto: Dok PBNU)
Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar di Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, DI Jogjakarta, Senin (29/1/2024). (Foto: Dok PBNU)

Banten, NU Online Banten

Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar berpesan agar bertabayun terhadap seluruh permaslahaan yang ada. ’’Jangan kita tinggalkan yang namanya at-tabayun atau klarifikasi mana kala mendengar apa pun,’’ ujarnya saat memberikan khutbah iftitah pada pembukaan Konferensi Besar (Konbes) NU dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, DI Jogjakarta, Senin (29/1/2024).



Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, Jawa Timur, itu memandang, hal tersebut menjadi sebuah amanah yang ditanggung oleh seluruh manusia terutama Nahdliyin, terkhusus pengurus NU secara keseluruhan. "Manakala PBNU melakukan (perbuatan) sesuatu (maka) datang dan tanyakan, (jangan) belum datang sudah pengumuman," tegasnya.


Menurutnya, at-tabayun tersebut merupakan senjata untuk menaklukkan musuh-musuh yang ada. Sehingga, jika tidak bertabayun, maka akan kalah sebelum berperang. "Sami'na wa atha'na, di situlah Allah memberikan anugerah (yaitu) adalah perilaku ulama dulu. Bahkan para nabi juga mengucapkan sami'na wa atha'na (kami mendengar dan menaati)," jelasnya.


Kiai Miftach menambahkan, klarifikasi dapat menciptakan suasana yang kondusif. Sehingga, dapat menjadikan kemaslahatan bagi kehidupan yang ada di dunia bahkan sampai di akhirat. "Kalau tidak paham dan tidak mengerti temuilah, ngomong, ada tempat bertabayun, jangan ngomong di luar. Apalagi tidak mengerti juntrungannya, sudah tiba-tiba men-share dengan kata-kata,’’ jelasnya.



Jika tidak ada klarifikasi, NU menurut pandangan Kiai Miftach, tidak akan menjadi rujukan masyarakat secara luas. NU dipandang harus menjadi penerjemah agama Islam dan memanfaatkan momentum tersebut saat menjadi pengurus NU di berbagai sektor mana pun. "NU ingin memerankan menjadi mutarjim (penerjemah) semampunya menerjamahkan Islam yang benar, dakwah yang merangkul tidak memukul  dakwah yang membina tidak menghina dakwah yang mengayomi tidak menyaingi dan dakwah yang simpatik," jelasnya.



Sedangkan Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri yang akrab disapa Gus Mus dalam tausiahnya menyampaikan, tugas Nahdlatul Ulama adalah memperbaiki kerja dan berupaya memenangkan Indonesia. "Urusannya NU itu memperbaiki kinerja memenangkan Indonesia, bukan memenangkan capres," tegas Gus Mus.

 


Adapun Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, para pengurus NU harus mengubah upaya kerja untuk hasil yang strategis mengingat tanggungan NU yang tidak kecil dalam menghadapi tantangan zaman. Dalam menjalankan kinerja itu tidak seperti mengejar layangan putus. Mengejar layangan putus hanya senang turut ramai-ramai, tetapi susah untuk memperoleh hasil. Kalau pun didapat layangan itu, tetapi banyak yang merebutnya sehingga rusak tidak berguna.



"Kita harus memacu kinerja untuk mengawal kemenangan Indonesia karena di tengah tantangan sejarah berskala peradaban ini, Indonesia harus menang, supaya kita semua tetap berdaulat," kata Gus Yahya—sapaan KH Yahya Cholil Staquf-- dalam sambutannya di tempat yang sama.



NU, lanjutnya, harus berperan nyata di tengah dinamika pertarungan kepentingan di antara sejumlah kelompok berbeda yang terus bergulir mulai tingkat lokal, domestik, hingga global. Di dalamnya, terdapat tuntutan yang berat untuk ditanggung seluruh bangsa, sedangkan waktu yang tersedia tidaklah banyak. "Demikian juga tingkat global, ada dinamika luar biasa yang apabila bangsa ini tidak dapat menemukan satu arah yang tepat ke masa depan, ada ancaman yang nyata dan terus-menerus terhadap bangsa dari kedaulatan manusia sebagai warga bangsa," terangnya.



Oleh karena itu, menurutnya, tidak ada jalan lain selain memperkuat bangsa dan negara ini sebagai kubu di dalam menjaga kedaulatan bersama di tengah runtuhnya perbatasan fisik dan geografis dan diikuti tumbuhnya kekuatan besar. "Maka bangsa dan negara ini harus kuat, meneguhkan kebersamaan kita untuk menjaga agar bangsa ini tidak dilemahkan oleh apa pun, tetapi justru semakin dikuatkan dan kita harus menyaksikan dunia bahwa dunia membutuhkan Indonesia yang kuat karena Indonesia memiliki banyak hal yang dibutuhkan oleh dunia untuk menemukan jalan keluar dari berbagai masalahnya," lanjutnya.



Dia juga mengingatkan kepada segenap pengurus, khususnya tanfidziyah, untuk senantiasa memperhatikan disiplin organisasi dengan mengikuti secara tegas, secara teguh sam'an wa tha'atan kepada keputusan kepemimpinan. Sebab, kepemimpinan organisasi merupakan hakim yang menyelesaikan perbedaan apa pun.

 


Sekadar diketahui, PBNU menggelar Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-101 NU yang dipusatkan di Jogjakarta, mulai Ahad (28/1/2024) hingga Rabu (31/1/2024). Di antaranya Konbes NU di Hotel Melia Purosani, Jalan Mayor Suryotomo, Gondomanan, Selasa (30/1/2024).



Selain Konbes NU, Harlah Ke-101 NU ini juga diisi istighotsah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Bantul, Jogja, Ahad (28/1/2024). Juga Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Senin (29/1/2024). Dan ada Resepsi Peringatan Hari Lahir ke-101 Nahdlatul Ulama di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Jogja pada Rabu (31/1/2024). (Haekal Attar, Muhammad Syakir NF)


Nasional Terbaru